[HT] Warga Sidoarjo Sulap Eceng Gondok Jadi Bensin
TS
0ralucu
[HT] Warga Sidoarjo Sulap Eceng Gondok Jadi Bensin
Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat rakyat kecil ketar-ketir untuk bisa membelinya. Meski begitu, kenaikan tersebut juga memicu kreativitas lain.
Seperti yang dilakukan Bambang Permadi warga Desa Sumo Kali Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Dia pun melakukan terobosan dengan membuat bahan bakar jenis bensin dari bahan eceng gondok. Temuannya ini bisa dia manfaatkan sebagai pengganti bahan bakar bensin untuk motor lawasnya.
Tanaman yang biasa tumbuh di sungai itu dijadikan sesuatu hal yang bermanfaat buat semua orang. Berbekal dari ketelitian serta pengalaman di dunia mekanik, ia berhasil menemukan suatu gas bakar yang fungsinya sama seperti bensin.
"Saya mulanya berfikir bagai mana caranya bisa memfungsikan tanaman yang biasa menumpuk bersama sampah dan sering dikeluhkan warga bisa bermanfaat," tuturnya, Kamis (16/05/2013).
Bersama dibantu empat temannya, akhirnya Bambang bisa menemukan Bioetanol dari bahan eceng gondok dengan cara difermentasikan terlebih dahulu.
Bambang menjelaskan, cara pembuatannya, pertama tanaman itu dijemur sampai kering, kemudian dicampur dengan ragi tape serta dicampur roti bekas yang sudah berjamur. Semua bahan tersebut diaduk-aduk rata lalu dimasak sampai mendidih.
"Setelah mendidih uapnya disuling hingga menghasilkan suatu cairan. Nah cairan tersebut bisa digunakan sebagai pengganti bensin," papar dia.
Dijelaskan Bambang, perbandingan jarak tempuh bila digunakan di dalam tangki kendaraan antara bensin dengan bahan buatnya ini, jarak tempuhnya hampir sama yaitu satu liter Biotanol dengan jarak tempuh 50 kilo meter.
Bahkan bisa lebih irit karena Bioetanol ini semakin pemanasan pembuatan semakin tinggi. Penyulingan yang dihasilkan juga bagus. "Bioetanol yang dihasilkan lebih jernih dan bagus serta tidak menghasilkan polusi alias bersih lingkungan," jelas Bambang. [isa/but]
Quote:
bangsa indonesia itu benar benar bangsa yg tahan gempuran...
apapun bisa dimanfaatkan untuk menahan gempuran....
Quote:
Tentang Enceng Gondok
Spoiler for enceng gondok:
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, di Lampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Quote:
Deskripsi
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.[1]
Habitat
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air.[3] Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.[3]
Dampak Negatif
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Penanggulangan
Menggunakan herbisida
Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.[4]
Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas[5], perabotan[6], kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.
Pembersih Polutan Logam Berat
Walaupun eceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Rangkaian penelitian seputar kemampuan eceng gondok oleh peneliti Indonesia antara lain oleh Widyanto dan Susilo (1977) yang melaporkan dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan nikel (Ni), masing- masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu tak bercampur. Eceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam-logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain. Lubis dan Sofyan (1986) menyimpulkan logam chrom (Cr) dapat diserap oleh eceng gondok secara maksimal pada pH 7. Dalam penelitiannya, logam Cr semula berkadar 15 ppm turun hingga 51,85 persen.[7]
Selain dapat menyerap logam berat, eceng gondok dilaporkan juga mampu menyerap residu pestisida.