- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Di Bandung ada SILVERMAN lho....
TS
Ramtri
Di Bandung ada SILVERMAN lho....
Maaf gan kalo
Bagi agan-agan yang pernah berkunjung ke Bandung. Mungkin agan pernah lihat mereka di persimpangan lampu merah. Sekujur tubuhnya saban hari rela berlumur cat perak khusus body painting, sambil bergerak ala pantomim robot memegang kardus bertuliskan PEDULI ANAK YATIM. Sebenarnya, siapa mereka itu? Apa misi mereka?
Spoiler for SILVERMAN:
Quote:
Bandung - Pengemis 'Silverman' atau manusia perak bertebaran di Kota Bandung. Ada sekitar 40 anggota yang bergabung dalam Komunitas Manusia Perak. Mereka semua kaum marginal yang memiliki tekad kepedulian antarsesama.
"Profil anggota komunitas ini beragam. Ada anak jalanan (anjal), pengamen, berlatar broken home, preman, hingga mantan napi," ungkap salah salah satu Koordinator Komunitas Manusia Perak, Dodi (31), saat berbincang di pertokaan kawasan Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (2/4/2013).
Dodi bercerita, komunitas tersebut resmi terbentuk pada 25 Januari 2012. Keberadaan mereka bukan abal-abal. Komunitas ini legal lantaran mengantongi akta notaris. Anggota 'Silverman' sengaja dikoordinir agar tidak liar dan diajak berkegiatan positif.
Mayoritas anggota, sambung Dodi, selama ini mengarungi hidup di jalanan. Mereka sepakat berkumpul dalam satu wadah yang dikemas unik dan kreatif. Sekujur tubuhnya saban hari rela berlumur cat perak khusus body painting.
"Saya tidak merekrut anggota. Justru mereka datang sendiri dan menyatakan siap bergabung," ungkap Dodo yang juga Ketua Karang Taruna Kelurahan Pasirluyu Bandung.
Sulaeman alias Mang Sule (31), Koordinator Komunitas Manusia Perak yang sekaligus pencetus pengemis berdandan 'Silverman', merasa anggotanya yang semuanya berusia 17 tahun ke atas perlu dirangkul demi menuju arah kebaikan.
"Kami ini menjalankan misi sosial. Para manusia perak ini keberadaannya menyebar di sejumlah titik perempatan lampu merah di jalan utama Bandung," ucap Sule di lokasi sama.
"Ya, 'Silverman' ini membawa kotak kardus sambil mendatangi pengendara. Kami tidak pernah minta uang secara paksa. Tidak boleh begitu," tambahnya.
Menurut Sule, anggotanya dijejali peraturan ketat saat turun ke jalan. Sule enggan manusia perak dicap negatif oleh masyarakat.
"Saya selalu bilang agar bersikap baik, sopan santun, jangan mabuk-mabukan, dan harus ikhlas yang artinya siap dihina dan dipuji. Pokoknya jaga nama baik komunitas," tuturnya.
Sule menyebutkan, aktivitas mengemis anggotanya dimulai jam sembilan pagi. Para 'Silverman' membawa kotak kardus yang ditempali kertas bertulis 'Peduli Yatim Piatu'. Di kertas itu pun tercantum nomor akta notaris yang bermaksud menyampaikan kepada masyarakat bahwa 'Silverman' bukan gerakan ilegal.
Menjelang malam atau jam enam petang, gerombolan 'Silverman' berkumpul di basecamp yang berlokasi di Jalan Buahbatu. Tempat ngumpul itu berada di bangunan kosong yang tak jauh dari kantor Bank Mega.
Dodi dan Sule sebagai koordinator, menyiapkan kebutuhan cat bagi angootanya. "Untuk dua hari, membutuhkan satu kilogram cat perak body painting. Harganya tiga ratus ribu rupiah per kilogram. Belinya ngambil dari uang kas," ungkap Sule.
Menurut Sule, cat body painting itu dicampur minyak kelapa sebelum dibalur ke tubuh. "Dijamin tahan air dan tidak gampang luntur. Cara membersihkannya, tinggal mandi saja," katanya sembari tertawa.
Bahaya tidak cat itu terkena kulit? "Sejauh ini, saya juga pernah pakai, enggak masalah. Tidak gatal," ujar pria berkacamata ini.
"Profil anggota komunitas ini beragam. Ada anak jalanan (anjal), pengamen, berlatar broken home, preman, hingga mantan napi," ungkap salah salah satu Koordinator Komunitas Manusia Perak, Dodi (31), saat berbincang di pertokaan kawasan Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (2/4/2013).
Dodi bercerita, komunitas tersebut resmi terbentuk pada 25 Januari 2012. Keberadaan mereka bukan abal-abal. Komunitas ini legal lantaran mengantongi akta notaris. Anggota 'Silverman' sengaja dikoordinir agar tidak liar dan diajak berkegiatan positif.
Mayoritas anggota, sambung Dodi, selama ini mengarungi hidup di jalanan. Mereka sepakat berkumpul dalam satu wadah yang dikemas unik dan kreatif. Sekujur tubuhnya saban hari rela berlumur cat perak khusus body painting.
"Saya tidak merekrut anggota. Justru mereka datang sendiri dan menyatakan siap bergabung," ungkap Dodo yang juga Ketua Karang Taruna Kelurahan Pasirluyu Bandung.
Sulaeman alias Mang Sule (31), Koordinator Komunitas Manusia Perak yang sekaligus pencetus pengemis berdandan 'Silverman', merasa anggotanya yang semuanya berusia 17 tahun ke atas perlu dirangkul demi menuju arah kebaikan.
"Kami ini menjalankan misi sosial. Para manusia perak ini keberadaannya menyebar di sejumlah titik perempatan lampu merah di jalan utama Bandung," ucap Sule di lokasi sama.
"Ya, 'Silverman' ini membawa kotak kardus sambil mendatangi pengendara. Kami tidak pernah minta uang secara paksa. Tidak boleh begitu," tambahnya.
Menurut Sule, anggotanya dijejali peraturan ketat saat turun ke jalan. Sule enggan manusia perak dicap negatif oleh masyarakat.
"Saya selalu bilang agar bersikap baik, sopan santun, jangan mabuk-mabukan, dan harus ikhlas yang artinya siap dihina dan dipuji. Pokoknya jaga nama baik komunitas," tuturnya.
Sule menyebutkan, aktivitas mengemis anggotanya dimulai jam sembilan pagi. Para 'Silverman' membawa kotak kardus yang ditempali kertas bertulis 'Peduli Yatim Piatu'. Di kertas itu pun tercantum nomor akta notaris yang bermaksud menyampaikan kepada masyarakat bahwa 'Silverman' bukan gerakan ilegal.
Menjelang malam atau jam enam petang, gerombolan 'Silverman' berkumpul di basecamp yang berlokasi di Jalan Buahbatu. Tempat ngumpul itu berada di bangunan kosong yang tak jauh dari kantor Bank Mega.
Dodi dan Sule sebagai koordinator, menyiapkan kebutuhan cat bagi angootanya. "Untuk dua hari, membutuhkan satu kilogram cat perak body painting. Harganya tiga ratus ribu rupiah per kilogram. Belinya ngambil dari uang kas," ungkap Sule.
Menurut Sule, cat body painting itu dicampur minyak kelapa sebelum dibalur ke tubuh. "Dijamin tahan air dan tidak gampang luntur. Cara membersihkannya, tinggal mandi saja," katanya sembari tertawa.
Bahaya tidak cat itu terkena kulit? "Sejauh ini, saya juga pernah pakai, enggak masalah. Tidak gatal," ujar pria berkacamata ini.
Quote:
Bandung - Bandung dikepung 'Silverman' atau manusia perak. Kehadirannya marak di sejumlah jalan utama. Lokasi aksi pengemis berdandan 'Silverman' ini di traffic light.
"Memang kenyataannya kami ini pengemis," jelas Koordinator Komunitas Manusia Perak, Sulaeman (31) alias Mang Sule, saat berbincang di pertokaan kawasan Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (2/4/2013).
Masyarakat terutama pengendara yang melintas di pusat kota, saban hari disuguhi 'Silverman' yang mangkal di lampu merah. Orang-orang yang sekujur tubuhnya dilumuri cat perak ini mampu mengundang perhatian publik. Mereka berbekal kotak kardus bertulis 'Peduli Yatim Piatu'.
Titik 'Silverman' itu di antaranya berada di Jalan Cihampelas, lampu merah Jalan Pasteur-Sukajadi, Jalan Buahbatu, Jalan Ir H Djuanda (Dago), Jalan Cikapayang, Jalan Merdeka, Jalan Martanegara, Jalan Buahbatu, Jalan Jakarta.
"Pengemis itu 'kan meminta. Tapi kami punya motto dalam berkaktivitas di jalanan. Yakni berawal dari meminta, lalu memberi. Jadi tak sekadar mengemis, uang yang diperoleh dari warga itu disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu," tutur Sule.
Meneropong jauh ke belakang, awal kemunculan manusia perak di Bandung digagas sejumlah pemuda kreatif yang bermukim di kawasan Pasirluyu pada 2003. Waktu itu manusia perak hanya turun ke jalan atau mangkal di perempatan Jalan Buahbatu- Jalan Pelajar Pejuang 45 saat momen menjelang perayaan 17 Agustus. Misinya cari sumbangan guna memperingati agustusan. Mereka tampil happening art.
"Pernah juga kami ke jalanan untuk menggalang dana peduli bagi korban gempa dan aksi sosial lainnya," ujar Sule.
Rupanya manusia perak sukses melakoni visi misinya. Bukan cuma sekadar meminta rupiah kepada pengendara, perilaku 'Silverman' ini menghibur masyarakat. Ide unik tersebut mengubah manusia perak menjelma menjadi ikon.
Enggan 'Silverman' bergerak liar, Sule dan rekannya di antaranya Dodi (31), membuat sistem guna mengontrol. Terbentuklah Komunitas Manusia Perak pada 25 Januari 2012. Sule pun tidak mau komunitasnya berdiri ilegal. Desember 2012, komunitas ini berbekal akta notaris.
"Anggota komunitas ini berjumlah empat puluh orang. Semuanya pria yang berlatar belakang beragam, seperti pengamen, anak jalanan, preman, dan pengangguran. Anggota tidak ada yang di bawah umur," papar Sule.
Setiap hari, anggota 'Silverman' berkumpul di basecamp yang memanfaatkan bangunan tak terpakai di kawasan Buahbatu. Sebelum beraktivitas, mereka melumuri tubuhnya dengan cat di tempat tersebut. Menjelang malam, para 'Silverman' kembali ke basecamp untuk memberikan uang yang terkumpul. "Uang diperoleh itu wajib disisihkan dan diberikan kepada anak yatim piatu," tutur Sule.
Ada sekitar 100 anak berusia 5 hingga 12 tahun bersatus yatim piatu yang rutin mendapat uang dari Komunitas Manusia Silver. Pemberian berlangsung tiap tanggal 25.
"Anak yatim piatu itu bukan yang berada di yayasan atau lembaga. Mereka datang ke Jalan Buahbatu, atau kami yang memberikan langsung kepada anak yatim piatu," tutup Sule.
Aturannya jika penghasilannya di atas Rp 100 ribu, maka 30 persen wajib disisihkan buat disumbangkan. Jika di bawah nominal tersebut, si manusia perak menyumbang seikhlasnya.
"Memang kenyataannya kami ini pengemis," jelas Koordinator Komunitas Manusia Perak, Sulaeman (31) alias Mang Sule, saat berbincang di pertokaan kawasan Jalan Buahbatu, Kota Bandung, Selasa (2/4/2013).
Masyarakat terutama pengendara yang melintas di pusat kota, saban hari disuguhi 'Silverman' yang mangkal di lampu merah. Orang-orang yang sekujur tubuhnya dilumuri cat perak ini mampu mengundang perhatian publik. Mereka berbekal kotak kardus bertulis 'Peduli Yatim Piatu'.
Titik 'Silverman' itu di antaranya berada di Jalan Cihampelas, lampu merah Jalan Pasteur-Sukajadi, Jalan Buahbatu, Jalan Ir H Djuanda (Dago), Jalan Cikapayang, Jalan Merdeka, Jalan Martanegara, Jalan Buahbatu, Jalan Jakarta.
"Pengemis itu 'kan meminta. Tapi kami punya motto dalam berkaktivitas di jalanan. Yakni berawal dari meminta, lalu memberi. Jadi tak sekadar mengemis, uang yang diperoleh dari warga itu disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu," tutur Sule.
Meneropong jauh ke belakang, awal kemunculan manusia perak di Bandung digagas sejumlah pemuda kreatif yang bermukim di kawasan Pasirluyu pada 2003. Waktu itu manusia perak hanya turun ke jalan atau mangkal di perempatan Jalan Buahbatu- Jalan Pelajar Pejuang 45 saat momen menjelang perayaan 17 Agustus. Misinya cari sumbangan guna memperingati agustusan. Mereka tampil happening art.
"Pernah juga kami ke jalanan untuk menggalang dana peduli bagi korban gempa dan aksi sosial lainnya," ujar Sule.
Rupanya manusia perak sukses melakoni visi misinya. Bukan cuma sekadar meminta rupiah kepada pengendara, perilaku 'Silverman' ini menghibur masyarakat. Ide unik tersebut mengubah manusia perak menjelma menjadi ikon.
Enggan 'Silverman' bergerak liar, Sule dan rekannya di antaranya Dodi (31), membuat sistem guna mengontrol. Terbentuklah Komunitas Manusia Perak pada 25 Januari 2012. Sule pun tidak mau komunitasnya berdiri ilegal. Desember 2012, komunitas ini berbekal akta notaris.
"Anggota komunitas ini berjumlah empat puluh orang. Semuanya pria yang berlatar belakang beragam, seperti pengamen, anak jalanan, preman, dan pengangguran. Anggota tidak ada yang di bawah umur," papar Sule.
Setiap hari, anggota 'Silverman' berkumpul di basecamp yang memanfaatkan bangunan tak terpakai di kawasan Buahbatu. Sebelum beraktivitas, mereka melumuri tubuhnya dengan cat di tempat tersebut. Menjelang malam, para 'Silverman' kembali ke basecamp untuk memberikan uang yang terkumpul. "Uang diperoleh itu wajib disisihkan dan diberikan kepada anak yatim piatu," tutur Sule.
Ada sekitar 100 anak berusia 5 hingga 12 tahun bersatus yatim piatu yang rutin mendapat uang dari Komunitas Manusia Silver. Pemberian berlangsung tiap tanggal 25.
"Anak yatim piatu itu bukan yang berada di yayasan atau lembaga. Mereka datang ke Jalan Buahbatu, atau kami yang memberikan langsung kepada anak yatim piatu," tutup Sule.
Aturannya jika penghasilannya di atas Rp 100 ribu, maka 30 persen wajib disisihkan buat disumbangkan. Jika di bawah nominal tersebut, si manusia perak menyumbang seikhlasnya.
Spoiler for SILVERMAN:
Spoiler for EMBER:
[URL="http://news.detik..com/bandung/read/2013/04/02/145729/2209426/486/pengemis-silverman-bandung-dihuni-anjal-hingga-mantan-napi?g771108fvt"]SUMBER1[/URL]
[URL="http://news.detik..com/bandung/read/2013/04/02/140406/2209342/486/pengemis-peduli-berdandan-silverman-kepung-bandung?g771108fvt"]SUMBER2[/URL]
[URL="http://news.detik..com/bandung/read/2013/04/02/140406/2209342/486/pengemis-peduli-berdandan-silverman-kepung-bandung?g771108fvt"]SUMBER2[/URL]
Spoiler for JANGAN BUKA:
KALO MENGHIBUR DAN BERMANFAAT MOHON ATAU
DAN TOLONG JANGAN
BAGI SILENT READER, TOLONG KOMEN DONG, LUMAYAN NAMBAH POSTING 1.....
DAN TOLONG JANGAN
BAGI SILENT READER, TOLONG KOMEN DONG, LUMAYAN NAMBAH POSTING 1.....
0
15.8K
Kutip
245
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan