- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[nyata] Bertemu seorang kakek misterius di Gunung Lawu [menembus dimensi waktu]


TS
corollanice
[nyata] Bertemu seorang kakek misterius di Gunung Lawu [menembus dimensi waktu]
Selamat hari gini gan n sis...
ane nubi nih mau cerita dikit tentang pengalaman sahabat pencinta alam ane...
maap ye klo
tapi kayanya si engga 
sekian Gan..
semoga berkenan...
budayakan komeng dan
ye gan
gak nolak juga
nuhun nyaaa..
thanx for Mas Abyasyad
ane nubi nih mau cerita dikit tentang pengalaman sahabat pencinta alam ane...
maap ye klo



Spoiler for dibuka jangan:
TS kaga mengharapkan
tp kalo dikasih TS kaga nolak


Spoiler for dibilang jangan dibuka:
ditimpuk ini apalagi
ampuunnn


Spoiler for hmm:
dikasih bintang kejora juga gapapa deh

Spoiler for nih ceritanye:
Gini gan awal nya sahabat pencinta alam ane ini kaga ada niatan buat naik ke Gunung Lawu, mereka jalan 7 orang tujuan utamanya Telaga Sarangan, Magetan dan Grojokan Sewu di Tawangmanggu, Karang Anyar.
tapi pas pertengahan jalan 4 rekannya tiba2 ngajakin buat nanjak ke Gunung Lawu. Lagi-lagi rencana berubah, akhirnya mereka berunding dan akhirnya sepakat buat melakukan pendakian(padahal disini mereka gak bawa bekal apa2 yang memadai untuk melakukan pendakian)

FYI bentar ya... Gunung Lawu itu puncak tertingginya 3.265 mdpl. terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
lanjuut...
Pada saat itu cuaca memang kurang mendukung karena disana turun hujan.
Hanya berbekal informasi dari petugas pos cemoro sewu dan membeli jas ujan plastik.tdk menyurutkan semangat mereka buat terus berjalan.
Lepas Solat Magrib mereka melanjutkan perjalanan menembus hujan, menyusuri jalan setapak yang telah diberi bebatuan gunung.
pekat malam dan hanya bermodal 1 senter untuk penerangan, itupun tdk dipakai seterusnya *hemat baterai.
Satu jam mereka melakukan perjalanan,akhirnya menemukan pos tapi ternyata itu bukan pos 1, pos 1 masih 1 jam perjalanan lagi. Gamang/Galau mau melanjutkan perjalanan ato tidak,tp akhirnya meneruskan perjalanan. disepanjang jalan menuju pos 1 itu ada saja kejadian hal yg unik, mulai dari mereka jalan dari pos cemoro sewu ada seekor burung merpati putih mengikuti mereka sepanjang jalan (padahal kondisi hujan)
lalu juga ada orang yg seperti tertawa di bawah lembah,ngebuat bulu kuduk bergidik
dan yg sangat uniknya adalah ketika termos bekal air mereka berpindah tempat ketika mereka istirahat, pembawa termos pun yakin klo sebelumnya dia tidak menaruhnya disitu. 
Akhirnya mereka sampai juga di POS 1 sekitar pukul 9 malam, menurut informasi pendaki yang habis dari puncak, mereka memberi tahu kalau mengurungkan dulu niat untuk melanjutkan perjalanan sekarang, karena di atas sedang ada badai, mereka menyarankan agar pendakian dilanjutkan esok hari saja. Karena di POS 1 ada warung akhirnya mereka camp disana.
disini cerita baru di mulai gann..
Sesampai Pos 1 mereka berbagi tugas ada yang mencari kayu bakar dan membersihkan lokasi. Tapi mustahil akan mendapatkan kayu bakar yg kering, karena dari tadi hujan terus turun. Dua teman mereka mencari tapi balik lagi ke POS tanpa hasil. Lalu bergantian mas Abyasyad (sahabat pencinta alam ane) dan seorang temannya mencari kayu bakar. Awalnya mencari di sekitar warung, tp tidak membuahkanhasil juga, akhirnya dengan rasa jengkel mereka mencari agak jauh menyusuri lembah(kebetulan hujan reda), lagi-lagi kayu yg ditemui semua basah, kepalang tanggung akhirnya mereka lebih kebawah lagi yg dipenuhi pohon pinus, akhirnya disana mereka menemukan juga sedikit ranting pinus yang agak kering,tp tetep saja masih basah
.
Namun sedang sibuk2nya mencari ranting, ada seorang kakek menghampiri mereka. Kaget juga, ko tiba2 ada kakek2 disini.
“Golek kayu bakar dinggo opo toh, Lee (cari kayu bakar untuk apa toh, Nak)?” tanya kakek tersebut menegur rekannya mas Abyasyyad.
karena rekannya gak bisa bahasa jawa halus, akhirnya mas Abyasyyad yg jawab.
“Kangge berdiang, Mbah! Kulo sak konco sipeng teng inggil mgriku, teng POS 1 (Untuk perapian, Mbah! Saya dengan teman-teman menginap diatas sana, di POS 1)”
“Lha kayu teles ngono kok arep dinggo berdiang, opo yo iso murup (Lha kayu basah gitu kok mau dibuat berdiang, apa ya bisa nyala)?mbahnya nyaut gan..
“Lha wontene kajeng nggih niki, Mbah! Nggih mangke ak saget-sagete diurupaken (Adanya kayu ya ini, Mbah! Ya nanti diusahakan dinyalakan)?” jawab mas Abyasyad berbasa-basi, karena membayangkan betapa susahnya menyalakan kayu yang di dapatkan itu
“wis ngene wae, Lee! Ayo melu Mbah nang omahe Mbah, Mbah duwe kayu bakar akeh tur garing-garing. Mengko yen mbok nggo berdiang cepet murup. Piye, gelem ora kowe (Sudah gini saja, Nak! Ayo iku Mbah, Mbah punya kayu bakar banyak lagian sudah kering-kering. Nanti kalau kamu buat perapian cepet nyalanya. Gimana, mau nggak kamu)?
“ Daleme Mbah pundi, menawi tebih kulo mboten sekeco kaleh konco-konco, mesakaken konco-konco kulo kedangon ngentosi (Rumahnya mbah dimana, kalau jauh saya tidak enak sama teman-teman. Kasihan teman-teman saya lama menunggu)?”
“Ora adoh kok, Lee! Mung rodo mlebu alas kuwi sitik, wis mulehe mengko tak terke nek kowe wedi kesasar (Gak jauh kok, Nak! Hanya agak masuk hutan ini sedikit, sudah nanti pulangnya aku antar kalau kamu takut lupa jalan)?”
Setelah di pikir-pikir, meski ada perasaan yang kurang enak, tapi masih kalah oleh kesungguhan kakek tersebut, apa salahnya menyambut baik tawaran si kakek, ini daripada kayu yang mereka dapat juga terbilang masih basah, dan pasti susah untuk menyalakannya, tanpa ada minyak!
kemudian berdua mereka mengikuti jejak sang kakek untuk kerumahnya, memang tak berapa lama akhirnya mereka pun sampai di rmh kakek itu, rmh kakek tsb seperti model rumah-rumah di lereng gunung. Disebelah kiri rmh ada tumpukan kayu-kayu kering yang banyak sekali.
Menurut perasaan mereka saat itu, nampaknya perjalanan tdk lebih dr 5 menit, sayangnya pada saat itu mereka tidak membawa arloji atau hp yg di tinggal di pos.
Singkat cerita, akhirnya mereka mengambil kayu bakar seperlunya saja. disana pula mereka mencicipi ketela dan wedang jahe buatan istri sang kakek. Setelah selesai akhirnya mereka pamitan dgn istri sang kakek untuk kembali lagi ke pos. Dengan diantar kakek, mereka berjalan beriringan, sesekali kakek berjalan di belakang mereka.
Dalam perjalanan itu,mereka tidak berbicara sama sekali.
sedangkan mas Abyasad sempat berkhayal, pasti teman2 di POS senang, karena kami mendapatkan kayu bakar kering yg banyak. Namun temannya yg mebawa kayu bakar itu sempat terlintas perasaan aneh, ko memikul kayu bakar sebanyak ini tidak berat dan tdk terasa letih.
Setelah berjalan 5 menitan, sampailah mereka ke tempat dimana mereka bertemu dengan kakek.
“Lee, Mbah ngeterne kowe tekan kene wae yo! Mesakne Mbah wedok ora ono kancane nang omah, lan maneh kowe-kowe rak wis eling to dalan nang panggonane kanca-kancamu mau? (Nak, Kakek ngantar kamu sampai disini saja ya! Kasihan Nenek tidak ada temannya di rumah, dan lagi kalian kan sudah ingat to jalan menuju tempat teman-temanmu tadi
langsung menjawab,
“Oh, nggih Mbah matur suwun engast, ngrepotaken Mbah kemawon niki, kulo kaleh rencang kulo sampun enget kok Mbah marginipun (OH, mbah terima kasih sekali, merepotkan saja Mbah ini, saya dan teman saya sudah ingat kok Mbah jalannya)”
Kemudian kakek tersebut berjalan balik tanpa penerangan, sedangkan mereka siap melanjutkan perjalanan ke pos.
Hanya saja perasaan temannya yg membawa kayu tiba-tiba aneh, ko kayu nya sekarang menjadi berat, ah barangkali kamu sudah lelah, pikir mas Absyaad.
Setelah berjalan beberapa langkah, sang kakek sudah tdk terlihat, padahal baru saja,mungkin sang kakek lewat jalan pintas pikirnya lagi.
Setelah hampir sampai POS 1, mereka melihat ada cahaya kemerahan dari sela2 pohon, mereka sempat bengong dan bertatapan lama.
apa jangan2 sudah pagi?
Dan rasa penasaran, mereka bergegas ke POS 1 ke tempat rencana bermalam. Dan rasa penasaran itu terjawab sudah....
Mereka berdua bengong, ketika 5 rekan mereka marah2 habis-habisan, mereka menunggu harap-harap cemas. Mencaripun percuma, karena senter dibawa untuk mencari kayu bakar, akhirnya mereka cuma teriak-teriak memanggil nama mas abyasyad dan rekanny itu, tp tdk ada jawaban.
Akhirnya mereka berlima sepakat keesokan harinya untuk minta bantuan kebawah untuk mencari anggota teman yg hilang.
Mereka berdua pun menceritakan hal yg terjadi akhirnya mereka berpelukan, rasa sepenanggungan rasa kaya akan sahabat dikala teman sedang susah terjadi disini.
Kagetnya waktu itu memang sudah pagi beneran,
matahari sudah muncul dari bukit.
Akhirnya mereka tidak jadi melanjutkan perjalanan ke puncak Lawu,
timbul pertanyaaan kenapa semua ini bisa terjadi, waktu pertama mencari kayu bakar,ada yg bilang belum jam 9 malam, dan menurut mas Abyasad waktu di rmh kakek tsb tdk sampai setengah jam,dan perjalanan 10 menit, tapi tahu-tahu mereka sampai ke POS 1 sudah jam 5 pagi.
Apakah ini yang dinamakan menembus dimensi waktu ?
Entahlah,
Mereka hanya bersyukur tidak terjadi apa-apa pada mereka semua, tidak mau berandai-andai,
kalaupun memang ini menembus alam gaib...
WALLAHU A'LAMU BISSHOWAB
tapi pas pertengahan jalan 4 rekannya tiba2 ngajakin buat nanjak ke Gunung Lawu. Lagi-lagi rencana berubah, akhirnya mereka berunding dan akhirnya sepakat buat melakukan pendakian(padahal disini mereka gak bawa bekal apa2 yang memadai untuk melakukan pendakian)


FYI bentar ya... Gunung Lawu itu puncak tertingginya 3.265 mdpl. terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur
lanjuut...
Pada saat itu cuaca memang kurang mendukung karena disana turun hujan.
Hanya berbekal informasi dari petugas pos cemoro sewu dan membeli jas ujan plastik.tdk menyurutkan semangat mereka buat terus berjalan.
Lepas Solat Magrib mereka melanjutkan perjalanan menembus hujan, menyusuri jalan setapak yang telah diberi bebatuan gunung.
pekat malam dan hanya bermodal 1 senter untuk penerangan, itupun tdk dipakai seterusnya *hemat baterai.
Satu jam mereka melakukan perjalanan,akhirnya menemukan pos tapi ternyata itu bukan pos 1, pos 1 masih 1 jam perjalanan lagi. Gamang/Galau mau melanjutkan perjalanan ato tidak,tp akhirnya meneruskan perjalanan. disepanjang jalan menuju pos 1 itu ada saja kejadian hal yg unik, mulai dari mereka jalan dari pos cemoro sewu ada seekor burung merpati putih mengikuti mereka sepanjang jalan (padahal kondisi hujan)

lalu juga ada orang yg seperti tertawa di bawah lembah,ngebuat bulu kuduk bergidik


Akhirnya mereka sampai juga di POS 1 sekitar pukul 9 malam, menurut informasi pendaki yang habis dari puncak, mereka memberi tahu kalau mengurungkan dulu niat untuk melanjutkan perjalanan sekarang, karena di atas sedang ada badai, mereka menyarankan agar pendakian dilanjutkan esok hari saja. Karena di POS 1 ada warung akhirnya mereka camp disana.
disini cerita baru di mulai gann..
Sesampai Pos 1 mereka berbagi tugas ada yang mencari kayu bakar dan membersihkan lokasi. Tapi mustahil akan mendapatkan kayu bakar yg kering, karena dari tadi hujan terus turun. Dua teman mereka mencari tapi balik lagi ke POS tanpa hasil. Lalu bergantian mas Abyasyad (sahabat pencinta alam ane) dan seorang temannya mencari kayu bakar. Awalnya mencari di sekitar warung, tp tidak membuahkanhasil juga, akhirnya dengan rasa jengkel mereka mencari agak jauh menyusuri lembah(kebetulan hujan reda), lagi-lagi kayu yg ditemui semua basah, kepalang tanggung akhirnya mereka lebih kebawah lagi yg dipenuhi pohon pinus, akhirnya disana mereka menemukan juga sedikit ranting pinus yang agak kering,tp tetep saja masih basah

Namun sedang sibuk2nya mencari ranting, ada seorang kakek menghampiri mereka. Kaget juga, ko tiba2 ada kakek2 disini.
“Golek kayu bakar dinggo opo toh, Lee (cari kayu bakar untuk apa toh, Nak)?” tanya kakek tersebut menegur rekannya mas Abyasyyad.
karena rekannya gak bisa bahasa jawa halus, akhirnya mas Abyasyyad yg jawab.
“Kangge berdiang, Mbah! Kulo sak konco sipeng teng inggil mgriku, teng POS 1 (Untuk perapian, Mbah! Saya dengan teman-teman menginap diatas sana, di POS 1)”
“Lha kayu teles ngono kok arep dinggo berdiang, opo yo iso murup (Lha kayu basah gitu kok mau dibuat berdiang, apa ya bisa nyala)?mbahnya nyaut gan..
“Lha wontene kajeng nggih niki, Mbah! Nggih mangke ak saget-sagete diurupaken (Adanya kayu ya ini, Mbah! Ya nanti diusahakan dinyalakan)?” jawab mas Abyasyad berbasa-basi, karena membayangkan betapa susahnya menyalakan kayu yang di dapatkan itu
“wis ngene wae, Lee! Ayo melu Mbah nang omahe Mbah, Mbah duwe kayu bakar akeh tur garing-garing. Mengko yen mbok nggo berdiang cepet murup. Piye, gelem ora kowe (Sudah gini saja, Nak! Ayo iku Mbah, Mbah punya kayu bakar banyak lagian sudah kering-kering. Nanti kalau kamu buat perapian cepet nyalanya. Gimana, mau nggak kamu)?
“ Daleme Mbah pundi, menawi tebih kulo mboten sekeco kaleh konco-konco, mesakaken konco-konco kulo kedangon ngentosi (Rumahnya mbah dimana, kalau jauh saya tidak enak sama teman-teman. Kasihan teman-teman saya lama menunggu)?”
“Ora adoh kok, Lee! Mung rodo mlebu alas kuwi sitik, wis mulehe mengko tak terke nek kowe wedi kesasar (Gak jauh kok, Nak! Hanya agak masuk hutan ini sedikit, sudah nanti pulangnya aku antar kalau kamu takut lupa jalan)?”
Setelah di pikir-pikir, meski ada perasaan yang kurang enak, tapi masih kalah oleh kesungguhan kakek tersebut, apa salahnya menyambut baik tawaran si kakek, ini daripada kayu yang mereka dapat juga terbilang masih basah, dan pasti susah untuk menyalakannya, tanpa ada minyak!
kemudian berdua mereka mengikuti jejak sang kakek untuk kerumahnya, memang tak berapa lama akhirnya mereka pun sampai di rmh kakek itu, rmh kakek tsb seperti model rumah-rumah di lereng gunung. Disebelah kiri rmh ada tumpukan kayu-kayu kering yang banyak sekali.
Menurut perasaan mereka saat itu, nampaknya perjalanan tdk lebih dr 5 menit, sayangnya pada saat itu mereka tidak membawa arloji atau hp yg di tinggal di pos.
Singkat cerita, akhirnya mereka mengambil kayu bakar seperlunya saja. disana pula mereka mencicipi ketela dan wedang jahe buatan istri sang kakek. Setelah selesai akhirnya mereka pamitan dgn istri sang kakek untuk kembali lagi ke pos. Dengan diantar kakek, mereka berjalan beriringan, sesekali kakek berjalan di belakang mereka.
Dalam perjalanan itu,mereka tidak berbicara sama sekali.
sedangkan mas Abyasad sempat berkhayal, pasti teman2 di POS senang, karena kami mendapatkan kayu bakar kering yg banyak. Namun temannya yg mebawa kayu bakar itu sempat terlintas perasaan aneh, ko memikul kayu bakar sebanyak ini tidak berat dan tdk terasa letih.
Setelah berjalan 5 menitan, sampailah mereka ke tempat dimana mereka bertemu dengan kakek.
“Lee, Mbah ngeterne kowe tekan kene wae yo! Mesakne Mbah wedok ora ono kancane nang omah, lan maneh kowe-kowe rak wis eling to dalan nang panggonane kanca-kancamu mau? (Nak, Kakek ngantar kamu sampai disini saja ya! Kasihan Nenek tidak ada temannya di rumah, dan lagi kalian kan sudah ingat to jalan menuju tempat teman-temanmu tadi
langsung menjawab,
“Oh, nggih Mbah matur suwun engast, ngrepotaken Mbah kemawon niki, kulo kaleh rencang kulo sampun enget kok Mbah marginipun (OH, mbah terima kasih sekali, merepotkan saja Mbah ini, saya dan teman saya sudah ingat kok Mbah jalannya)”
Kemudian kakek tersebut berjalan balik tanpa penerangan, sedangkan mereka siap melanjutkan perjalanan ke pos.
Hanya saja perasaan temannya yg membawa kayu tiba-tiba aneh, ko kayu nya sekarang menjadi berat, ah barangkali kamu sudah lelah, pikir mas Absyaad.
Setelah berjalan beberapa langkah, sang kakek sudah tdk terlihat, padahal baru saja,mungkin sang kakek lewat jalan pintas pikirnya lagi.
Setelah hampir sampai POS 1, mereka melihat ada cahaya kemerahan dari sela2 pohon, mereka sempat bengong dan bertatapan lama.
apa jangan2 sudah pagi?
Dan rasa penasaran, mereka bergegas ke POS 1 ke tempat rencana bermalam. Dan rasa penasaran itu terjawab sudah....
Mereka berdua bengong, ketika 5 rekan mereka marah2 habis-habisan, mereka menunggu harap-harap cemas. Mencaripun percuma, karena senter dibawa untuk mencari kayu bakar, akhirnya mereka cuma teriak-teriak memanggil nama mas abyasyad dan rekanny itu, tp tdk ada jawaban.
Akhirnya mereka berlima sepakat keesokan harinya untuk minta bantuan kebawah untuk mencari anggota teman yg hilang.
Mereka berdua pun menceritakan hal yg terjadi akhirnya mereka berpelukan, rasa sepenanggungan rasa kaya akan sahabat dikala teman sedang susah terjadi disini.
Kagetnya waktu itu memang sudah pagi beneran,
matahari sudah muncul dari bukit.
Akhirnya mereka tidak jadi melanjutkan perjalanan ke puncak Lawu,
timbul pertanyaaan kenapa semua ini bisa terjadi, waktu pertama mencari kayu bakar,ada yg bilang belum jam 9 malam, dan menurut mas Abyasad waktu di rmh kakek tsb tdk sampai setengah jam,dan perjalanan 10 menit, tapi tahu-tahu mereka sampai ke POS 1 sudah jam 5 pagi.
Apakah ini yang dinamakan menembus dimensi waktu ?
Entahlah,
Mereka hanya bersyukur tidak terjadi apa-apa pada mereka semua, tidak mau berandai-andai,
kalaupun memang ini menembus alam gaib...
WALLAHU A'LAMU BISSHOWAB
sekian Gan..
semoga berkenan...
budayakan komeng dan

gak nolak juga

nuhun nyaaa..
thanx for Mas Abyasyad
0
27.8K
Kutip
213
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan