- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Semakin Memanas, Perebutan Kekuasaan di Arab Saudi


TS
Zahin
Semakin Memanas, Perebutan Kekuasaan di Arab Saudi
Quote:
Analis Arab Saudi mengkonfirmasikan berlanjutnya konflik antara para pangeran Saudi soal kekuasaan di kerajaan Arab Saudi. Zayd al-Isa, pakar dan analis politik Arab Saudi hari Kamis (11/4) kepada Kantor Berita Farsmenjelaskan senantiasa ada konflik di antara keluarga kerajaan soal kekuasaan. Menurutnya, konflik ini semakin meningkat, khususnya setelah meninggalnya dua pangeran mahkota; Nayef dan Sultan selama dua tahun ini. Dan kini, dengan semakin kuatnya kabar mengenai kematian Raja Abdullah, Raja Arab Saudi, perebutan kekuasaan di negara ini memasuki babak baru.
Zayd al-Isa menyebut keluarga Al-Saud sebagai klan utama yang mengklaim penguasa negara ini dan mengatakan, "Klaim ini semakin mengkristal dari generasi baru. Padahal pangeran yang dua atau tiga generasi sebelum Al-Saud sampai saat ini masih hidup dan tengah menanti kematian raja lalu menghitung waktu untuk menduduki singgasana."
Al-Isa juga mengisyaratkan kondisi Raja Abdullah bin Abdul Aziz yang sudah buruk dan mengatakan, "Video dan foto yang ditayangkan oleh media-media Arab Saudi terkait masih segarnya raja berusia 90 tahun itu milik arsip tahun lalu. Media-media Arab Saudi tidak punya pilihan lain, kecuali menggunakan gambar-gambar arsip demi membuktikan bahwa raja Arab Saudi masih hidup dan mencegah munculnya kekacauan di negara ini."
Menurut para analis Timur Tengah, keluarga kerajaan yang sudah berusia lanjut, setiap dari mereka memiliki kekuasaan di kerajaan Arab Saudi. Tapi dengan melihat usia yang sudah lanjut dan harus melawan penyakit yang ada, maka dengan sendirinya mereka keluar dari lingkaran perebutan kekuasaan. Bahkan bila melihat Saud al-Faisal yang selama bertahun-tahun menduduki jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi ternyata ia juga tidak memiliki kondisi yang sehat. Selama setahun lalu ia tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan penting regional dan internasional.
Di satu sisi, eskalasi protes rakyat di Arab Saudi, khususnya di kawasan timur negara ini telah berjalan selama satu setengah tahun lalu yang bersamaan dengan meninggalnya dua pangeran mahkota negara ini, membuat masalah ini menjadi perhatian penting para pemimpin di negara ini. Sekalipun kondisi regional dan pengalaman kebangkitan di negara-negara seperti Tunisia, Mesir, Libya memotivasi warga untuk bangkit melawan penguasa zalim di Arab Saudi, tapi tampaknya kondisi dalam negeri Saudi dan perebutan kekuasaan antara para pangeran lebih berpengaruh bagi terbentuknya kebangkitan di negara ini.
Menurut warga Saudi, dalam kondisi saat ini, keluarga Al-Saud tengah menghadapi krisis serius dan menjadi kesempatan paling baik untuk menyampaikan tuntutannya yang selama bertahun-tahun dikekang oleh pemerintah.
Di sisi lain, penguasa Riyadh memiliki anggapan dapat melanjutkan kembali kekuasaannya di Arab Saudi lewat aksi kekerasan dan militerisasi. Tapi mereka lupa bahwa bersikukuh untuk melanjutkan kebijakan kekerasan menumpas para pemrotes di negara ini memiliki hasil sebaliknya di negara-negara seperti Libya, Mesir, Tunisia dan Yaman. Bahkan lebih buruk lagi, aksi kekerasan itu justru menumbangkan penguasa zalim itu. (IRIB Indonesia/SL)
Zayd al-Isa menyebut keluarga Al-Saud sebagai klan utama yang mengklaim penguasa negara ini dan mengatakan, "Klaim ini semakin mengkristal dari generasi baru. Padahal pangeran yang dua atau tiga generasi sebelum Al-Saud sampai saat ini masih hidup dan tengah menanti kematian raja lalu menghitung waktu untuk menduduki singgasana."
Al-Isa juga mengisyaratkan kondisi Raja Abdullah bin Abdul Aziz yang sudah buruk dan mengatakan, "Video dan foto yang ditayangkan oleh media-media Arab Saudi terkait masih segarnya raja berusia 90 tahun itu milik arsip tahun lalu. Media-media Arab Saudi tidak punya pilihan lain, kecuali menggunakan gambar-gambar arsip demi membuktikan bahwa raja Arab Saudi masih hidup dan mencegah munculnya kekacauan di negara ini."
Menurut para analis Timur Tengah, keluarga kerajaan yang sudah berusia lanjut, setiap dari mereka memiliki kekuasaan di kerajaan Arab Saudi. Tapi dengan melihat usia yang sudah lanjut dan harus melawan penyakit yang ada, maka dengan sendirinya mereka keluar dari lingkaran perebutan kekuasaan. Bahkan bila melihat Saud al-Faisal yang selama bertahun-tahun menduduki jabatan Menteri Luar Negeri Arab Saudi ternyata ia juga tidak memiliki kondisi yang sehat. Selama setahun lalu ia tidak hadir dalam pertemuan-pertemuan penting regional dan internasional.
Di satu sisi, eskalasi protes rakyat di Arab Saudi, khususnya di kawasan timur negara ini telah berjalan selama satu setengah tahun lalu yang bersamaan dengan meninggalnya dua pangeran mahkota negara ini, membuat masalah ini menjadi perhatian penting para pemimpin di negara ini. Sekalipun kondisi regional dan pengalaman kebangkitan di negara-negara seperti Tunisia, Mesir, Libya memotivasi warga untuk bangkit melawan penguasa zalim di Arab Saudi, tapi tampaknya kondisi dalam negeri Saudi dan perebutan kekuasaan antara para pangeran lebih berpengaruh bagi terbentuknya kebangkitan di negara ini.
Menurut warga Saudi, dalam kondisi saat ini, keluarga Al-Saud tengah menghadapi krisis serius dan menjadi kesempatan paling baik untuk menyampaikan tuntutannya yang selama bertahun-tahun dikekang oleh pemerintah.
Di sisi lain, penguasa Riyadh memiliki anggapan dapat melanjutkan kembali kekuasaannya di Arab Saudi lewat aksi kekerasan dan militerisasi. Tapi mereka lupa bahwa bersikukuh untuk melanjutkan kebijakan kekerasan menumpas para pemrotes di negara ini memiliki hasil sebaliknya di negara-negara seperti Libya, Mesir, Tunisia dan Yaman. Bahkan lebih buruk lagi, aksi kekerasan itu justru menumbangkan penguasa zalim itu. (IRIB Indonesia/SL)
Battle royal.


catros memberi reputasi
1
7.8K
Kutip
51
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan