jacksudosuAvatar border
TS
jacksudosu
NGELEM, Haruskah Jadi Tradisi Anak-anak Jalanan
NGELEM










Ngelem. Sniffing, atau penyalahgunaan inhalen, yakni dengan menghirup benda-benda sejenis lem, zat pelarut (thinner cat) atau zat lain sejenisnya. Tak ada narkoba, ngelem pun jadi. Begitu seru seorang anak jalanan yang ditemui di sebuah terminal ibukota.

Dari pengakuan mereka, ngelem merupakan ‘kegiatan’ paling enjoy dan cukup bikin tenang badan. “Hidup sudah susah, tapi sekali-kali saya tidak ingin merasa susah,” aku seorang bocah pengamen sambil menghirup bau lem dari sebuah kaleng kecil. Aduh..seandainya mereka tahu, betapa ngelem yang mereka lakukan selama ini bisa berefek buruk pada badan. Haruskah anak-anak jalanan yang merupakan bagian dari anak-anak kita tersebut terjerumus ke dalam hal-hal yang merugikan dirinya? Apa yang bisa mereka alami bila ‘kegiatan’ itu sering dilakukan?

-------------

MATAHARI masih berdiri menantang terang. Sekitar pukul tiga siang, suasana terminal di wilayah Jakarta Barat tampak ramai. Menjelang sore, suasana tempat menunggu bus itu pun semakin padat dengan orang berlalu-lalang. Tidak jauh dari terminal, ada sekitar puluhan warung kecil dengan aneka ragam dagangan yang menanti pembeli. Disisi sebuah warung kecil, tampak dua-tiga pengamen sedang berlatih bernyanyi diiringi alunan gitar.

Tak jauh dari situ, lima bocah berpakaian lusuh tampak berkumpul. Salah satu dari mereka sedang asyik tidur-tiduran di kursi panjang warung, dua lainnya sedang sibuk berbincang sambil memandangi orang yang bersiliweran didepannya. Sedangkan tiga orang temannya yang lain tampak duduk diam seperti seorang suhu yang sedang bersemedi. Sekilas tiga bocah terakhir dari mereka tersebut kelihatan tertidur dengan posisi duduk. Sebagian muka ketiga anak laki-laki itu tertutup baju, terutama pada bagian hidung. Kedua tangan mereka yang masuk ke dalam kantong baju juga tampak memegangi sebuah benda. “Mereka lagi ‘asyik’,” seru salah seorang temannya menjelaskan. Dengan polos, bocah yang sebut saja bernama Iwan ini bercerita, bahwa ‘asyik’ yang dimaksud yakni kebiasaan menghirup atau menghisap bau lem, thinner cat, dan sejenisnya. “Kita suka saja. Abis jadi tenang,” katanya yang disambut anggukan dua kawannya.

Ketika ditanya apakah mereka tahu kalau kebiasaan yang lakukan itu merupakan salah satu bentuk penyalahgunaan inhalen (snifffing) atau ngelem? Iwan bersama kawan-kawannya menggeleng. Masih dengan tatapannya yang polos mereka hanya bisa bilang, bahwa kebiasaan itu merupakan suatu kenikmatan. “Dengan begini, kita bisa gampang tidur, nggak gampang lapar, apalagi pingin yang lain-lain. Pokoknya tidur aja,” seru rekan Iwan yang mengaku bernama Wanto itu. Wanto kecil mengaku masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 3. Ayahnya pengangguran, sedangkan ibunya menjadi tukang cuci di beberapa rumah di daerah Kedoya, Jakarta Barat.

“Jadi kita tidak punya uang banyak, ya..saya ikut ngamen saja sama teman-teman,” ujar sulung dari tiga bersaudara. Hal itu tidak berbeda jauh dengan Iwan dan teman-teman sepermainannya yang lain. Mereka merupakan anak-anak yang tumbuh liar di jalan dan berkembang sesuai dengan apa yang terjadi di sekelilingnya.

Berdasarkan pengakuan mereka, kebiasaan ngelem tersebut merupakan salah satu ‘warisan’ para senior mereka. Entah senior mereka itu pemulung, pengamen, atau pengemis. Namun ada juga yang melihat dari teman sepermainan mereka sendiri, dan merasakan ‘kenikmatan’ itu tanpa ada yang mengajari. “Saya mendapatkan ini dari teman. Saya nggak punya uang buat beli. Kalau pun beli, paling patungan,” ujar Wanto menunjuk kaleng lem yang sedang dihirupnya. Sekitar setengah jam, mata Wanto tampak merem-melek. Tidak berbeda dengan tiga orang temannya. Sedangkan temannya yang lain masih terus menghirup dan menghirup bau lem yang menurut mereka suatu kenikmatan. Sadarkah Wanto, Iwan, dan teman-teman mereka lainnya bahwa betapa banyak efek buruk yang bisa mereka hadapi dari kebiasaan ngelem.

Dr.Iskandar Hukom selaku Vice President Campaign dari Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) menyatakan bahwa ‘keasyikan’ yang dirasakan anak-anak jalan ketika menghirup lem itu hanya bersifat sementara semata. “Paling hanya sekitar 5 jam. Namun tergantung dari orang masing-masing. Setiap orang memiliki daya yang berbeda-beda, ada yang bisa lebih dari 5 jam merasakan ‘rasa enak’ itu, namun ada pula yang beberapa jam saja. Dan ini tergantung juga dengan bagaimana cara mereka menghirup lem tersebut.”

Kalaupun anak-anak itu merasa ngantuk, jelas Dr.Iskandar, itu karena bahan-bahan kimia yang mereka hirup dari lem tersebut telah memaksa otak untuk tidak bekerja sebagaimana mestinya. “Kalau sudah terlalu sering melakukannya, efeknya bisa terjadi iritasi pada selaput kornea mata. Atau lebih parah lagi bisa mengakibatkan kanker pada sumsum tulang,” jelasnya.

Bahkan dampak yang paling cepat, yakni si penghirup jadi mudah lupa, tidak mampu berpikir, mudah berdarah dan memar. Maka tidak heran, bila dampak buruk yang dapat terjadi bukan hanya pada otak, melainkan berakibat fatal pada jalur sistem syaraf pusat, kerusakan hati dan jantung, sakit di perut dan sakit saat mengeluarkan air seni, kram otot atau batuk-batuk.

Jadi jangan biarkan anak-anak jalanan yang merupakan bagian dari anak-anak kita sendiri terbiasa melakukan sniffing atau ngelem. Kita yang tahu, ada baiknya mengingatkan mereka sebelum terjadi sesuatu yang membahayakan pada mereka. Apalagi mengingat kebiasaan ngelem juga bisa mengakibatkan kematian mendadak seperti tercekik (Sudden Sniffing Death-SSD). “Pada dasarnya ngelem bisa mudah dihentikan, berbeda dengan kecanduan narkoba. Asal punya keinginan saja untuk melakukan dan tidak meneruskannya,” tegas Dr.Iskandar.


LEM


Jngan lupa emoticon-Cendol (S)gn klo gk repost
0
5K
25
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan