Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NambiAvatar border
TS
Nambi
[Seputar BBM] Solar semakin langka, tanda2 bakal naik???
Sehari Rugi hingga Rp 1 Miliar
Antrean Solar Mengular di SPBU Balikpapan
BALIKPAPAN - Antrean panjang pengisian solar terus terjadi di beberapa stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Balikpapan. Pantauan Kaltim Post di salah satu SPBU di Jalan Soekarno-Hatta, truk berukuran besar sudah mengular sejak senja, dan makin padat hingga dini hari. Parahnya, total kerugian jasa angkutan barang akibat antrean solar ini, diprediksi hingga Rp 1 miliar per hari.

Hal ini juga dialami oleh Faisal Tola. Juru bicara 3 asosiasi sektor jasa kepelabuhan (Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia/ALFI, Indonesian National Shipowners Association/INSA dan Asosiasi Pengusaha Bongkar Muat Indonesia/APBMI) ini menuturkan, kuota solar bersubsidi untuk Balikpapan sangat kurang untuk mendukung operasional truk yang beroperasi di pelabuhan.

Karena jumlah truk yang beraktivitas dan butuh pasokan solar jumlahnya mencapai 1.030 unit. “Kami memang terbantu dengan adanya SPBU Km 14 yang buka 24 jam, tapi nyatanya dalam 3 jam saja stok mereka selalu habis. Kami tanyakan, ternyata kuota solarnya cuma 6.000 liter,” ungkapnya, kemarin. Akibat terbatasnya suplai BBM bersubsidi, menurutnya, 40 persen truk pelabuhan tidak bisa beroperasi setiap harinya. “Hampir 400 unit yang harus antre di SPBU setiap hari.

Setelah isi bahan bakar, baru mereka beroperasi lagi. Sementara yang beroperasi, keesokannya juga harus antre di SPBU. Jadi hitungannya sehari kerja sehari libur,” sambungnya. Dengan kendala tersebut, Faisal mengatakan kerugian yang diderita oleh pengusaha jasa angkutan barang di pelabuhan setiap harinya mencapai Rp 1 miliar. “Bayangkan, satu truk itu seharusnya sehari bisa 3 kali jalan mengangkut barang dari pelabuhan.

Kalau ada 400 kendaraan setiap harinya yang tidak bisa jalan, bisa dibayangkan berapa kerugian yang diderita,” tambahnya. Apalagi, tambahnya, imbas lainnya adalah aktivitas bongkar muat kapal juga terkendala. Aktivitas bongkar muat kapal yang ditarget sehari harus rampung, terkadang sulit terlaksana. Masih ada peti kemas yang harus menginap di Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau. “Dan itu juga menimbulkan biaya baru,” terangnya.

Data yang dimiliki Kaltim Post, biaya untuk paket kegiatan bongkar muat peti kemas 20 TEUs (isi) sebesar Rp 600 ribu, peti kemas 20 TEUs (kosong) sebesar Rp 416 ribu, peti kemas 40 TEUs (isi) Rp 900 ribu dan peti kemas 40 TEUs (kosong) Rp 624 ribu. Jika peti kemas tersebut menginap di pelabuhan, maka akan dikenakan biaya setara dengan biaya bongkar tergantung ukuran peti kemas.

Biaya tersebut belum termasuk biaya buruh dan biaya operasional pengeluaran peti kemas. Meski demikian, para pengusaha angkutan barang mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk memengaruhi jumlah kuota. “Kami tidak tahu apakah pembagian kuota untuk kabupatan/kota di Kaltim sudah tepat. Tapi kelihatannya di kota lain antrean juga terjadi,” terangnya.

Mereka berharap pemerintah lebih tegas dalam mengawasi distribusi BBM bersubsidi di Kaltim. “Pasalnya kami sering menjumpai pelat non-KT yang mengisi di Kaltim. Padahal kalau kami mengisi di Banjarmasin saja ditahan, dan tidak boleh. Harusnya Kaltim juga menerapkan hal serupa,” jelasmya. Pihaknya juga menyoroti transparansi penyaluran BBM oleh Pertamina. “Pertamina harus jelas distribusinya.

Memang dikatakan kuota untuk Kaltim sekian, tapi ketika penyaluran misalnya 6.000 liter ke SPBU apakah benar itu 6.000 liter,” terangnya. Tanpa bermaksud mencurigai, dia berharap pemerintah daerah membentuk tim pengawasan khusus untuk memantau distribusi tersebut. Apalagi adanya perbedaan harga antara BBM nonsubsidi dan industri masih memungkinkan menimbulkan kecurangan. “Pada dasarnya masyarakat juga bisa menjadi pengawas asalkan Pertamina juga bersedia transparan tentang berapa kuota yang diterima setiap SPBU setiap harinya,” tandasnya.(*/rsh/che)

sumber http://www.kaltimpost.co.id/berita/d...-1-miliar.html

SOLAR LANGKA : Banyak Pengguna Kecele di Sragen

SOLO – Kelangkaan solar kembali berlanjut di wilayah Kabupaten Sragen, khususnya di jalur penghubung antarkota antarprovinsi. Akibatnya, banyak pengguna solar yang kecele ketika tiba di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Pantauan Solopos.com, Minggu (31/3/2013) siang, sejumlah SPBU seperti SPBU Masaran, SPBU Punthukrejo, SPBU Jetak dan SPBU Sine, memampang tanda habisnya persediaan solar di tempat mereka. Beberapa truk yang hendak mengisi solar pun kecele kemudian melanjutkan perjalanan. Pengawas SPBU Masaran, Gilang, ketika ditemui Espos di kantornya, Minggu, mengatakan pengiriman solar terakhir terjadi Sabtu (30/3/2013) sekitar pukul 09.00 WIB. Namun, pada Sabtu sore, sekitar pukul 15.30 WIB, persediaan solar di SPBU tersebut telah habis.

“Pengiriman biasanya dua hari sekali. Hari ini sudah pesan, tetapi kemungkinan baru dikirim oleh Depo Pertamina Teras, Boyolali, besok [Senin (1/4/2013)],” ujarnya.

Menurutnya, selain para sopir bus dan truk, banyak warga penggarap sawah yang juga kecele saat akan membeli solar di SPBU itu. Ia mengaku merasa kasihan pada kondisi petani yang kini benar-benar membutuhkan solar sebagai bahan bakar mesin pembajak sawah mereka. “Di sini ada Pertamina Dex. Satu Jeriken berisi 10 liter harganya Rp140.000. Kan kasihan mereka [petani]. Setahu saya, kondisi kelangkaan solar memang merata dari wilayah Surabaya ke sini. Para sopir bus dan truk mengatakan hal itu kalau mampir kemari. Kalau harga mau naik, malah sekalian saja. Jadi jelas. Tapi barangnya ada,” tuturnya.

sumber : http://www.solopos.com/2013/03/31/so...-sragen-392538

Antrean Panjang Mobil Pelangsir Solar

Metrotvnews.com, Batam: Antrean panjang kendaraan kembali terjadi di sejumlah stasiun bahan bakar umum (SPBU) di Kota Batam.

Akibat antrean panjang mobil yang mengisi solar itu masyarakat di daerah ini semakin resah, karena tidak ada solusi yang diberikan Pemkot Batam maupun Pertamina.

Pantauan Media Indonesia, Sabtu (30/3) sore, masyarakat yang mau mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) baik solar maupun premium terpaksa harus antre berjam-jam lamanya, diduga mobil-mobil pelangsir solar kembali beroperasi, karena banyaknya mobil yang sedan yang telah dimodifikasi tangkinya membeli solar di SPBU di Batam.

Padahal mobil-mobil tersebut aslinya berbahan bakar premium. Akibatnya persediaan solar dan premium habis total di SPBU yang ada di Batam.

SPBU yang selalu dipadati oleh para pelangsir itu antara lain SPBU Tembesi di Batu Aji Batam; SPBU Top 100, Kecamatan Sagulung Batam; SPBU Tiban BTN,
Kecamatan Sekupang Batam; SPBU Gracita di Sei Ladi, Kecamatan Lubuk.

Keseluruhan SPBU tersebut disesaki para pengendara kendaraan dari pukul 15.00 WIB sore hingga pukul 20.00 WIB, akibat antrian panjang di SPBU di
atas jalan raya pun macet total panjangnya mencapai dua kilometer.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Batam Ahmad Dahlan mengaku angkat tangan soal aktivitas mobil pelangsir solar yang semakin tidak terbendung tersebut. Bahkan, jumlahnya semakin bertambah, bukannya semakin berkurang.

sumber http://www.metrotvnews.com/metronews...elangsir-Solar

kalo mau naek ya buruan dinaekin, kl dibuat berlarut2 spt ini malah mangkin banyak yg dirugikan emoticon-No Hope
ditempat ane uda 2 bulan ini solar langka, 1 minggu ini aja antrean solar uda nyampe hampir 1km tiap sore. kl ada yg demo2 plg jg cmn diindonesia bagian sono aja, kl uda ada yg bakar diri abis itu jg sepi. lebih cepat lebih baik, jgn nunggu solar eceran nyampe 50rb emoticon-Embarrassment
0
2.2K
35
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan