

TS
viclabamba
ayo ngumpulin dana buat Tasripin! [kaskuser tunjukan kepedulianmu]
Quote:
Bocah 12 Tahun Menghidupi 3 Adik
![ayo ngumpulin dana buat Tasripin! [kaskuser tunjukan kepedulianmu]](https://dl.kaskus.id/img./content/2013/04/11/513/790172/lwo4gvR3oU.jpg)
Quote:
BANYUMAS – Seorang bocah berusia 12 tahun di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus bertahan hidup sambil menghidupi tiga adiknya. Empat bocah itu ditinggal ayahnya bekerja ke luar Jawa, sementara sang ibu meninggal akibat tertimpa longsor.
Tak mudah untuk menjangkau tempat tinggal empat bocah yakni Tasripin (12) bersama tiga adiknya, Riyanti (9), Dandi (7) dan Daryo (5). Setelah menempuh jalan menanjak dan bebatuan terjal, terlihat sebuah rumah terpencil di atas bukit di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok.
Kondisi rumah itu cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer.
Tasripin yang mestinya duduk di bangkus kelas VI SD, harus putus sekolah dan menjadi kepala keluarga sekaligus mengurus tiga adiknya. Empat anak itu ditinggal ayah, Narsun, dan kakaknya sejak enam bulan lalu untuk bekerja di kebun kelapa sawit di Kalimantan. Sementara ibunya, Satinah, meninggal dua tahun lalu akibat tertimpa tanah longsor.
Kini, Tasripin harus menjadi tumpuan hidup tiga adiknya. Dia harus mengambil alih tugas ayah dan ibu, mulai dari urusan mencuci pakaian, piring, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya.
Bocah laki-laki itu juga harus berbelanja dan memasak serta menyiapkan makan adik-adiknya. Taspirin juga harus memandikan dan menidurkan adik-adiknya jika malam tiba. Kondisi rumah papan berukuran 4x4 meter persegi itu dapat menahan hembusan angin sehingga mereka kerap menggigil kedinginan.
Agar dapat bertahan hidup, dia harus berhemat dan hanya makan seadanya. Baginya, makan hanya sekadar mengganjal perut tanpa memikirkan kandungan gizi yang layak. Kerupuk, menjadi pilihan sehari-hari sebagai pendamping sepiring nasi.
“Kadang saya beri lauk slobor (tumbuhan gunung) untuk adik-adik. Terus kalau adik rewel, saya kadang mendiamkan dengan cara membentak ringan atau memberi uang, itu kalau ada. Sementara kalau adik sakit, saya paling belikan obat puyer di warung,” ujar Taspirin, Kamis (11/3/2013)..
Untuk kebutuhan hidup, mereka mengandalkan kiriman uang dari ayah yang jumlahnya tak besar. Namun, tak jarang mereka juga menawarkan bantuan tenaga kepada tetangga dengan imbalan uang untuk jajan.
“Kalau membutuhkan jajan dan tambahan uang ya membantu tetangga bekerja. Lumayan dapat imbalan uang. Saya berusaha menjaga adik-adik sebisa mungkin,” tambahnya.
Tasripin mengaku masih ingin melanjutkan sekolah bersama tiga adiknya. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka semua harus mengurungkan niat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Kendati demikian, mereka berempat tidak mau ketinggalan ilmu agama. Dia selalu membawa adik-adiknya mengaji di musala di depan rumah.
Tak mudah untuk menjangkau tempat tinggal empat bocah yakni Tasripin (12) bersama tiga adiknya, Riyanti (9), Dandi (7) dan Daryo (5). Setelah menempuh jalan menanjak dan bebatuan terjal, terlihat sebuah rumah terpencil di atas bukit di Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok.
Kondisi rumah itu cenderung lembab sehingga tidak sehat bagi pertumbuhan anak-anak. Kawasan itu juga sering diselimuti kabut menjelang sore. Jarak dari pusat kota cukup jauh yakni sekira 30 kilometer.
Tasripin yang mestinya duduk di bangkus kelas VI SD, harus putus sekolah dan menjadi kepala keluarga sekaligus mengurus tiga adiknya. Empat anak itu ditinggal ayah, Narsun, dan kakaknya sejak enam bulan lalu untuk bekerja di kebun kelapa sawit di Kalimantan. Sementara ibunya, Satinah, meninggal dua tahun lalu akibat tertimpa tanah longsor.
Kini, Tasripin harus menjadi tumpuan hidup tiga adiknya. Dia harus mengambil alih tugas ayah dan ibu, mulai dari urusan mencuci pakaian, piring, dan mengurus keperluan rumah tangga lainnya.
Bocah laki-laki itu juga harus berbelanja dan memasak serta menyiapkan makan adik-adiknya. Taspirin juga harus memandikan dan menidurkan adik-adiknya jika malam tiba. Kondisi rumah papan berukuran 4x4 meter persegi itu dapat menahan hembusan angin sehingga mereka kerap menggigil kedinginan.
Agar dapat bertahan hidup, dia harus berhemat dan hanya makan seadanya. Baginya, makan hanya sekadar mengganjal perut tanpa memikirkan kandungan gizi yang layak. Kerupuk, menjadi pilihan sehari-hari sebagai pendamping sepiring nasi.
“Kadang saya beri lauk slobor (tumbuhan gunung) untuk adik-adik. Terus kalau adik rewel, saya kadang mendiamkan dengan cara membentak ringan atau memberi uang, itu kalau ada. Sementara kalau adik sakit, saya paling belikan obat puyer di warung,” ujar Taspirin, Kamis (11/3/2013)..
Untuk kebutuhan hidup, mereka mengandalkan kiriman uang dari ayah yang jumlahnya tak besar. Namun, tak jarang mereka juga menawarkan bantuan tenaga kepada tetangga dengan imbalan uang untuk jajan.
“Kalau membutuhkan jajan dan tambahan uang ya membantu tetangga bekerja. Lumayan dapat imbalan uang. Saya berusaha menjaga adik-adik sebisa mungkin,” tambahnya.
Tasripin mengaku masih ingin melanjutkan sekolah bersama tiga adiknya. Namun, keterbatasan ekonomi membuat mereka semua harus mengurungkan niat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Kendati demikian, mereka berempat tidak mau ketinggalan ilmu agama. Dia selalu membawa adik-adiknya mengaji di musala di depan rumah.
di SUMBERini banyak yang ngusulin buat Penggalan Dana gan

UPDATE
ada yang PM ane katanya dari media. ini isi PM nya:
sori agan regional, ane dari salah satu media di JKT .. ada dari agan yang bisa bagi info contact Taspirin .. alamat lengkapnya dia dll karena ada rencana mau diliput, tengkyu..
ini agan cihuyaanamanya. ini LINK nya kalo ada yang mau bantu agan ini bisa PM dia di http://www.kaskus.co.id/profile/1231066
tenkyuu

Quote:
Original Posted By fire.man►kemarin hasil obrolan sama agan sometmon sama agan sakahgce itu akhirnya dirumus kayak gini...
qta mau ngawasin dulu dalam waktu 2 - 3 bulan.. karena bantuan yang masuk sudah banyak.. klo misal 2 - 3 bulan posisi tasripin masih seperti skrng.. klo ada ortu nya mungkin akan dibuat bantuan bukan dalam bentuk dana.. melainkan dalam bentuk usaha...
qta mau ngawasin dulu dalam waktu 2 - 3 bulan.. karena bantuan yang masuk sudah banyak.. klo misal 2 - 3 bulan posisi tasripin masih seperti skrng.. klo ada ortu nya mungkin akan dibuat bantuan bukan dalam bentuk dana.. melainkan dalam bentuk usaha...
Quote:
Original Posted By sakahgce►senin malam ane, ma pak RL dan om somet berkumpul ( yang lain gak datang )
kita membahas bahwa sekarang ini sudah banyak bantuan yang diberikan kepada taspirin, bahkan DPRD banyumas saja akan membiayai keempat anak tersebut sekolah sampai jenjang pendidikan SLTA dan juga bantuan dana sudah ada beberapa lembaga yang memberikan.
dari situ kita putuskan tidak akan menyumbang dana atau apapun juga dalam waktu dekat ini, lebih baik kita memantau 2-3 bulan kedepan, jika ayahnya kembali ke purwokerto dan mau buka usaha kecil2an, misal angkringan atau yang lainnya dan membutuhkan dana yang masih bisa terjangkau, ( setelah di check belum ada lembaga atau org lain yang membantu ) maka kita akan membuka urunan dana bantuan untuk org tuanya, sehingga bisa tetep tinggal di purwokerto untuk mengawasi anak2nya dan juga ada usaha untuk biaya hidup sehari2nya dan juga bisa untuk sedikit renovasi rumahnya ( disurvey dulu sebelumnya )
sekarang sedang ramai2nya di liput media, kemungkinan besar dana masih akan terus mengalir dan oknum2 pasti akan banyak di sekitar rumah taspirin, jadi lebih baik kita pending dulu bantuan dari kita
sekiranya ada usulan lebih baik, monggo di share disini
sakahgce
kita membahas bahwa sekarang ini sudah banyak bantuan yang diberikan kepada taspirin, bahkan DPRD banyumas saja akan membiayai keempat anak tersebut sekolah sampai jenjang pendidikan SLTA dan juga bantuan dana sudah ada beberapa lembaga yang memberikan.
dari situ kita putuskan tidak akan menyumbang dana atau apapun juga dalam waktu dekat ini, lebih baik kita memantau 2-3 bulan kedepan, jika ayahnya kembali ke purwokerto dan mau buka usaha kecil2an, misal angkringan atau yang lainnya dan membutuhkan dana yang masih bisa terjangkau, ( setelah di check belum ada lembaga atau org lain yang membantu ) maka kita akan membuka urunan dana bantuan untuk org tuanya, sehingga bisa tetep tinggal di purwokerto untuk mengawasi anak2nya dan juga ada usaha untuk biaya hidup sehari2nya dan juga bisa untuk sedikit renovasi rumahnya ( disurvey dulu sebelumnya )
sekarang sedang ramai2nya di liput media, kemungkinan besar dana masih akan terus mengalir dan oknum2 pasti akan banyak di sekitar rumah taspirin, jadi lebih baik kita pending dulu bantuan dari kita
sekiranya ada usulan lebih baik, monggo di share disini
sakahgce
Quote:
Original Posted By watumas►nambah sedikit gan....
hari ini bapaknya si ripin pulang dari kalimantan naik pesawat, kemungkinan besok sudah sampai di rumah
sekian terima kasih
hari ini bapaknya si ripin pulang dari kalimantan naik pesawat, kemungkinan besok sudah sampai di rumah
sekian terima kasih
Quote:
Original Posted By viclabamba►berita baru gan
TEMPO.CO , Jakarta: Purwokerto - Kejadian yang dialami oleh Tasripin dinilai hanya merupakan puncak gunung es kemiskinan yang ada di Banyumas. Tasripin merupakan korban kemiskinan struktural. "Masih banyak Tasripin lain di Banyumas," kata Sosiolog Unsoed, Sulyana Dadan, Kamis (18/4).
Ia mengatakan, fenomena Tasripin berhasil diangkat oleh media massa sehingga menjadi perhatian publik. Tak kurang Presiden SBY ikut memantau kasus ini melalui jejaring sosial Twitter. Tasripin, 12 tahun, dari Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, harus menghidupi ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Kalimantan.
Dadan menambahkan, munculnya fenomena Tasripin merupakan bentuk keterlambatan Pemerintah Banyumas dalam menangangi masalah ini. "Logika menunggu laporan dari bawah ini sangat Orde Baru sekali, harusnya pemerintah cepat tanggap untuk segera turun ke bawah," katanya.
Masih menurut Dadan, semangat solidaritas masyarakat masih tinggi dengan banyaknya bantuan yang datang untuk Tasripin. "Dalam sudut pandang sosiologis, ada dua macam solidaritas yang muncul, yakni solidaritas organik dan solidaritas mekanik," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam kajian sosiologis, solidaritas mekanik mengacu pada masyarakat desa yang sebenarnya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap sesama. Dengan solidaritas itu, kata dia, Tasripin dan ketiga adiknya akan tetap bisa hidup karena kesadaran kolektif masyarakat desa yang tinggi.
Sementara solidaritas organik, kata dia, muncul dalam masyarakat perkotaan. "Jika Tasripin tinggal di kota, maka ia akan menjadi gelandangan," kata dia menambahkan.
Saat ini Tasripin dan ketiga adiknya menginap di hotel di Purwokerto. Mereka menginap di hotel karena rumah mereka sedang direnovasi oleh tentara. "Kuswito (Ayah Tasripin) baru sampai di Surabaya pada pukul 01.00 dini hari, kemungkinan besok akan sampai di Purwokerto," kata Nasihati, 43 tahun, keluarga dekat Tasripin.
Tasripin bersama adiknya mengaku betah senang tinggal di hotel karena kasurnya empuk. "Tapi sudah pengin pulang ke rumah," kata Tasripin.
sumber pasti
Tasripin dan adiknya tinggal di Hotel, ayah nya pulang dari kalimantan menggunakan Pesawat (setelah Presiden angkat bicara di twitter)
TEMPO.CO , Jakarta: Purwokerto - Kejadian yang dialami oleh Tasripin dinilai hanya merupakan puncak gunung es kemiskinan yang ada di Banyumas. Tasripin merupakan korban kemiskinan struktural. "Masih banyak Tasripin lain di Banyumas," kata Sosiolog Unsoed, Sulyana Dadan, Kamis (18/4).
Ia mengatakan, fenomena Tasripin berhasil diangkat oleh media massa sehingga menjadi perhatian publik. Tak kurang Presiden SBY ikut memantau kasus ini melalui jejaring sosial Twitter. Tasripin, 12 tahun, dari Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Banyumas, harus menghidupi ketiga adiknya. Ibunya sudah meninggal dan ayahnya bekerja di Kalimantan.
Dadan menambahkan, munculnya fenomena Tasripin merupakan bentuk keterlambatan Pemerintah Banyumas dalam menangangi masalah ini. "Logika menunggu laporan dari bawah ini sangat Orde Baru sekali, harusnya pemerintah cepat tanggap untuk segera turun ke bawah," katanya.
Masih menurut Dadan, semangat solidaritas masyarakat masih tinggi dengan banyaknya bantuan yang datang untuk Tasripin. "Dalam sudut pandang sosiologis, ada dua macam solidaritas yang muncul, yakni solidaritas organik dan solidaritas mekanik," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam kajian sosiologis, solidaritas mekanik mengacu pada masyarakat desa yang sebenarnya memiliki kesadaran yang tinggi terhadap sesama. Dengan solidaritas itu, kata dia, Tasripin dan ketiga adiknya akan tetap bisa hidup karena kesadaran kolektif masyarakat desa yang tinggi.
Sementara solidaritas organik, kata dia, muncul dalam masyarakat perkotaan. "Jika Tasripin tinggal di kota, maka ia akan menjadi gelandangan," kata dia menambahkan.
Saat ini Tasripin dan ketiga adiknya menginap di hotel di Purwokerto. Mereka menginap di hotel karena rumah mereka sedang direnovasi oleh tentara. "Kuswito (Ayah Tasripin) baru sampai di Surabaya pada pukul 01.00 dini hari, kemungkinan besok akan sampai di Purwokerto," kata Nasihati, 43 tahun, keluarga dekat Tasripin.
Tasripin bersama adiknya mengaku betah senang tinggal di hotel karena kasurnya empuk. "Tapi sudah pengin pulang ke rumah," kata Tasripin.
sumber pasti
Diubah oleh viclabamba 19-04-2013 04:31
0
6.4K
Kutip
108
Balasan
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan