- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Awas, Penyu Beracun!
TS
cortezgolan7
Awas, Penyu Beracun!
Spoiler for pic:
Quote:
Penyu adalah kura-kura laut. Termasuk ke dalam kelompok reptilia yang mempunyai daerah jelajah sangat luas, mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Di Indonesia, khususnya daerah Mentawai, penyu laut termasuk penyu yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan yaitu dengan mengonsumsi daging penyu oleh para penduduk. Pada bulan-bulan tertentu, bulan dimana terdapat banyak penyu, penduduk mentawai memanfaatkan bulan tersebut untuk berburu penyu dan telurnya, untuk dikonsumsi dagingnya oleh penduduk itu sendiri maupun dengan menjual telurnya. Karena telur penyu memiliki harga yang fantastis di pasaran.
Kebiasaan masyarakat Mentawai berburu penyu merupakan bentuk tradisi yang lahir sejak lama, bahkan sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Mentawai, salah satunya apabila ada satu orang penduduk mendapatkan hasil buruannya ( penyu ) maka hasil buruan tersebut harus dibagi-bagikan baik kepada keluarga maupun tetangga, yang bertujuan agar seluruh masyarakat yang ada di daerah sekitarnya bisa sama-sama menikmati hasil buruan itu.
Namun, baru-baru ini masyarakat Mentawai dikejutkan dengan kejadian meninggalnya empat warga Desa Sagitci Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Mentawai, akibat usai mengkonsumsi daging penyu. Pada hari Rabu, 3 Oktober 2012 lalu, bahkan hampir satu desa yang ikut mengkonsumsi daging penyu itu mengalami keracunan, menurut laporan sebanyak 27 orang dirawat intensif di RSUD Tuapeijat. Kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali, kasus serupa juga pernah terjadi di Desa Cimpungan dan Saibi Kecamatan Siberut Tengah pada pertengahan tahun 2012.
Dari data Puailiggoubat sejak tahun 2005 hinggga tahun 2012 di Mentawai data korban meninggal akibat keracunan penyu sekitar 23 orang.
Berdasarkan data diatas menggambarkan bahwa pengetahuan masyarakat Mentawai mengenai penyu yang dapat dikonsumsi atau tidak beracun dengan penyu yang tidak dapat dikonsumsi dalam hal ini penyu yang beracun masih sangat kurang, terbukti masih terjadinya kasus yang sama yaitu keracunan daging penyu yang selalu terjadi setiap tahunnya, dengan jumlah korban meninggal yang bervariasi. Penyu beracun ada dua jenis dari delapan jenis penyu yang ada di dunia, dagingnya beracun yakni Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).
Meskipun masyarakat Mentawai sudah di bekali pengetahuan tentang penyu yang tidak dapat dikonsumsi (beracun) dengan sosialisasi melalui poster yang di sebarkan oleh Dinas Terkait, tetapi hal itu belum cukup untuk membuat masyarakat Mentawai memiliki pengetahuan mengenai penyu beracun tersebut, karena kita semua tahu dalam suatu masyarakat tingkat pengetahuanya berbeda-beda. Dalam hal ini, untuk penduduk yang di Daerah Mentawai masih banyak yang tidak dapat membaca, sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahui ciri-ciri dari penyu yang beracun itu, jika hanya melihat dari poster, tentu saja belum cukup untuk menjadikan masyarakat mentawai mengetahui lebih dalam mengenai penyu beracaun.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dari seluruh masyarakat Mentawai mengenai ciri-ciri penyu yang beracun agar tidak terulang kembali kasus yang sama. kepada dinas terkait yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyu beracun ini diharapkan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tidak cukup hanya dengan menggunakan media sosialisasi poster saja, akan tetapi perlu terjun langsung di tengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan kepada masyarakat, mengenai ciri-ciri penyu yang beracun.
Atau dengan menggunakan media pembelajaran kepada para penduduk melalui peran perangkat Desa, sebagai lembaga masyarakat yang bisa mengontrol dan mengawasi masyarakatnya. Desa merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pemahaman mengenai penyu beracun kepada masyarakat, Apabila ada warganya yang mendapat penyu dari hasil berburu harus di laporkan terlebih dahulu kepada desa untuk diselidiki apakah penyu tersebut layak untu di konsunsi atau tidak, tentunya desa tadi telah memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri penyu yang tidak dapat dikonsunsi.
Tetapi, akan lebih jitu lagi apabila masyarakat Mentawai menghindari untuk tidak mengkonsumsi daging penyu, mengingat populasi penyu semakin terancam punah, akibat dari perburuan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan yang tentunya melahirkan sifat eksploitasi terhadap populasi penyu.
Apabila, masyarakat Mentawai telah memiliki pengetahuan yang sangat cukup tentang penyu yang tidak dapat dikonsumsi, maka tidak akan ada korban yang meninggal akibat dari keracunan mengonsumsi daging penyu. Serta apabila dinas terkait sungguh-sungguh untuk melakukan sosialisasi, tidak hanya sosialisasi melalui poster saja, melainkan dengan terjun lansung di tengah-tengah masyarakat dengan menggunakan media diskusi akan memberikan pengetahuan yang cukup berarti bagi masyarakat.
Dan apabila masyarakat Mentawai bisa berhenti total dalam melakukan pemburuan penyu, maka akan menimbul dampak yang sangat positif bagi kelangsungan populasi penyu yang sedang terancam punah dan dapat menyeimbangkan kembali kehidupan penyu sebagai penyeimbang populasi laut.
Kebiasaan masyarakat Mentawai berburu penyu merupakan bentuk tradisi yang lahir sejak lama, bahkan sudah melekat dalam kehidupan masyarakat Mentawai, salah satunya apabila ada satu orang penduduk mendapatkan hasil buruannya ( penyu ) maka hasil buruan tersebut harus dibagi-bagikan baik kepada keluarga maupun tetangga, yang bertujuan agar seluruh masyarakat yang ada di daerah sekitarnya bisa sama-sama menikmati hasil buruan itu.
Namun, baru-baru ini masyarakat Mentawai dikejutkan dengan kejadian meninggalnya empat warga Desa Sagitci Kecamatan Sipora Selatan Kabupaten Mentawai, akibat usai mengkonsumsi daging penyu. Pada hari Rabu, 3 Oktober 2012 lalu, bahkan hampir satu desa yang ikut mengkonsumsi daging penyu itu mengalami keracunan, menurut laporan sebanyak 27 orang dirawat intensif di RSUD Tuapeijat. Kejadian tersebut bukanlah yang pertama kali, kasus serupa juga pernah terjadi di Desa Cimpungan dan Saibi Kecamatan Siberut Tengah pada pertengahan tahun 2012.
Dari data Puailiggoubat sejak tahun 2005 hinggga tahun 2012 di Mentawai data korban meninggal akibat keracunan penyu sekitar 23 orang.
Berdasarkan data diatas menggambarkan bahwa pengetahuan masyarakat Mentawai mengenai penyu yang dapat dikonsumsi atau tidak beracun dengan penyu yang tidak dapat dikonsumsi dalam hal ini penyu yang beracun masih sangat kurang, terbukti masih terjadinya kasus yang sama yaitu keracunan daging penyu yang selalu terjadi setiap tahunnya, dengan jumlah korban meninggal yang bervariasi. Penyu beracun ada dua jenis dari delapan jenis penyu yang ada di dunia, dagingnya beracun yakni Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).
Meskipun masyarakat Mentawai sudah di bekali pengetahuan tentang penyu yang tidak dapat dikonsumsi (beracun) dengan sosialisasi melalui poster yang di sebarkan oleh Dinas Terkait, tetapi hal itu belum cukup untuk membuat masyarakat Mentawai memiliki pengetahuan mengenai penyu beracun tersebut, karena kita semua tahu dalam suatu masyarakat tingkat pengetahuanya berbeda-beda. Dalam hal ini, untuk penduduk yang di Daerah Mentawai masih banyak yang tidak dapat membaca, sehingga masyarakat banyak yang tidak mengetahui ciri-ciri dari penyu yang beracun itu, jika hanya melihat dari poster, tentu saja belum cukup untuk menjadikan masyarakat mentawai mengetahui lebih dalam mengenai penyu beracaun.
Untuk itu dibutuhkan pengetahuan dari seluruh masyarakat Mentawai mengenai ciri-ciri penyu yang beracun agar tidak terulang kembali kasus yang sama. kepada dinas terkait yang memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penyu beracun ini diharapkan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat, tidak cukup hanya dengan menggunakan media sosialisasi poster saja, akan tetapi perlu terjun langsung di tengah-tengah masyarakat untuk menyampaikan kepada masyarakat, mengenai ciri-ciri penyu yang beracun.
Atau dengan menggunakan media pembelajaran kepada para penduduk melalui peran perangkat Desa, sebagai lembaga masyarakat yang bisa mengontrol dan mengawasi masyarakatnya. Desa merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pemahaman mengenai penyu beracun kepada masyarakat, Apabila ada warganya yang mendapat penyu dari hasil berburu harus di laporkan terlebih dahulu kepada desa untuk diselidiki apakah penyu tersebut layak untu di konsunsi atau tidak, tentunya desa tadi telah memiliki pengetahuan tentang ciri-ciri penyu yang tidak dapat dikonsunsi.
Tetapi, akan lebih jitu lagi apabila masyarakat Mentawai menghindari untuk tidak mengkonsumsi daging penyu, mengingat populasi penyu semakin terancam punah, akibat dari perburuan yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat sebagai pemenuhan kebutuhan yang tentunya melahirkan sifat eksploitasi terhadap populasi penyu.
Apabila, masyarakat Mentawai telah memiliki pengetahuan yang sangat cukup tentang penyu yang tidak dapat dikonsumsi, maka tidak akan ada korban yang meninggal akibat dari keracunan mengonsumsi daging penyu. Serta apabila dinas terkait sungguh-sungguh untuk melakukan sosialisasi, tidak hanya sosialisasi melalui poster saja, melainkan dengan terjun lansung di tengah-tengah masyarakat dengan menggunakan media diskusi akan memberikan pengetahuan yang cukup berarti bagi masyarakat.
Dan apabila masyarakat Mentawai bisa berhenti total dalam melakukan pemburuan penyu, maka akan menimbul dampak yang sangat positif bagi kelangsungan populasi penyu yang sedang terancam punah dan dapat menyeimbangkan kembali kehidupan penyu sebagai penyeimbang populasi laut.
Quote:
RABU, 27 MARET 2013 | 14:54 WIB
4 Warga Mentawai Tewas Keracunan Penyu
TEMPO.CO, Padang - Empat warga Desa Bosua, Pulau Sipora, di Mentawai tewas setelah makan penyu, sementara seorang bayi berusia 8 bulan masih kritis di Rumah Sakit Umum Daerah Tuapeijat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Keempat korban tewas adalah bayi dan anak-anak, Erwin, 11 bulan, Maikel, 3 tahun, Joas, 7 tahun, dan Atmojo, 11 tahun. "Bayi yang meninggal dan kritis tidak makan penyu, tetapi karena mereka menyusui dari ibunya yang makan penyu," kata Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa, Rabu, 27 Maret 2013.
Ia mengatakan, pada Sabtu lalu, 23 Maret, nelayan di Desa Bosua yang biasa menyelam berhasil menangkap penyu. Seperti kebiasaan di Mentawai, daging dari hasil tangkapan penyu itu biasanya dibagi-bagikan untuk kerabat dan tetangganya.
"Setelah makan penyu, malamnya sudah ada anak yang mual-mual, dikira orang tuanya karena kekenyangan makan daging penyu. Baru keesokan harinya ternyata sudah banyak yang mual, pusing, dan sakit kepala.
"Lalu, dengan segala upaya dan keterbatasan, mereka membawa korban ke puskesmas di Sioban, yang berjarak 3 jam perjalanan naik perahu mesin dari Bosua," kata Rijel. Total korban keracunan penyu sebanyak 148 orang. Tetapi yang paling parah adalah anak-anak. Dua anak tewas dalam perawatan di Puskesmas Sioban.
"Dari Puskesmas Sioban, kemarin para korban keracunan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Tuapejat dengan speed boat. Di RSUD Tuapejat, dua orang meninggal. Harusnya untuk penanganan keracunan penyu ini minimal 6 jam pertama, dan ini sudah terlambat, racunnya sudah menyebar sampai ke otak," kata Rijel.
4 Warga Mentawai Tewas Keracunan Penyu
TEMPO.CO, Padang - Empat warga Desa Bosua, Pulau Sipora, di Mentawai tewas setelah makan penyu, sementara seorang bayi berusia 8 bulan masih kritis di Rumah Sakit Umum Daerah Tuapeijat di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Keempat korban tewas adalah bayi dan anak-anak, Erwin, 11 bulan, Maikel, 3 tahun, Joas, 7 tahun, dan Atmojo, 11 tahun. "Bayi yang meninggal dan kritis tidak makan penyu, tetapi karena mereka menyusui dari ibunya yang makan penyu," kata Wakil Bupati Mentawai Rijel Samaloisa, Rabu, 27 Maret 2013.
Ia mengatakan, pada Sabtu lalu, 23 Maret, nelayan di Desa Bosua yang biasa menyelam berhasil menangkap penyu. Seperti kebiasaan di Mentawai, daging dari hasil tangkapan penyu itu biasanya dibagi-bagikan untuk kerabat dan tetangganya.
"Setelah makan penyu, malamnya sudah ada anak yang mual-mual, dikira orang tuanya karena kekenyangan makan daging penyu. Baru keesokan harinya ternyata sudah banyak yang mual, pusing, dan sakit kepala.
"Lalu, dengan segala upaya dan keterbatasan, mereka membawa korban ke puskesmas di Sioban, yang berjarak 3 jam perjalanan naik perahu mesin dari Bosua," kata Rijel. Total korban keracunan penyu sebanyak 148 orang. Tetapi yang paling parah adalah anak-anak. Dua anak tewas dalam perawatan di Puskesmas Sioban.
"Dari Puskesmas Sioban, kemarin para korban keracunan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Tuapejat dengan speed boat. Di RSUD Tuapejat, dua orang meninggal. Harusnya untuk penanganan keracunan penyu ini minimal 6 jam pertama, dan ini sudah terlambat, racunnya sudah menyebar sampai ke otak," kata Rijel.
Penyu bukan untuk di konsumsi..Penyu termasuk hewan langka yang harus dilindungi agar terhindar dari kepunahan..
Spoiler for diutamakan:
komeng2
0
2.1K
Kutip
6
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan