Katanya anak IPA itu pinter-pinter bahkan kuper. Kalo anak IPS itu bandel-bandel (katanya lo ya. TS anak IPS kok, tapi TS tidak bandel, TS baik hati dan tidak sombong)

• Siswa rajin, pinter, dan jenius : belajar serius biar nilai eksak bagus dan masuk IPA, biar ntar pisah ma teman yang males dan bodoh yang suka nyonto tugas dan PR.
• Siswa pas-pas an: berdo’a 24 jam non stop supaya bisa masuk IPA. Siapa tau aja beruntung dan bisa gabung ma anak piter dan rajin.
• Siswa bodoh tapi masih sok pinter: berdo’a 24 jam juga, tapi maksudnya biar ntar bisa gabung ma anak pinter dan rajin trus bisa tetep nyonto tugas dan PR.
• Siswa males, bodo, dan masa bodo: makin malesin diri untuk belajar, “Biarin nilai eksak jelek, lawong gue mau masuk IPS kok.”
  
  

Deng,,drendeng,,deng,, Tiba saat penjurusan

• Ekspresi biasa: anak rajin, pinter dan jenius masuk IPA
  
• Ekspresi sangat gembira: golongan pas-pasan dan golongan sok pinter yang mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa masuk IPA.
  
• Ekspresi sedih: anak pas-pasan dan anak sok pinter masuk IPS
  
• Ekspresi sedih plus kaget plus + +: anak rajin/pinter/jenius kepleset masuk IPS karena ada pelajaran eksak yang nilainya tidak tuntas.
  
• Tak ada ekspresi: anak males, bodo, masa bodo, masuk IPS

• Anak IPS protes: kenapa kita harus bayar SPP sama dengan anak IPA? Anak IPA punya 3 laboratorium (lab Biologi, lab Fisika, lab kimia) anak IPS hanya punya fasilitas olahraga (pager untuk dilompati)
  
• Anak pas-pasan dan sok pinter yg masuk IPA mulai mabok dan teler dg pelajaran eksaknya.
  

Mulai mapan dan bangga dengan jurusan masing-masing.
(Wooiy,, kita ini calon lulusan IPS, bukan lulusan SMA Negeri 1 Kota A )

• Anak IPA yang rajin, pinter, jenius : kuliah pilih jurusan dokter atau pun insinyur.
  
• Anak IPA yang merem melek: kuliah loncat ke jurusan IPS (manajemen, akuntansi, antropologi).
  
• Anak IPS : merasa sangat beruntung karena di IPS belajar ekonomi, manajemen, akuntansi walau masih pengenalan, “Gue udak belajar ekonomi, akuntansi, manajemen gue calon direktur dan manajer. Heh, lo mau jadi dokter atau insinyur yang gaji manajer juga, atasan lo direktur juga.”
  

Gue bukan menjelekkan salah satu golongan. IPA dan IPS itu hanyalah sebuah diferensiasi sosial (horisontal kekiri/kanan). Hanya pandangan yang keliru yang membuat IPA dan IPS menjadi sebuah stratifikasi sosial (vertikal atas dan bawah) yang seakan anak IPA lebih pandai dari anak IPS ataupun sebaliknya. IPA dan IPS sesungguhnya hanyalah pilihan untuk anak, dimana mereka memilihnya sesuai minat dan bakat yang dimiliki.

Ternyata IPA dan IPS tidak benar-benar dihilangkan, hanya sedikit diganti istilah dg Peminatan Matematika dan sains serta peminatan sosial, namun bedanya adalah dalam sistem ini ada peminatan loncatan, dimana siswa dr satu kinatan masih bisa memilih pelajaran dari minatan lain