Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

fahmi90Avatar border
TS
fahmi90
Imun Is ASI: Mengenal Protein ASI.
Oleh: Khomaini Hasan

“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (Al-Qur’an surat At Tiin: 4)

Imun Is ASI: Mengenal Protein ASI.

Menyusui bayi bukan sekedar memberikan asupan laktosa kepada bayi. Menyusui adalah suatu proses alamiah yang sudah di anugerahkan oleh-Nya kepada ibu dalam rangka membangun kekebalan kepada bayi. Menyusui adalah yang merupakan salah satu anugerah yang dimiliki wanita yang memiliki tanggung jawab mulia terhadap bayi yang dilahirkannya. Seorang ibu akan berusaha memenuhi tugas mulia ini dalam rangka memenuhi hak bayinya.

Analisis perbandingan mikroba pada bayi yang diberikan ASI dengan yang diberikan susu formula sangat berbeda. Bayi ASI sangat sedikit memiliki potensi keberadaan bakteri pathogen seperti E. coli, Bacteroides, Campylobacter, dan Streptococci tapi kelimpahan bakteri yang menguntungkan seperti Lactobacili dan Bifidobacteria sangat besar. Walaupun, begitu banyaknya komponen anti-mikroba dalam ASI yang kelak menghambat pertumbuhan mikroba pathogen, namun banyak juga komponen-komponen yang menstimulasi pertumbuhan mikroba yang menguntungkan, yang kebanyakan mikroba ini memiliki peran sebagai prebiotik, yang biasa disebut sebagai faktor Bifidus. Faktor ini berhubungan dengan kemampuan asidifikasi mikroba menguntungkan dalam sistim pencernaan guna menekan pertumbuhan bakteri patogen yang sudah kita telaah secara ringkas ditulisan sebelumnya.


Setelah kita mengenal komponen oligosakarida pembangun ASI, yang secara spesifik memberikan efek yang imunitas pertama dan utama serta alamiah terhadap bayi, kini saatnya kita mengenal komponen lain dari ASI, yaitu protein. Komponen protein termasuk komponen minor dalam ASI. Walaupun termasuk komponen minor, namun nilai kebaikan protein dalam ASI, apabila kita pelajari dan renungkan, justru sangat besar. Apalagi kalau kita mengetahui apa dan bagaimana komponen protein ASI itu memberikan efek yang positif kepada bayi kita.

Jumlah protein dalam ASI hanya sekitar 0.9%, dan konsentrasi ini menurun seiring dengan periode laktasi. Komponen yang cukup besar diantara kasein, yang mengandung sekitar 45% pada tahap awal laktasi dan 20% pada saat fase laktasi, dan sisa 80% didominasi oleh protein whey yang terdiri atas komponen lain, yaitu a-laktalbumin, laktoferin , lisosim, Laktoperoksidase, dan “secretory IgA”. Dalam porsi yang cukup signifikan, ASI juga mengandung lipase, amilase, inhibitor tripsin/kimotripsin, haptocorrin, protein pengikat folat dan cytokines.

Kasein adalah jenis dari fosfoprotein, jenis protein yang mengalami proses fosforilasi. Menariknya bahwa rasio kelimpahan kasein ini bervariasi pada setiap tahap, Protein ini banyak dimanfaatkan dalam industri makanan, seperti dalam pembuatan keju. Dalam ASI, jenis kasein yang terkandung adalah beta-kasein. Protein ini mengikat kalsium pada daerah yang terfosforilasi. Kalsium ini menjadi pengikat antar kasein yang selanjutnya membentuk misel, sehingga mudah di konsumsi oleh bayi.

Kasein ASI terdiri dari 226 asam amino. Protein ini membentuk struktur yang tidak beraturan, serta memiliki ciri khas sebagai protein yang berbentuk kumparan acak (random coil). Struktur kasein ini sangat sensitif terhadap lingkungan, misalkan mudah termodifikasi dengan perubahan suhu. Fungsi kasein ini pada dasarnya adalah sebagai pemenuhan nutrisi untuk bayi terutama asam amino esensial. Dalam fungsinya, kasein memiliki sifat-sifat yang sangat menakjubkan. Sebagai contoh, komponen utama dari protein ini adalah kasein fosfopeptida yang cukup tahan terhadap hidrolisis enzimatik dan mudah diserap oleh sistim pencernaan. Selain itu beberapa peptida turunan kasein (misalkan k-kasein) ini memiliki sifat sebagai antimikroba, biasanya mikroba Gram negatif (casecidin, peptida dengan bobot molekul 4000-6000 kDa, hasil hidrolisis k-kasein oleh kimotripsin), anti hipertensif (tripeptida dari k-kasein dan dekapeptida dari b-kasein yang keduanya berfungsi sebagai inhibitor enzim pengubah Angiotensin, yaitu enzim yang terlibat dalam penyempitan pembuluh darah), antitromobotik (casopiastrin dan beberapa peptida glikokasein yang berperan sebagai inhibitor dalam platelete agregation), opioid (b-casomorphin, peptida turunan b-kasein, berfungsi sebagai ligan pada reseptor opioid yang berperan dalam berbagai fungsi biologis: seperti analgesik, sosial, dan endokrin), immunomudolator, dan fungsi gastrointestinal. Kombinasi seluruh jenis peptide memberikan bukti penting bagaimana protein ASI memberikan efek yang sangat kepada seorang bayi.

a-laktalbumin yang terdapat pada ASI memiliki kemampuan mengikat kalsium (Ca) dan seng (Zn). Walaupun jumlah kalsium yang terikat kepada protein ini dalam ASI hanya 1% dari total kandungan kalsium, namun protein ini memilik efek yang signifikan pada proses absorpsi mineral. Hal yang menarik bahwa peptida hasil pemecahan dengan a-laktalbumin dari ASI oleh protease memiliki sifat anti mikroba terhadap E. coli, Klebsiella pneumoniae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Streptococci, dan C. Albicans.

Protein pengikat suatu zat menjadi krusial dalam masa awal kehidupan bayi. Bicara tentang besarnya proporsi zat besi (Fe) dalam ASI, maka laktoferin adalah protein yang memiliki peran itu. Secara struktur, laktoferin mengikat 2 ion Fe. Laktoferin berperan sebagai modulator Fe yang ada dalam sel manusia yang dimediasi oleh reseptor, yang dikenal sebagai enterocyte lactoferrin receptor. Menariknya, pada suatu penelitian, dilaporkan bahwa laktoferin yang ditambahkan kepada susu formula justru tidak meningkatkan absorpsi zat besi. Hal ini disebabkan laktorferin dari bovine tidak berinteraksi pada reseptor enterosit yang ada pada bayi, sedangkan laktoferin yang ada pada ASI berinteraksi dengan sangat kuat untuk meningkatkan absorpsi zat besi pada bayi.

Selain laktoferin, ada juga haptocorrin, protein yang terdapat pada ASI yang berfungsi mengikat vitamin B-12 (transcobalamin) pada fasa awal kehidupan bayi dan juga berfungsi sebagai anti mikroba.

Protein pengikat lain adalah adalah protein pengikat folat (FBP) (lihat gambar). FBP, dalam strukturnya memiliki sekitar 22% terglikosilasi yang membantu mereka bertahan terhadap proses proteolisis. FBP toleran terhadap suhu rendah yang ada dalam usus dan proses absorpsi folat pada bayi sangat signifikan dengan keberadaan protein ini.

Lisosim adalah salah komponen utama pada ASI. Enzim ini memiliki kemampuan dalam memecah dinding sel bagian luar dari bakteri Gram Positif dengan cara menghidrolisis ikatan b-1,4 antara asam N-asetilmuramat dan 2-asetilamino-2-deoksi-D-glukosa. Dengan laktoferin, lisosim bekerja sama secara sinergis dalam membunuh bakteri Gram negative dengan cara laktoferin berperan sebagai penghancur cell membrane terluar bakteri, sehingga lisosim dapat masuk kedalam bakteri dan memecah ikatan proteoglikan bakteri, dan menyebabkan bakteri menjadi mati. Penelitian tentang lisosim berkaitan dengan penghambatan virus seperti HIV juga sudah pernah dilaporkan, namun penelitian mendalam mengenai ini masih terus dilakukan.

Protein menarik lain yang berada pada ASI adalah enzim laktoperoksidase yang sangat aktif. Enzim ini mengkatalis proses oksidasi tiosianat (yang terdapat pada saliva bayi), membentuk hipotiosianat, yang dapat membunuh bakteri Gram positif dan negatif. Sehingga dengan memahami mekanisme ini, kita dapat memahami bahwa laktoperoksidase ini berkontribusi dalam membentuk pertahanan terhadap infeksi pada mulut dan sistim pencernaan.

IgA adalah protein immunoglobulin yang terdapat pada sekresi mucus seperti air mata atau saliva. sIgA adalah komponen yang disekresikan untuk melindungi immunoglobulin dari perusakan oleh protease dalam tubuh sehingga dapat memberikan proteksi ke pada tubuh. Walaupun protein ini hadir dalam konsentrasi yang sangat kecil, namum kemampuan proteksinya mencapai 100 kali lebih kuat dari N-asetil-glukosamin.

Lipase adalah enzim yang berperan dalam degradasi lemak. Dalam ASI, enzim ini membantu bayi yang baru lahir, yang dalam keadaan bayi itu sendiri sangat rendah aktivitas lipase dan pemanfaatan lipid. Keberadaan lipase dari ASI akan sangat membantu dalam rendah kemampuan yang dimiliki oleh bayi. Lipase ASI ini memiliki kemampuan mendegradasi berbagai spektrum lemak, seperti mono- di- triasilgliserol, kolesterol ester, fosfatidilgliserol, dan lain-lain.

Amilase dalam ASI memberikan peran yang sangat signifikan. Sifatnya yang bekerja pada suhu rendah, dan tahan terhadap degradasi pepsin. Walaupun tidak ada substrat yang khusus untuk amilase, namun enzim ini memberikan peran yang sangat signifikan dan memberikan kompnesasi akan rendahnya aktivitas amilolitik yang ada pada saliva dan pankreas bayi, dimana sumber amilase dari keduanya berperan dalam mendegrdasi karbohidrat yang komplek.

Inhibitor protease yang ada pada ASI memiliki konsentrasi yang secara fisiologis cukup signifikan. Mereka berfungsi membatasi aktivitas protease yang ada pada pankreas bayi. Selain itu juga itu inhibitor ini memberikan pembatasan pada kemampuan protease dalam mendegradasi protein-protein tertentu yang memiliki fungsi biologis yang signifikan kepada bayi.

Dan terakhir, Cytokines yang terkandung dalam ASI memiliki macam ragam, seperti sebagai interleukin (IL), seperti IL-6, IL-8, IL10, tumor necrosis factor a dan transforming growth factor b. Walaupun fungsi cytokines ini semuanya sebagai immunomodulator, mereka juga berperan sebagai anti inflamasi, yang menunjukkan peran mereka dalam mencegah infeksi.
0
2.6K
11
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan