- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Hidup Gadis Pemulung Bali Ni Wayan Juara Foto Internasional 2011 dibukukan


TS
myuskan
Kisah Hidup Gadis Pemulung Bali Ni Wayan Juara Foto Internasional 2011 dibukukan
Selamat Malam gan
mudahan ini gak repost ane capture ni gan
Wayan Sepi, Juara Foto Internasional
Siapa sangka, dengan kamera pinjaman dan memotret objek sederhana, seorang gadis dusun Bali memenangkan lomba foto internasional. Gadis itu adalah Ni Wayan Mertiayani.
Mengenakan baju Bali, dengan kebaya putih dan kamen biru, Wayan Mertiayani menerima hadiah dari Annemarie Becker. Gadis asal Banjar Biasiantang, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali ini menerima hadiah kamera Canon G11, buku-buku tentang Anne Frank, dan fotonya sendiri yang menang lomba dari perwakilan Yayasan Anne Frank pada 3 Mei 2010 di Amsterdam, Belanda. Gadis berusia 14 tahun itu memenangkan lomba foto internasional tentang Anne Frank. “Kisah Anna Frank sama dengan kisah saya,” katanya di Hilversum, Belanda.
Sulung dari dua bersaudara ini memang berasal dari keluarga miskin.Ibunya, I Nengah Kirem, (52) sudah bertahun-tahun menderita ginjal dan harus bekerja serabutan. Ayah Wayan telah meninggal sejak dia berumur tiga tahun. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan satu kamar tidur.
Awal Pemotretan
Pada September tahun 2009, ada tamu dari Belanda yang memberi tahu Wayan tentang lomba foto dari Yayasan Anne Frank. Wayan tertarik. Dia pun meminjam kamera digital pada tamu tersebut.
Wayan mengambil 15 foto dari sekitarnya seperti ayam, telur, kamar, dapur, dan ayam di atas pohon. Jepretan terakhirnya adalah sebuah potret pohon ubi karet dengan dahan tanpa daun yang tumbuh di depan rumahnya. Seekor ayam bertengger di salah satu dahan, serta handuk berwarna merah jambu dan baju keseharian yang dijemur di bawahnya.
“Foto (ayam di atas pohon) itu, tiang ambil terakhir,” ujarnya
Semua foto itu kemudian dia serahkan pada Dolly Amarhoseija, turis Belanda yang meminjamkan kamera tersebut. Dua bulan kemudian dia mendapatkan kabar kalau fotonya menang. “Wah, tiang merasa sangat senang. Lega sajan,” kata anak pasangan Ni Nengah Kirem dan I Nengah Sangkrib ini
Foto sederhananya itu memikat 12 fotografer kelas dunia dari World Press Photo yang menjadi juri lomba foto internasional 2009 yang digelar Yayasan Anne Frank di Belanda. Tema lomba yang yang diikuti 200 peserta itu adalah “Apa Harapan Terbesarmu?”
Dua belas juri dari World Press Photo mengatakan, semua unsur dalam foto Wayan bekerja sangat bagus. “The shape of the tree, the one chicken up in the branches, the color and light. They all work in its favor. All of this relays the photographer’s reality through subtle symbolism,” tulis juri di dalam website resmi Yayasan Anne Frank
“Melalui foto itu, Wayan tak hanya memperlihatkan dunianya, tapi juga cita-citanya sebagai wartawan,” tambah Annemarie Backer dari Yayasan Anne Frank
Wayan sendiri mengatakan ayam yang sedang bertengger di atas pohon saat itu memang menarik perhatiannya. “Ayam itu menggambarkan kehidupan saat ini sekaligus cita-cita saya,” katanya menjelaskan. Ayam itu simbolisasi diri dan kehidupannya. “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehujanan. Sama seperti saya,” ujarnya
Wayan mengaku tidak menyangka fotonya akan menang. Tapi, itulah kenyataannya. Foto gadis dari desa miskin itu membawanya ke Belanda. Anak pertama dari dua bersaudara ini datang bersama adik kandungnya, Nengah Jati.
“Saya semakin yakin untuk menjadi wartawan setelah berkunjung ke Belanda,” katanya.
Negeri Kincir Angin menjadi tempat pertama Wayan mengenal dunia di luar Bali. Dia mengaku senang bisa menjejakkan kaki di Belanda, yang menurut dia bersih, ramai, meski cuacanya kurang bersahabat. “Senang tapi makanannya tidak enak, mentah-mentah. Lebih enak jajanan saya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Wayan berharap bisa menyelesaikan sekolah dan mewujudkan cita-citanya menjadi jurnalis. Sepulangnya dari Belanda, ia mendapat kabar gembira berupa kelulusannya dari ujian nasional.
“Saya ingin membahagiakan ibu saya,” ujarnya sendu. Matanya bulat menerawang. Dia sangat sadar kemiskinan mengancam kelanjutan pendidikannya. “Anne Frank lebih susah hidupnya. Jika dia tak mengeluh, saya juga seharusnya tidak,” ujarnya kemudian.
Moral of the Story yang ingin saya sharing kurang lebih sbb:
1. Keterbatasan bukanlan segalanya, hanya bermodalkan kamera pinjaman dan teknik foto yang sangat minim, dia berhasil membuat foto yang luar biasa
2. Cerita dibalik sebuah Foto, Sebuah foto yang baik, kadangkala tidak selalu harus memiliki kualitas teknik yang mumpuni, kadangkala cerita dan momen dalam foto itu justru menjadi kekuatan sebuah foto
mudahan ini gak repost ane capture ni gan
Spoiler for CaPTURE:
Wayan Sepi, Juara Foto Internasional
Siapa sangka, dengan kamera pinjaman dan memotret objek sederhana, seorang gadis dusun Bali memenangkan lomba foto internasional. Gadis itu adalah Ni Wayan Mertiayani.
Spoiler for Pic Ni Wayan:
Mengenakan baju Bali, dengan kebaya putih dan kamen biru, Wayan Mertiayani menerima hadiah dari Annemarie Becker. Gadis asal Banjar Biasiantang, Desa Purwakerti, Kecamatan Abang, Karangasem, Bali ini menerima hadiah kamera Canon G11, buku-buku tentang Anne Frank, dan fotonya sendiri yang menang lomba dari perwakilan Yayasan Anne Frank pada 3 Mei 2010 di Amsterdam, Belanda. Gadis berusia 14 tahun itu memenangkan lomba foto internasional tentang Anne Frank. “Kisah Anna Frank sama dengan kisah saya,” katanya di Hilversum, Belanda.
Sulung dari dua bersaudara ini memang berasal dari keluarga miskin.Ibunya, I Nengah Kirem, (52) sudah bertahun-tahun menderita ginjal dan harus bekerja serabutan. Ayah Wayan telah meninggal sejak dia berumur tiga tahun. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan satu kamar tidur.
Awal Pemotretan
Pada September tahun 2009, ada tamu dari Belanda yang memberi tahu Wayan tentang lomba foto dari Yayasan Anne Frank. Wayan tertarik. Dia pun meminjam kamera digital pada tamu tersebut.
Wayan mengambil 15 foto dari sekitarnya seperti ayam, telur, kamar, dapur, dan ayam di atas pohon. Jepretan terakhirnya adalah sebuah potret pohon ubi karet dengan dahan tanpa daun yang tumbuh di depan rumahnya. Seekor ayam bertengger di salah satu dahan, serta handuk berwarna merah jambu dan baju keseharian yang dijemur di bawahnya.
“Foto (ayam di atas pohon) itu, tiang ambil terakhir,” ujarnya
Spoiler for Fotonya gan:
Semua foto itu kemudian dia serahkan pada Dolly Amarhoseija, turis Belanda yang meminjamkan kamera tersebut. Dua bulan kemudian dia mendapatkan kabar kalau fotonya menang. “Wah, tiang merasa sangat senang. Lega sajan,” kata anak pasangan Ni Nengah Kirem dan I Nengah Sangkrib ini
Foto sederhananya itu memikat 12 fotografer kelas dunia dari World Press Photo yang menjadi juri lomba foto internasional 2009 yang digelar Yayasan Anne Frank di Belanda. Tema lomba yang yang diikuti 200 peserta itu adalah “Apa Harapan Terbesarmu?”
Dua belas juri dari World Press Photo mengatakan, semua unsur dalam foto Wayan bekerja sangat bagus. “The shape of the tree, the one chicken up in the branches, the color and light. They all work in its favor. All of this relays the photographer’s reality through subtle symbolism,” tulis juri di dalam website resmi Yayasan Anne Frank
“Melalui foto itu, Wayan tak hanya memperlihatkan dunianya, tapi juga cita-citanya sebagai wartawan,” tambah Annemarie Backer dari Yayasan Anne Frank
Wayan sendiri mengatakan ayam yang sedang bertengger di atas pohon saat itu memang menarik perhatiannya. “Ayam itu menggambarkan kehidupan saat ini sekaligus cita-cita saya,” katanya menjelaskan. Ayam itu simbolisasi diri dan kehidupannya. “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehujanan. Sama seperti saya,” ujarnya
Wayan mengaku tidak menyangka fotonya akan menang. Tapi, itulah kenyataannya. Foto gadis dari desa miskin itu membawanya ke Belanda. Anak pertama dari dua bersaudara ini datang bersama adik kandungnya, Nengah Jati.
“Saya semakin yakin untuk menjadi wartawan setelah berkunjung ke Belanda,” katanya.
Negeri Kincir Angin menjadi tempat pertama Wayan mengenal dunia di luar Bali. Dia mengaku senang bisa menjejakkan kaki di Belanda, yang menurut dia bersih, ramai, meski cuacanya kurang bersahabat. “Senang tapi makanannya tidak enak, mentah-mentah. Lebih enak jajanan saya,” ujarnya disambut tawa hadirin.
Wayan berharap bisa menyelesaikan sekolah dan mewujudkan cita-citanya menjadi jurnalis. Sepulangnya dari Belanda, ia mendapat kabar gembira berupa kelulusannya dari ujian nasional.
“Saya ingin membahagiakan ibu saya,” ujarnya sendu. Matanya bulat menerawang. Dia sangat sadar kemiskinan mengancam kelanjutan pendidikannya. “Anne Frank lebih susah hidupnya. Jika dia tak mengeluh, saya juga seharusnya tidak,” ujarnya kemudian.
Moral of the Story yang ingin saya sharing kurang lebih sbb:
1. Keterbatasan bukanlan segalanya, hanya bermodalkan kamera pinjaman dan teknik foto yang sangat minim, dia berhasil membuat foto yang luar biasa
2. Cerita dibalik sebuah Foto, Sebuah foto yang baik, kadangkala tidak selalu harus memiliki kualitas teknik yang mumpuni, kadangkala cerita dan momen dalam foto itu justru menjadi kekuatan sebuah foto
Spoiler for Sumber dan Beritanya :
0
2.4K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan