Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dieyou666Avatar border
TS
dieyou666
Gn Guntur, perjalanan yang diselimuti angin kencang dan hujan
Gunung Guntur, ya gunung Guntur merupakan salah satu dari rangkaian gunung berapi yang berada di Ring of Fire Indonesia. Gunung yang terletak di kabupaten Garut ini memiliki ketinggian sekitar 2249 mdpl dan merupakan salah satu gunung yang sering didaki di sekitar Garut. Menurut si om wikipedia gunung Guntur ini merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di dekade 1800-an , namun sekarang aktivitasnya sudah kembali menurun sehingga bisa dibilang cukup aman untuk didaki. Gunung Guntur memiliki bentang alam yang cukup menarik, kenapa? Karena gunung guntur merupakan salah satu gunung di jawa barat yang bentang alamnya berupa savana yang kering (kalau menurut penulis seperti rinjani)walapun pada awal pendakian kita akan melewati trek hutan, berbeda dengan kebanyakan gunung-gunung di Jawa barat yang lebih didominasi oleh hutan yang lebat di sepanjang perjalanan menuju puncak.

Jadi kenapa saya berbicara tentang gunung Guntur? Ini karena pada tanggal 3 maret 2013 saya dan beberapa teman saya diberikan kesempatan untuk mendaki gunung ini. Bermula dari keinginan saya untuk mendaki gunung setelah lebih dari setengah tahun vakum dari hobi saya ini, akhirnya saya mulai mencari gunung yang menarik untuk didaki namun tingkat kesulitannya tidak terlalu tinggi (diakibatkan waktu itu kondisi fisik saya belum se-fit ketika zaman ke Rinjani atau Semeru). Akhirnya setelah membaca-baca catatan perjalanan di forum Outdoor and Adventure Club (OANC)nya kaskus akhirnya saya dan teman pendakian saya menjatuhkan pilihan untuk mendaki gunung Guntur. Kenapa saya memilih Gn. Guntur ?

1. Karena letaknya tidak terlalu jauh dari Bandung (ada di Garut)
2. Lama pendakian berdasarkan catatan perjalanan sekitar 4-6 jam
3. Bentang alamnya sekilas mirip dengan Rinjani (gunung kesayangan saya)

Nah selanjutnya langsung kita lanjutkan saja ke cerita pendakiannya. Namun sebelumnya izinkan saya memperkenalkan tim pendakian Gn.Guntur
1. Nur diansyah a.k.a ncek yang notabene partner pendakian saya ke Semeru dan Manglayang
2. Mahsun, teman sejurusan saya
3. Agung Setiabudi yang merupakan partner pendakian saya ke Rinjani dan Manglayang
4. Miftah, teman unitnya Agung yang baru diajak pas hari-h
5. Kurniawan Gunadi, teman sekosan miftah yang baru diajak menit-10 sebelum keberangkatan

Pendakian bermula ketika kami pamitan dari rumah pak RW setempat dimana kami menitipkan motor kami dan juga menjadi tempat kami beristirahat sejenak. Dari sana kami diberi tumpangan oleh truk pasir menuju ke tempat start awal pendakian, karena jarak dari rumah pak RW menuju tempat start pendakian adalah sekitar 1-2 jam apabila berjalan kaki (lumayan menguras tenaga). Setelah bergoyang-goyang ria di truk pasir untuk sekitar 45 menit, akhirnya kami tiba di batas penggalian pasir yang juga merupakan titik start awal pendakian. Di sana kami stretching sebentar , brifing dan juga berdoa. Setelah Agung selesai memimpin doa dan kami semua mengucap Amin, akhirnya pendakian pun dimulai dengan target sampai di puncak 2.
Spoiler for digoyang ria di truk pasir:

Spoiler for aktivitas penambangan pasir:

Jam menunjukkan pukul 09:30 ketika kami mulai melangkahkan kaki menuju hutan gn.Guntur. Vegetasi awal pendakian berupa kawasan hutan yang didampingi dengan air terjun dengan trek yang awalnya landai namun setelah beberapa menit berjalan akhirnya menjadi curam dimana kita harus mulai mengangkat kaki cukup tinggi untuk menginjak bebatuan yang menjadi tempat berpijak. Setelah berjalan sekitar 30 menit sampai 1 jam akhirnya kami menemukan air terjun lagi di sisi kanan jalur dimana disana terdapat lahan yang cukup untuk mendirikan tenda, namun disana kami hanya berhenti sejenak hanya sekedar untuk merehatkan kaki dan mengatur nafas. Perjalanan pun kami lanjutkan dan tidak lama setelah itu kami dapat melihat akhir dari vegetasi hutan dan sekaligus akhir dari tanjakan yang menguras tenaga kami. Namun apa yang terjadi setelah kami melewati akhir tanjakan tersebut ? kami disuguhi oleh pemandangan hamparan savana serta bukit besar yang puncaknya merupakan puncak yang sering disebut-sebut sebagai puncak 1 Gn.Guntur. Untuk sesaat saya merasa bahagia karena disuguhi pemandangan yang memukau tersebut namun disisi lain saya berbisik dalam hati “perjalanan baru dimulai bung” hahaha....
Spoiler for lokasi istirahat di perbatasan vegetasi:

Ya, perjalanan pun baru dimulai. Namun sebelumnya kami beristirahat sejenak untuk ngemil roti di sebuah batuan besar yang merupakan penanda perbatasan antara vegetasi savana dan hutan. Kaki pun mulai melangkah lagi, dan kali ini melangkah untuk melewati sebuah patahan yang tampaknya terbentuk akibat aliran lava puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun yang lalu.

Medan perjalanan pun berganti yang awalnya kami menginjak tanah sekarang berganti menjadi bebatuan kecil yang cukup merepotkan, kenapa begitu? Karena ketika kami melangkah, terkadang kami akan mundur beberapa langkah karena tanahnya longsor ketika diinjak. Cukup merepotkan bukan? Bisa dibilang ini seperti summit attack ke puncak Semeru/Rinjani dengan membawa carrier. Teman saya si Agung yang membawa carrier paling besar memang terlihat cukup frustrasi disini karena dia sering terperosok mundur ketika mencoba melangkah. Setelah sekitar 1 atau 2 jam berjalan di track yang cukup merepotkan ini akhirnya saya dapat melihat sebuah batu besar yang “sepertinya” penanda akhir dari tanjakan maut yang ngerusak dengkul ini.
Spoiler for Menuju puncak 2:

Ternyata sesampainya di batu besar tersebut (yang sebelumnya saya kira sudah mencapai puncak bukit), kami lagi-lagi disuguhi dengan tanjakan dan juga pemandangan sebuah bukit besar, perjalanan masih berlanjut bung. Akhirnya kami pun beristirahat sejenak di bukit tersebut sambil menunggu Agung yang masih berusaha menanjak. Setelah beristirahat sejenak kami pun berngkat lagi dengan semangat bahwa sebentar lagi kami akan tiba di puncak 2. Harapan kami benar, tidak lama setelah nanjak kami dapat melihat puncak 2 yang memang terlihat sudah dekat (tapi ternyata cukup jauh ketika didaki). Kami pun melanjutkan perjalanan namun kali ini ditemani dengan hujan ringan dan juga kabut. Raincoat pun menunjukkan fungsinya disini kecuali untuk Agung yang menggunakan payung merahnya.
Spoiler for batu besar sebelum puncak 2:

Setelah sekitar 25 menit mendaki menuju puncak 2 dengan memotong jalur (waktu itu kita bingung milih jalur karena tertutup kabut) kami tiba di puncak 2 pada sekitar jam 13.30 yang ditandai dengan tugu triangulasi Geodesi ITB. Kami pun berdiskusi sebentar untuk menentukan dimana kami akan menggelar lapak tenda, apakah di puncak 2, di lembah, puncak 3 atau bahkan turun lagi ke dekat bebatuan besar tadi. Akhirnya pilihan pun jatuh untuk tetap menggelar lapak di puncak 2. Tenda pun digelar dan kami menyantap bekel yang dibawa dari bawah (ikan dan telor asin + masak mie). Sore hari itu pun dilewati dengan tidur di tenda karena hujan dan angin yang cukup kencang.
Spoiler for Tugu triangulasi puncak 2:

Spoiler for tendaku rumahku:

Malam pun tiba namun angin yang sangat kencang dan hujan tetap setia menemani , sehingga saya cukup kecewa karena waktu yang saya tunggu-tunggu ketika naik gunung yaitu star gazing tidak dapat dilakukan malam ini. Akhirnya malam itu dilewati dengan memasak mie dan main kartu didalam tenda. Pada malamnya angin bertiup makin kencang (maklum ngecamp di puncak) dan ketia malam masih gelap menjelang pagi saya mendengan suara miftah yang meminta tolong dari tenda sebelah. Setelah ncek mengecek ternyata tenda mereka roboh karena tiangnya ada yang patah oleh kencangnya tiupan angin.

Pagi pun tiba dan kami semua disambut dengan pemandangan yang sangat memukau karena sudah tidak berkabut dan hujan. Di puncak 2 kita bisa melihat gunung cikuray yang runcing dan juga gunung papandayan yang dengan konsisten selalu mengeluarkan asap putih yang tebal Kami pun berfoto-foto ria sambil menikmati pemandangan serta suasana yang sangat memukau ini. Akhirnya sekitar jam 8 setelah makan bekal ikan sarden yang dicampur, kami berkemas untuk segera turun. Perjalan turun pun dimulai, ternyata turun disini pun tidak semudah yang dibayangkan karena disini kita akan sangat mudah tergelincir akibat bebatuan kecil dan tidak terhitung sudah berapa kali saya terjatuh disini. Ditengah perjalanan pun kami sempat tersasar akibat kabut yang sangat tebal sehingga pada akhirnya kami harus menyebrangi 3 patahan aliran lahar untuk kembali ke jalur yang benar.
Spoiler for Gunung cikuray:

Spoiler for puncak 3 dan 4:

Perjalanan turun hanya menghabiskan waktu sekitar 2 jam dan sebelum kembali ke batas penambangan pasir, kami menyempatkan diri untuk beristirahat sejenak di air sungai terakhir. Sesampainya di batas penambangan pasir kami berusaha mencari truk tumpangan untuk turun ke rumah pak RW, namun ternyata tidak ada truk pasir yang beroperasi karena hari itu sedang libur, kalupun ada mereka tidak bisa (tidak mau) menganggkut kami karena truknya sudah terisi dengan pasir. Setelah berjalan sekitar 1 jam akhirnya kami tiba di rumah pak RW untuk beristirahat sejenak dan dilanjutkan dengan pulang ke rumah masing-masing dengan menggunakan motor.
Spoiler for Sungai terakhir:

0
4.2K
9
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan