

TS
cecepromli
2 cacat terparah pendidikan kita
Gan,
mungkin di antara agan-agan ada yg pernah denger cerita ini:
Seorang guru PNS SDN nga punya tanggung jawab lagi sebagai guru. Dia terus-terusan sering nga masuk,menelantarkan anak-anak muridnya di kelas. Peringatan dari kepsek / kasi nga digubrisnya, sama sekali sudah nga mempan.
Tahukah gan, guru gini yg bukan cuma satu dua kepala di Jakarta, tak bisa dan tak kunjung diberhentikan karena katanya belum ada aturannya? Sepanjang dia tidak asusila atau tidak kriminal, maka dia lenggang-lenggong aja dan tetep utuh dapet gaji...
Bagaimana pendidikan mau maju, kalau peraturan birokrasinya nga bisa kasih sanksi guru yg sangat korup tugas ini? Ini cacat pertama.
Peraturan nga karuan macam gini, tentunya tidak akan mampu menciptakan iklim guru yg bertanggung jawab dan berprestasi serta siap dengan target-target pendidikan. Maka ketika standar nilai UAN (UN) diberlakukan, maka yg dikejar bukannya peningkatan proses belajar mengajar supaya murid2 siap memenuhi nilai, sebaliknya lumrah terjadi pengkatrolan. Bayangkan, tiap tahun tiap UAN kata2 seperti tim sukses berseliweran di dunia pendidikan.
Kedua, pendidikan kita sudah dibajak dan dikudeta oleh kepentingan projek, sehingga nyaris tidak ada visi. contoh yg ramai sekarang, bagaimana bisa pendidikan inggris dihapus di SDN dan dikurangi 50 persen di SMP dan SMU, di tengah deru persaingan global? (malah sekarang yg pas bukan lagi istilah persaingan global, melainkan penjajahan bisnis asing krn begitu bnyk perusahaan2 strategis dimiliki mereka) Kalau sebelum tahun 2000 sudah didengungkan Indonesia sebentar lagi memasuki era AFTA, maka sekarang kenyataan penjajahan asing ini sudah terasa mengepung kita. Lalu pendidikan dengan seenak perutnya menghapus bahasa inggris.
Maka sulit diterima penjelasan apa pun selain lontaran-lontaran spontan guru-guru, bahwa ini tak lain ujung2nya kepentingan projek?! Kurikulum baru berarti pengadaan buku baru...
Memang harus diakui, pengajaran inggris di bangku sekolah, tidak lantas membuat anak didik bisa berbahasa inggris, sebagaimana terungkap dari pengakuan2 yg beredar di tengah keluarga atau masyarakat. Nyaris hampir semua, orang bisa bahasa inggris lebih karena kursus atau faktor lainnya. Namun, jika ini yg jadi dasar, tentunya solusinya bukan penghapusan, sebaliknya peningkatan guru-gurunya.
Masih banyak cacat pendidikan, tapi 2 ini saja kalau dibiarkan akan lumpuhlah pendidikan kita...
bingung
Salam optimis dgn berbagai perbaikan!!
mungkin di antara agan-agan ada yg pernah denger cerita ini:
Seorang guru PNS SDN nga punya tanggung jawab lagi sebagai guru. Dia terus-terusan sering nga masuk,menelantarkan anak-anak muridnya di kelas. Peringatan dari kepsek / kasi nga digubrisnya, sama sekali sudah nga mempan.
Tahukah gan, guru gini yg bukan cuma satu dua kepala di Jakarta, tak bisa dan tak kunjung diberhentikan karena katanya belum ada aturannya? Sepanjang dia tidak asusila atau tidak kriminal, maka dia lenggang-lenggong aja dan tetep utuh dapet gaji...
Bagaimana pendidikan mau maju, kalau peraturan birokrasinya nga bisa kasih sanksi guru yg sangat korup tugas ini? Ini cacat pertama.
Peraturan nga karuan macam gini, tentunya tidak akan mampu menciptakan iklim guru yg bertanggung jawab dan berprestasi serta siap dengan target-target pendidikan. Maka ketika standar nilai UAN (UN) diberlakukan, maka yg dikejar bukannya peningkatan proses belajar mengajar supaya murid2 siap memenuhi nilai, sebaliknya lumrah terjadi pengkatrolan. Bayangkan, tiap tahun tiap UAN kata2 seperti tim sukses berseliweran di dunia pendidikan.
Kedua, pendidikan kita sudah dibajak dan dikudeta oleh kepentingan projek, sehingga nyaris tidak ada visi. contoh yg ramai sekarang, bagaimana bisa pendidikan inggris dihapus di SDN dan dikurangi 50 persen di SMP dan SMU, di tengah deru persaingan global? (malah sekarang yg pas bukan lagi istilah persaingan global, melainkan penjajahan bisnis asing krn begitu bnyk perusahaan2 strategis dimiliki mereka) Kalau sebelum tahun 2000 sudah didengungkan Indonesia sebentar lagi memasuki era AFTA, maka sekarang kenyataan penjajahan asing ini sudah terasa mengepung kita. Lalu pendidikan dengan seenak perutnya menghapus bahasa inggris.
Maka sulit diterima penjelasan apa pun selain lontaran-lontaran spontan guru-guru, bahwa ini tak lain ujung2nya kepentingan projek?! Kurikulum baru berarti pengadaan buku baru...
Memang harus diakui, pengajaran inggris di bangku sekolah, tidak lantas membuat anak didik bisa berbahasa inggris, sebagaimana terungkap dari pengakuan2 yg beredar di tengah keluarga atau masyarakat. Nyaris hampir semua, orang bisa bahasa inggris lebih karena kursus atau faktor lainnya. Namun, jika ini yg jadi dasar, tentunya solusinya bukan penghapusan, sebaliknya peningkatan guru-gurunya.
Masih banyak cacat pendidikan, tapi 2 ini saja kalau dibiarkan akan lumpuhlah pendidikan kita...


Salam optimis dgn berbagai perbaikan!!

0
2.4K
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan