- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Taktik China Manjakan Buruh


TS
zhouxian
Taktik China Manjakan Buruh
DONGGUAN, Cina – Setelah bertahun-tahun menawarkan bonus dan insentif keuangan lainnya untuk meningkatkan loyalitas karyawan, sebuah perusahaan garmen Cina tahun ini mencoba taktik unik: menggelar “Olimpiade Menjahit”.
TAL Group, pemasok pakaian untuk perusahaan seperti Burberry Group dan Brooks Brothers Group, mengadakan lomba ini di pabriknya di Dongguan, Cina tenggara. Para buruh berlomba memotong, menjahit, dan melipat bahan kain menjadi baju berkelas. Kesepuluh pemenang dihadiahi uang tunai. Jumlahnya kecil saja, namun foto para juara—dalam ukuran besar—digantung di luar ruangan yang setiap harinya dilewati ribuan buruh saat istirahat makan.
Thomas Lee for The Wall Street Journal
Cheng Pei Quan, kanan, sang juara Olimpiade Menjahit dengan gelar “Raja Kerah”.“Orang Cina sangat menghargai ‘ketenaran’,” ujar seorang pemenang, Cheng Pei Quan, 23 tahun. Ia dijuluki “Raja Kerah” karena dapat menjahit 95 kerah per jam, sepertiga kali lebih banyak dari rata-rata. “Kompetisi ini memberi saya kebanggaan yang tidak bisa saya peroleh dari tunjangan atau fasilitas seperti kenaikan gaji,” ungkapnya.
Bagi pelaku industri manufaktur Cina, uang saja tidak cukup untuk menarik dan mempertahankan buruh. Generasi terbaru pekerja Negeri Tembok Besar kini menuntut adanya keseimbangan antara hidup dan pekerjaan yang lebih baik.
Maka, perusahaan-perusahaan Cina melakukan berbagai upaya seperti menggelar kontes menyanyi ala “American Idol”, mengadakan acara temu jodoh, membangun perpustakaan dan karaoke di pabrik, dan mengatur makan malam sederhana antara manajer dan pekerja terbaik.
Upaya ini dilakukan untuk mengatasi kurangnya pasokan tenaga kerja di Cina. Pada kuartal I, permintaan di pasar tenaga kerja melebihi pasokan yang ada. Populasi usia produktif di Cina, yang didefinisikan sebagai usia 15-59 tahun, tahun lalu jatuh untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun. Ini merupakan dampak kebijakan nasional “satu anak cukup” yang diterapkan pada 1980.
Meski jumlah buruh urbanisasi di Cina naik 3,9% tahun lalu, pengusaha manufaktur dihadapkan pada kompetisi yang ketat dari industri konstruksi, pertambangan, dan sektor lainnya yang juga mencari tenaga kerja. Rata-rata gaji bulanan buruh naik 74% dalam empat tahun terakhir, menjadi $395 atau sekitar Rp3.850.000 di kuartal I 2013.
Grup perusahaan manufaktur Federation of Hong Kong Industries menyatakan sekitar 80% anggotanya memiliki masalah penyerapan tenaga kerja. Jajak pendapat yang digelar tahun ini oleh Standard Chartered mengungkap 9% dari hampir 300 perusahaan manufaktur di kawasan industri Pearl River Delta berencana memindahkan produksi ke luar Cina. Penyebabnya terkait dengan kondisi tenaga kerja yang ketat. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dibandingkan persentase tahun lalu.
“Bukan cadangan tenaga kerja yang habis. Melainkan, pengusaha harus bekerja lebih keras” untuk merekrut dan mempertahankan karyawan, demikian kata Mark Williams, ekonom Asia di perusahaan konsultasi Capital Economics, London.
Rasio angka kebutuhan vs pasokan pekerja per kuartal di CinaPerusahaan konsultasi lain, Elevate Global Ltd., berpendapat langkah paling efektif untuk mempertahankan karyawan adalah lewat penguatan komunikasi, asalkan upah yang ditawarkan juga kompetitif.
“Mendekatkan manajemen dan karyawan akan memberikan peluang bagi buruh untuk menjadi sesuatu yang lebih besar ketimbang sekadar bagian dari sistem,” kata Ian Spaulding, rekanan senior Elevate Global di Hong Kong.
Flextronics International Ltd., produsen perangkat elektronik untuk perusahaan otomotif dan komputer, mencoba menerapkan prinsip itu. November lalu, mereka menggelar acara unjuk talenta karyawan di pabriknya di Zhuhai, Pearl River Delta.
Tak hanya di Zhuhai, Flextronics juga menggelar beberapa acara lain di pabrik mereka di Suzhou, timur Cina. Di tempat itu, Flextronics mengadakan piknik, unjuk bakat, serta ajang kencan kilat bagi pekerja bujang. Ajang cari jodoh itu sudah menghasilkan lima pernikahan.
Agar karyawan merasa nyaman ketika berada di pabrik, Flextronics lalu melengkapi ruang istirahat dengan beberapa televisi, salon tata rambut, serta lapangan sepak bola dan basket.
“Bila Anda sanggup membuat karyawan terkoneksi secara sosial, mereka akan bertahan di perusahaan Anda,” papar Tom Linton, chief procurement officer Flextronics.
Koneksi sosial menjadi penting di Cina, sebab banyak buruh migran di sana bekerja jauh dari keluarga dan teman di kampung halaman. Di lain sisi, buruh begitu bersemangat membentuk jaringan pertemanan di tempat mereka bekerja.
Kembali ke pabrik TAL di Dongguan, karyawannya bisa melepas penat di ruang karaoke atau perpustakaan berakses Internet. Perusahaan itu tak hanya membayarkan tiket mudik Tahun Baru, tapi juga menugaskan staf untuk mengantre tiket kereta di stasiun.
Dengan fasilitas seperti itu, jumlah pekerja yang tidak kembali ke pabrik setelah libur Tahun Baru hanya sekitar 10% per tahun. Menurut CEO Roger Lee, lima tahun lalu angkanya sampai 40%.
“Jelas, inilah yang harus kita lakukan agar bisa kompetitif,” tandas Lee. “Bagi anak-anak muda (pekerja kami), lingkungannya cukup berat karena sebagian di antara mereka baru 18 atau 19 tahun. Seperti sekolah asrama, kita harus bisa membuat suasananya menyenangkan bagi mereka.”
http://indo.wsj.com/posts/2013/05/03...anjakan-buruh/
boleh juga tuh
TAL Group, pemasok pakaian untuk perusahaan seperti Burberry Group dan Brooks Brothers Group, mengadakan lomba ini di pabriknya di Dongguan, Cina tenggara. Para buruh berlomba memotong, menjahit, dan melipat bahan kain menjadi baju berkelas. Kesepuluh pemenang dihadiahi uang tunai. Jumlahnya kecil saja, namun foto para juara—dalam ukuran besar—digantung di luar ruangan yang setiap harinya dilewati ribuan buruh saat istirahat makan.
Thomas Lee for The Wall Street Journal
Cheng Pei Quan, kanan, sang juara Olimpiade Menjahit dengan gelar “Raja Kerah”.“Orang Cina sangat menghargai ‘ketenaran’,” ujar seorang pemenang, Cheng Pei Quan, 23 tahun. Ia dijuluki “Raja Kerah” karena dapat menjahit 95 kerah per jam, sepertiga kali lebih banyak dari rata-rata. “Kompetisi ini memberi saya kebanggaan yang tidak bisa saya peroleh dari tunjangan atau fasilitas seperti kenaikan gaji,” ungkapnya.
Bagi pelaku industri manufaktur Cina, uang saja tidak cukup untuk menarik dan mempertahankan buruh. Generasi terbaru pekerja Negeri Tembok Besar kini menuntut adanya keseimbangan antara hidup dan pekerjaan yang lebih baik.
Maka, perusahaan-perusahaan Cina melakukan berbagai upaya seperti menggelar kontes menyanyi ala “American Idol”, mengadakan acara temu jodoh, membangun perpustakaan dan karaoke di pabrik, dan mengatur makan malam sederhana antara manajer dan pekerja terbaik.
Upaya ini dilakukan untuk mengatasi kurangnya pasokan tenaga kerja di Cina. Pada kuartal I, permintaan di pasar tenaga kerja melebihi pasokan yang ada. Populasi usia produktif di Cina, yang didefinisikan sebagai usia 15-59 tahun, tahun lalu jatuh untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun. Ini merupakan dampak kebijakan nasional “satu anak cukup” yang diterapkan pada 1980.
Meski jumlah buruh urbanisasi di Cina naik 3,9% tahun lalu, pengusaha manufaktur dihadapkan pada kompetisi yang ketat dari industri konstruksi, pertambangan, dan sektor lainnya yang juga mencari tenaga kerja. Rata-rata gaji bulanan buruh naik 74% dalam empat tahun terakhir, menjadi $395 atau sekitar Rp3.850.000 di kuartal I 2013.
Grup perusahaan manufaktur Federation of Hong Kong Industries menyatakan sekitar 80% anggotanya memiliki masalah penyerapan tenaga kerja. Jajak pendapat yang digelar tahun ini oleh Standard Chartered mengungkap 9% dari hampir 300 perusahaan manufaktur di kawasan industri Pearl River Delta berencana memindahkan produksi ke luar Cina. Penyebabnya terkait dengan kondisi tenaga kerja yang ketat. Jumlah itu lebih dari dua kali lipat dibandingkan persentase tahun lalu.
“Bukan cadangan tenaga kerja yang habis. Melainkan, pengusaha harus bekerja lebih keras” untuk merekrut dan mempertahankan karyawan, demikian kata Mark Williams, ekonom Asia di perusahaan konsultasi Capital Economics, London.
Rasio angka kebutuhan vs pasokan pekerja per kuartal di CinaPerusahaan konsultasi lain, Elevate Global Ltd., berpendapat langkah paling efektif untuk mempertahankan karyawan adalah lewat penguatan komunikasi, asalkan upah yang ditawarkan juga kompetitif.
“Mendekatkan manajemen dan karyawan akan memberikan peluang bagi buruh untuk menjadi sesuatu yang lebih besar ketimbang sekadar bagian dari sistem,” kata Ian Spaulding, rekanan senior Elevate Global di Hong Kong.
Flextronics International Ltd., produsen perangkat elektronik untuk perusahaan otomotif dan komputer, mencoba menerapkan prinsip itu. November lalu, mereka menggelar acara unjuk talenta karyawan di pabriknya di Zhuhai, Pearl River Delta.
Tak hanya di Zhuhai, Flextronics juga menggelar beberapa acara lain di pabrik mereka di Suzhou, timur Cina. Di tempat itu, Flextronics mengadakan piknik, unjuk bakat, serta ajang kencan kilat bagi pekerja bujang. Ajang cari jodoh itu sudah menghasilkan lima pernikahan.
Agar karyawan merasa nyaman ketika berada di pabrik, Flextronics lalu melengkapi ruang istirahat dengan beberapa televisi, salon tata rambut, serta lapangan sepak bola dan basket.
“Bila Anda sanggup membuat karyawan terkoneksi secara sosial, mereka akan bertahan di perusahaan Anda,” papar Tom Linton, chief procurement officer Flextronics.
Koneksi sosial menjadi penting di Cina, sebab banyak buruh migran di sana bekerja jauh dari keluarga dan teman di kampung halaman. Di lain sisi, buruh begitu bersemangat membentuk jaringan pertemanan di tempat mereka bekerja.
Kembali ke pabrik TAL di Dongguan, karyawannya bisa melepas penat di ruang karaoke atau perpustakaan berakses Internet. Perusahaan itu tak hanya membayarkan tiket mudik Tahun Baru, tapi juga menugaskan staf untuk mengantre tiket kereta di stasiun.
Dengan fasilitas seperti itu, jumlah pekerja yang tidak kembali ke pabrik setelah libur Tahun Baru hanya sekitar 10% per tahun. Menurut CEO Roger Lee, lima tahun lalu angkanya sampai 40%.
“Jelas, inilah yang harus kita lakukan agar bisa kompetitif,” tandas Lee. “Bagi anak-anak muda (pekerja kami), lingkungannya cukup berat karena sebagian di antara mereka baru 18 atau 19 tahun. Seperti sekolah asrama, kita harus bisa membuat suasananya menyenangkan bagi mereka.”
http://indo.wsj.com/posts/2013/05/03...anjakan-buruh/
boleh juga tuh

0
3.5K
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan