Kaskus

Entertainment

amizakiAvatar border
TS
amizaki
Tawuran Pelajar..Siapakah yang patut dipersalahkan ? Jawab nya Orang tua gan...
Dunia seakan turut berduka cita dan berkabung atas berbagai aksi tawuran pelajar yang mencoreng ranah pendidikan beberapa hari terakhir ini. 2 korban pun berjatuhan sia-sia. Belum kering tanah makam Alawi Yusianto, disusul kemudian Denny Yanuar yang meregang nyawa karena sabetan benda tajam. Nyawa mereka melayang tanpa guna. Meninggalkan duka yang amat mendalam bagi keluarga, handai taulan, serta teman-teman semua.

Satu hal yang ingin dibahas di sini, adalah sebuah pertanyaan: "Siapa yang PALING patut disalahkan dalam hal ini?"

Perhatikan pertanyaannya:......yang PALING patut disalahkan.......

Pemerintah? Pihak yang berwajib? Kementerian Pendidikan? Pihak sekolah? Para guru? Para siswa yang terlibat tawuran itu sendiri? Atau siapa?

Seiring merebaknya informasi mengenai tragedi berdarah ini, muncullah suara-suara, pendapat, serta tudingan yang selalu menilai pemerintah yang salah. Apa-apa pemerintah. Dikit-dikit pemerintah. Seolah pemerintah adalah Tuhan yang mengatur dan menentukan baik buruknya dunia.

Padahal, kalau kita menilai dari kacamata Islam, dalam hal ini yang PALING layak disalahkan adalah para orangtua. Ya, para orangtua.

Para orangtua yang tidak membekali anak-anak mereka dengan ilmu agama yang memadai. Tidak mendidik anak-anaknya dengan ilmu akhlaq dan moralitas islami yang santun, menahan diri untuk tidak menyakiti, serta menjaga nyawa manusia.

Salahkan mereka para orangtua, yang menilai baik buruknya anak hanya dari grafik prestasi akademis; tanpa perduli bahwa jiwa sang anak amat rapuh dan kosong dari siraman iman. Batinnya gersang kerontang tanpa setetespun mata air ajaran agama yang penuh kebaikan.

Salahkan mereka para orangtua, yang sudah merasa cukup dengan menyerahkan hitam putih anaknya pada kurikulum sekolah, tanpa pernah mau tahu lagi apa dan bagaimana yang dilakukan sang anak di luar sekolah. Para orangtua yang terlalu menjejali anaknya dengan dogma-dogma duniawi, tanpa diimbangi dengan pendidikan religi sebagai benteng keimanan yang kokoh. Para orangtua yang merasa begitu bangga, dan menganggap anaknya telah begitu positif dengan ikut grup band sekolah, teater drama, pramuka, cheerleaders, basket, dll dari aktivitas duniawi yang kering dari sentuhan rohani Islam yang haq. Akibatnya, begitu mendapati si anak jatuh berkubang dalam tindakan kriminal, semacam narkoba, pergaulan bebas, atau tawuran, barulah mata mereka terbelalak, terbengong-bengong tak percaya bagaimana mungkin anaknya yang selama ini kelihatan "manis-manis" saja kok bisa berbuat jahat, bahkan tega menghilangkan nyawa orang lain.
Hmmm......kemana saja kalian Bapak, Ibu, para orangtua ?? Kenapa baru sekarang mata kalian terbuka ?? Padahal anak-anak Anda sudah sekian lama bergumul dalam berbagai dosa dan kejahatan di belakang punggung kalian.

Dalam tinjauan Islam, orangtualah yang sejatinya paling bertanggung jawab atas baik buruknya anak. Orangtualah yang akan bertanggung jawab di hadapan Allah kelak di akhirat tentang anak-anak mereka, bukan pemerintah, bukan polisi, bukan bapak/ibu guru, bukan pihak sekolah, bukan pula pak Menteri pendidikan. Tapi orangtua.

Lihatlah dalam surat At-Tahriim, bagaimana Allah memerintahkan kita untuk menyelamatkan diri kita dan keluarga kita dari api neraka.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin. Dan setiap kalian akan ditanya tentang siapa yang dipimpinnya. Dan seorang lelaki bertanggung jawab atas keluarganya."

Orangtua pulalah yang sesungguhnya berperan besar dalam perkembangan si anak. Baik buruknya. Hitam putihnya. Bukan pemerintah. Bukan Menteri. Bukan sekolah. Bukan guru. Tapi orangtua. Rasulullah juga bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan di atas fithrahnya. Orangtuanyalah yang menjadikan dia Majusi, atau Yahudi, atau Nashrani."

Keluarga di rumah merupakan pondasi dasar dan paling fundamental dalam hal pendidikan anak. Dari keluargalah si anak mengenal nilai-nilai kehidupan, baik atau buruk. Dari keluarga pula si anak berangkat memulai harinya dan kembali pulang ke keluarga dengan membawa sederet persoalan yang kebanyakan orangtua acuh tak acuh saja. Ibarat pohon, apabila dari akarnya sudah bagus, insyaAllah tumbuh kembangnya juga bagus. Tapi kalau dari akarnya sudah busuk, maka batangnya pun akan juga busuk. Tak menghasilkan buah pula.

Jika demikian ini kondisinya, lantas, bagaimana bisa manusia bertubi-tubi memvonis pihak-pihak di luar orangtua sebagai biang kesalahan ??

Fa'tabiruu ya Ulil Albaab.......
La'allakum tatafakkaruun...

Dapet dari tulisan status Ammi Ahmad Alawi Aac di Facebook

sumber : http://www.facebook.com/photo.php?fb...838436&type=1#
0
2.2K
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan