- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Daftar Pelatih Lokal Timnas Indonesia Dari Masa Ke Masa
TS
kaskusjournal
Daftar Pelatih Lokal Timnas Indonesia Dari Masa Ke Masa
Spoiler for no repsol:
Quote:
Quote:
Sejarah tinggallah sejarah.Menilik kebelakang sejarah perjalanan timnas indonesia yang diwarnai pelatih asing sampai pelatih lokal untuk membidani sekuad timnas merah putih. Namun hanyalah nama Bertje Matulapelwa yang menjadi satu-satunya pelatih lokal yang pernah mengukir prestasi tertinggi bagi timnas Indonesia dengan mempersembahkan medali emas SEA Games 1987. Dibawah ini merupakan daftar pelatih lokal yang pernah menjadi juru taktik timnas
Spoiler for satu:
Quote:
E.A. Mangindaan | 1966-1970
Inilah pelatih lokal pertama Indonesia — setelah tiga peracik strategi terdahulu adalah warga asing — sejak berdirinya PSSI. Pria yang akrab disapa Opa Mangindaan ini juga merupakan salah satu pendiri PSSI.
Publik tanah air tentu tidak akan lupa atas keberhasilan terbesarnya di tahun 1956 kala mampu membawa Timnas Indonesia bermain seri kontra Rusia 0-0 di Olimpiade Melbourne, kendati pada masa itu Mangindaan cuma berperan sebagai asisten pelatih kepala Tony Pogacnik.
Tangan dingin pria yang mengembuskan nafas terakhirnya di usia 89 tahun pada 3 Juni 2000 itu mulai diperhitungkan masuk mengarsiteki timnas setelah dia beberapa kali menjadi bagian tak terpisahkan dari supremasi PSM Makassar menjuarai ajang nasional.
Sebagai bentuk penghormatan, stadion di Amurang, Minahasa Selatan, Sulawesi Utara, diberi nama Opa Mangindaan.
Spoiler for dua:
Quote:
Endang Witarsa | 1970-1971
Kendati lulus sebagai dokter gigi, mendiang Endang memilih fokus pada dunia sepakbola. kecintaannya pada olahraga terpopuler di dunia itu pun dibuktikan dengan dirinya yang sanggup bermain bagi timnas Indonesia, bahkan merambah menjadi pelatih kepala Merah-Putih setelah tutup buku sebagai pemain.
Dipoles pria yang menutup usia pada 2 April lima tahun silam itu, Timnas Indonesia cukup terpandang. Aneka ragam torehan dipersembahkan Endang. Piala Raja di Thailand (1968), titel Merdeka Games di Malaysia (1969), trofi Pesta Sukan di Singapura, merajai Anniversary Cup (1972) Juara Agha Khan Cup di Pakistan) serta
memaksa Uruguay menyerah 2-1 dalam pertandingan persahabatan di Jakarta tahun 1974, adalah bukti-bukti sahih kejayaan dia bersama tim Garuda.
Hampir tak ada cerita kehidupan lain, hanya sepakbola yang anteng menemani sepanjang perjalanan hidup pria yang dikenal keras, disiplin dan tak segan-segan menghajar anak didiknya yang dianggap malas itu.
Spoiler for tiga:
Quote:
Suwardi Arland | 1972-1974 & 1976-1978
Almarhum Suwardi meninggal di usia 69 tahun karena sakit. Periode kepelatihannya di timnas terbilang singkat, tapi namanya tetap menjadi bagian dari sejarah tak terlupakan Merah-Putih.
Perjalanan karier manajerialnya dimulai dari 1972-1974, setelah dia menggantikan posisi juru taktik terdahulu, Yusuf Balik. Dalam dua tahun membesut timnas indonesia, Suwardi memutuskan berhenti. Tetapi namanya tidak serta merta diabaikan. Buktinya, empat tahun berselang, dia kembali dipercaya menukangi skuat Garuda selama, lagi, dua tahun. Itu semua berkat predikat dirinya yang di masanya dipandang sebagai salah satu pelatih terbaik nasional.
Bekal pengalaman ketika dia masih aktif sebagai pemain bola barangkali menjadi salah satu alasan pula kenapa dia cukup dihormati sebagai nahkoda tim. Bersama Ramang dan Nursalam, pemain legendaris timnas indonesia yang sangat masyhur di zamannya, kehadiran Suwardi melengkapi sebutan “trio tangguh” skuat timnas.
“”Umpan-umpannya dikenal sangat akurat. Mereka bertiga dikenal sebagai trio tangguh,” ujar Muhardi, salah satu anak didik Suwardi.
Spoiler for empat:
Quote:
Djamiat Dalhar | 1974
Keberhasilan hanya bisa dicapai dengan usaha dan doa. Mungkin ungkapan ini pantas disematkan pada Djamiat. Mulanya dari sekadar menonton Soedarmadji, salah satu pribumi yang memperkuat Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938, hingga pria yang berpulang di usia 51 tahun itu pun membulatkan tekadnya untuk menjadi pemain bola dan terus mengembangkan cita-citanya.
Tak heran jika Djamiat sebelum menjadi pelatih timnas merupakan salah satu pilar sakral skuat Garuda.
Mantan superstar Persija di era 50 dan 60an ini memulai pekerjaannya sebagai arsitek timnas indonesia pada 1974. Di tahun itu, sebuah laga yang dinanti-nanti pun tiba: tarung eksebisi kontra Uruguay.
Tak dinyanya, Timnas Indonesia besutan Djamiat sukses membuat 80.000 pasang mata yang menyaksikan langsung laga tersebut di Senayan hanyut dalam euforia. Betapa tidak, Uruguay yang dikenal tim tangguh, berhasil ditundukkan Merah-Putih 2-1. Kemenangan itu pula menjadi kado istimewa bagi PSSI yang saat itu tengah berulang tahun ke-44.
Spoiler for lima:
Quote:
Aang Witarsa | 1974-1975
Salah satu pelatih jenius Indonesia. Bukan tanpa alasan menyebut demikian, bekal yang dia bawa sebelum menjadi juru racik timnas adalah pelajaran-pelajaran mahal yang dia petik ketika dirinya menimba ilmu kepelatihan di Leipzig, Jerman Timur.
Sebelum membesut timnas, Persib menjadi eksperimen pertama dia sebagai mentor sebuah tim. Di timnas, tak ada raihan signifikan yang dia berikan lantaran usia melatihnya yang terbilang minim: satu tahun.
Pria 83 tahun yang semasa aktif sebagai pemain sempat mendapat julukan "Si Kuda Terbang". Alasannya, sebab kemampuan berlari dia di atas rata-rata. Lebih dari itu, dia sangat cakap dalam posisi menggiring bola sambil berlari kencang. Ini menyulitkan lawan-lawan yang hendak membendungnya.
Aang juga salah satu pemain yang tertulis dalam tinta sejarah Indonesia yang melaju ke perempat-final Olimpiade Melbourne 1956 sebelum ditaklukkan Uni Soviet.
Spoiler for enam:
Quote:
Harry Tjong | 1981-1982
Selama satu tahun singkatnya memimpin timnas dalam kurun 1981-1982, tidak ada pencapaian berarti diraih pasukan Garuda.
Tapi nama Tjong tak pernah disangsikan semasa dia menjadi pesepakbola profesional. Pria kelahiran Makassar 74 tahun silam ini mengakui kariernya melompat hebat saat dia memilih hijrah ke Jakarta. Tony Pogacnik adalah orang yang paling disebut Tjong berjasa dalam mengubah nasibnya.
Di pengujung tahun 57, Tjong mengikuti pelatnas wilayah timur dan dia berhasil lolos seleksi. Dan di suatu kesempatan sesi latihan, Tony meminta seluruh calon kiper untuk melompati dirinya sambil mengambil bola yang dijepit di kakinya. Semua segan, tak ada yang berani. Namun tidak demikian bagi Tjong. Dia maju dan melakukan apa yang diinsturksikan sang pelatih.
Ya, sebuah aksi yang kemudian mengukuhkan pamor Tjong sebagai salah satu kiper pemberani Indonesia.
Spoiler for tujuh:
Quote:
Sinyo Aliandoe | 1982-1983 & 1987
Pria kelahiran Larantuka, Flores Timur, ini mulai mengudara di ranah kepelatihan sejak awal 70an. Keputusannya menekuni bidang olah taktik sepakbola itu dilandasi karena cedera parah tulang pergelangan kaki yang diidapnya saat masih bermain.
Tak banyak waktu memang dia berada di balik layar timnas. Tapi semasa 1987 itu, Sinyo dikenal sebagai mentor penuh hitung-hitungan teknik di lapangan. Bagi dia, dewi fortuna itu bak isapan jempol belaka. Membaca potensi mencetak gol, serta menganalisis kemampuan setiap anak buahnya adalah hitung-hutungan yang selalu dikedepankan pelatih yang kini berusia 72 tahun itu.
Maka tak heran bila Sinyo bisa menyulap permainan tim dalam sekejap hanya dari mengandalkan subtitusi pemain. Yah kembali lagi karena kebiasaan dia itu, yang penuh dengan perhitungan, sehingga dia tahu luas bagaimana karakter bermain setiap penggawanya.
Spoiler for delapan:
Quote:
M. Basri, Iswadi Idris & Abdul Kadir | 1983-1984
Di rentang 83-84 timnas Indonesia memperkenalkan tiga pelatih sekaligus yang kemudian dikenal dengan sebutan "Trio Basiska".
Berlatar belakang meracik sejumlah klub nasional, ketiganya pun ditunjuk untuk memimpin timnas di Pra Olimpiade 1983. Tetapi segala sesuatunya dianggap tak seirama dengan ekspektasi.
Pada 1988, Basri, Iswadi dan Kadrid, yang merupakan sejawat seangkatan, kembali diproyeksi untuk bertanggung jawab bagi timnas di Pra Olimpiade 1988, dan di kualifikasi Piala Dunia 1990. Tapi sekali lagi ketiga mentor ini dinilai kurang berhasil.
Sekarang yang tersisa tinggallah Basri, yang kini melatih klub Indonesia Premierl League, Persiba Bantul. Iswadi dan Kadir telah bersemayam di peristirahatan terakhirnya pada 2008 dan 2003 silam.
lanjutannya ada dibawah gan
0
20.1K
Kutip
435
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan