Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mdsetiawan09Avatar border
TS
mdsetiawan09
Gebrakan DDII di Mentawai
Gebrakan DDII di Mentawai

REPUBLIKA.CO.ID, Program Dai Pedalaman yang dicanangkan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dengan melibatkan Lazis DDII menorehkan prestasi luar biasa. Seribu kisah ketulusan berbakti pun tercipta di sana. Salah satunya Ustaz Heri Syahmuda Sitorus.

Keberadaannya di Dusun Tubeket, Desa Makalau, Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Juli 2012, guna pengabdian mengikuti wisuda sarjana ilmu komunikasi Islam di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) Mohamad Natsir, Jakarta.

Bersama sang istri, Heri menikmati hari-hari perjuangannya di dusun yang terisolasi. Hendak memasak, pakai kayu bakar. Airnya pun adalah air tampungan hujan di bak.

Perlu tiga hari lagi bagi warga Mentawai untuk dapat memakan sagu yang diambil di ladang hari ini. Di waktu menunggu, mereka mengganjal perut dengan pisang, ketela, atau keladi.

Tantangan berat dakwah Ustaz Heri adalah mengubah kebiasaan masyarakat. Misalnya, dalam hal kebersihan. Nyaris semua warga Tubeket tidak punya sumur dan belum mengenal sistem WC.

Jadi, mereka memanfaatkan alam sekitar sebagai tempat MCK. Untuk mandi, mereka cukup pergi ke litau (parit kecil). Heri kemudian membuat gerakan Gali Sumur dan WC. Program ini ia mulai dari pondokannya sendiri.

Respons masyarakat memang agak dingin karena program dianggap menjadi beban belaka buat mereka. Juga, dinilai tidak praktis.

Sang ustaz memperkenalkan budaya menanam tumbuhan produktif. Misalnya, menanami halaman pondok dan masjid dengan cabai merah, bayam, dan kacang. Karena kurang waktu untuk menelateni, tanaman cabai gagal panen.

Heri juga mengubah kebiasaan konsumsi masyarakat. Ia mengajak warga untuk makan beras sebagai pengganti ketergantungan pada sagu dan bahan pangan substitusinya yang sangat terbatas dan tidak efisien. Ketika banyak keluarga mulai menikmati nasi, masalah muncul.

Harga beras yang sudah tinggi di Mentawai semakin melonjak tatkala gonjang-ganjing melanda kementrian yang mengurus pangan nasional. Heri lalu mengajak warga Tubeket mulai membuka ladang persawahan.

Ini pekerjaan besar dan berat. Sudah 15 tahun terakhir masyarakat setempat tak mengenal pertanian padi. Ustaz Heri memulai gerakan tanam padi dengan merangkul penatua (tokoh atau tetua masyarakat), ke pala dusun, dan pemuka agama. Masyarakat membuka ladang persawahan seluas 20 hektare. Hasilnya memuaskan.

Bersama warga dan aparat desa serta anggota dewan daerah, Ustaz Heri menyelenggarakan panen raya perdana padi Tubeket pada April 2013.
Kini, ia tengah mempersiapkan pembentukan Kelompok Tani dan Nelayan (KTN) Tubeket. Salah satu ikhtiarnya adalah mengusahakan bantuan mesin perahu nelayan berkekuatan lima PK untuk lima KTN.

Kebutuhan lain warga Tubeket yang hampir semuanya dhuafa adalah sarana penerangan, semisal, listrik mandiri masyarakat (limar). Limar adalah paket penerangan sederhana dengan catu daya aki.

http://www.republika.co.id/berita/du...ii-di-mentawai

program apaan to ini? emoticon-Bingung (S)
0
4.3K
28
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan