Keputusan kontroversial dikeluarkan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait hukuman larangan bermain seumur hidup bagi Pemain Persiwa Wamena Pieter Rumaropen yang pernah memukul wakit.

Pasalnya, Komisi Banding PSSI mengabulkan keberatan dari Rumaropen dan Persiwa atas sanksi tersebut.

Hukuman Rumaropen pun jauh berkurang. Dia hanya dilarang bermain di kompetisi sepak bola Indonesia selama setahun.

"Vonis itu diambil dengan beberapa pertimbangan antara lain karena Pieter sudah berusia 29 tahun yang tergolong mendekati akhir karier. Sepak bola juga menjadi sumber mata pencarian utama dia sebagai tulang punggung keluarga," jelas Ketua Komisi Banding PSSI Muhammad Muhdar, Kamis (23/5).

Komisi Banding juga mewajibkan Rumaropen membayar denda Rp 100 juta yang minimal dibayarkan akhir bulan ini.

PSSI berharap larangan hukuman yang hanya setahun dan denda ini mampu membuat para pemain menghormati wasit.

Menanggapi putusan itu, pengamat sepak bola GH Sutejo menilai pengurangan hukuman ini tak akan membawa efek jera terhadap pelaku kekerasan di lapangan. Dia pun mendesak adanya investigasi terkait putusan ini.

Sebelumnya, Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi larangan beraktivitas seumur hidup di sepak bola Indonesia terhadap Rumaropen.

Hukuman ini dijatuhkan menyusul aksi pemukulan Pieter terhadap Wasit Muhaimin yang memimpin pertandingan Persiwa Wamena melawan Pelita Bandung Raya, Minggu (21/4).

Akibat pemukulan itu, bibir Wasit Muhaimin harus mendapat tiga jahitan besar dan satu jahitan kecil.

Menurut Ketua Komisi Disiplin PSSI Hinca Pandjaitan, pemukulan itu sangat buruk yang dapat mencederai nilai sportivitas.

"Penganiayaan terhadap wasit juga berarti mencerderai simbol pengadil tertinggi di lapangan. Dia kami hukum tidak boleh beraktivitas di persepakbolaan di bawah yurisdiksi PSSI seumur hidup," kata Hinca pada saat itu. (OP-ixn/Gatra/Foto: Adelaide Now)


sumber : opini.co.id