- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PEMBODOHAN MANUSIA LEWAT TAYANGAN SINETRON


TS
ecol7
PEMBODOHAN MANUSIA LEWAT TAYANGAN SINETRON
NO JUNK PLEASE!
Gan masih ingatkah kita dengan kejadian di gambar ini?

Yahhh itulah SI DOEL ANAK BETAWI. Sinetron yang sangat luar biasa pada zamannya tahun 1995 an. Bagi kaskuser yang lahir tahun 95 ke atas pasti belum mengenal betul sinetron ini.
jika kaskuser pecinta sinetron si Doel beri ane
dan 
jika kaskuser pecinta sinetron alay ababil boleh kasih ane
KOMENG LUCU DARI AGAN KASKUSER YG PALING ANE DEMEN NIH :
Gan masih ingatkah kita dengan kejadian di gambar ini?
Spoiler for taraaa:

Quote:
itu kejadian dimana keluarga doel sedang bertamasya ke stadion GBK
ketika ane nonton pas dibagian itu, perasaan ilfeel sama malu langsung hinggap dihati ane gan 


Yahhh itulah SI DOEL ANAK BETAWI. Sinetron yang sangat luar biasa pada zamannya tahun 1995 an. Bagi kaskuser yang lahir tahun 95 ke atas pasti belum mengenal betul sinetron ini.
Spoiler for para pemain:

Quote:
KRONOLOGIS CERITA DAN PERAN
Sinetron Si Doel Anak Betawi memang tak bisa lepas begitu saja dari ingatan ane, film yang ditayangkan sewaktu ane masih duduk dibangku SD pada tahun 1995 begitu membekas dalam ingatan ane. Alur cerita dalam sinetron itu begitu sederhana, mengalir alami, tidak dibuat buat, dan bertambah seru dengan adanya banyolan dari para tokohnya masing – masing. Cerita hidup keseharian masyarakat pinggiran pada umumnya dan Betawi khususnya di ceritakan begitu mendetail di sini, mulai dari bangun pagi, buka warung, narik oplet, minta kimpoi, atau cerita khas dari tokohnya masing – masing. Mas Karyo yang sewaktu nganggur, mandi jarang tapi mandiin Badut sama Bejo sering betul, belom lagi kalau burung perkutut kesayangannya tersebut lagi diajak ngobrol selayaknya manusia biasa bener – bener kelihatan edan, belum selesai sampai disitu ada lagi kelakuan Mandra ketika jatuh cinta dengan Munaroh, atau kelakar dan jeplakan almarhum Benyamin Sueb dengan istrinya Mpok Laela, Atun yang meskipun perempuan dan sudah dewasa masih gemar bermain layang – layang dengan anak kecil yang usianya jauh di bawah dia, Si Doel yang begitu bersahaja, dewasa dan penurut kepada orang tua didekati wanita kaya raya bernama Sarah, Sarah yang dalam sinetron tersebut beperan sebagai mahasiswi cantik lagi kaya yang meneliti masyarakat betawi untuk skripsinya hingga jatuh cinta dengan si Doel, enyak nya Zainab yang tidak setuju Ia menikah dengan Si Doel dan lebih memilih Acong yang kaya raya, terakhir pak Tile yang emosian dan seperti “kucing dengan anjing” dengan Mandra, ditambah adegan ketika pak tua yang satu ini minta dilamar ke Mpok Rodiah membuat begitu berwarna sinetron ini.

Apa sebenarnya yang membuat sinetron ini begitu di gandrungi kala itu? padahal awalnya sinetron ini dibuat untuk meluruskan pandangan masyarakat Indonesia yang keliru terhadap masyarakat Betawi, mereka menganggap mayoritas masyarakat Betawi ketinggalan zaman karena berpendidikan rendah dan tidak berbudaya, malas bekerja dan cuma bisa menghabisi warisan orang tua, ternyata di luar dugaan, sinetron ini begitu di sukai oleh seluruh lapisan masyarakat hingga tidak ada yang melakukan penentangan berlebihan bahkan mendukung dan menyetujui pembuatan sinetron tersebut. Menurut saya dalam sinetron ini jelas kita diajarkan untuk hidup sederhana, nrimo, sabar dan bersahaja, tanpa meninggalkan ajaran Agama kita masing – masing. Berusaha, berdo’a dan mengharap ridho kedua orang tua itulah falsafah hidup si Doel selaku peran utama dalam sinetron ini ditambah semua itu disajikan melalui kejenakaan dan gaya betawi yang terkenal ceplas ceplos kalau ngobrol dan sedikit kampungan sehingga mengundang tawa dan dapat menghibur masyarakat. Hidup yang kelihatan monoton itu ternyata memberi kita banyak manfaat, kita diajarkan untuk tidak silau oleh harta dunia, tidak bersifat hedonisme dan menjalani hari dengan apa adanya, seperti kata pepatah “Hiduplah hanya untuk hari ini” sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya. Meskipun kadang ada beberapa scene yang memperlihatkan kekecewaan ataupun ke stress an yang dialami tokohnya itupun tidak di sikapi dengan berlebihan seperti menangis histeris, membalas dendam ataupun perilaku lain yang menunjukkan kurangnya iman. Mereka lebih berusaha menganalisa penyebab masalah dan mencari solusinya. Satu lagi yang menjadi contoh baik adalah ketika Doel dan Sarah sedang PDKT atau ketika si Doel dan Zainab juga melakukan hal yang sama, gaya berpakaian, gaya berbicara hingga gaya pendekatan yang mereka lakukan seharusnya di tiru dan dicontoh pemuda pemudi kita, mulai dari pakaian yang sopan, bicara yang santun dan hormat kepada masing – masing orang tua calon pasangan ataupun kepada pasangan itu sendiri, hingga agenda ataupun kegiatan yang mereka lakukan selama PDKT semisal belajar dan meneliti menjadi sangat positif bagi keduanya, tidak menjerumuskan dan mengundang perbuatan asusila. Nilai kejujuran dan kesopanan masih dijunjung tinggi dalam sinetron ini. Saya benar – benar menikmati setiap kali menonton sinetron ini, bahkan kami sekeluarga dulu sering sekali menonton bersama.

Pertanyaan terbesarnya sekarang adalah “Kemana Si Doel Anak Betawi?”, yang ane maksud tentu bukan Doelnya tapi lebih ke arah jenis sinetron yang seperti ini. Sedih sekali ane kalau melihat sinetron – sinetron yang sekarang di tayangkan di televisi, benar – benar tidak bermanfaat, tidak bermoral dan tidak mengandung nilai apapun sama sekali. Yang ditonjolkan dan selalu di tonjolkan adalah materi, hedonisme, perilaku yang rusak akibat kebablasan bergaul, kata – kata cacian dan makian, dandanan seksi yang mengundang syahwat dan nafsu, cerita yang itu – itu saja, tidak jelas arahnya bahkan terkesan di buat – buat dan tidak masuk akal merupakan ciri khas sinetron sekarang. Tidak ada kejenakaan apalagi kesederhanaan yang ada adalah pembalasan dendam dan kekerasan. Padahal kalau di pikir – pikir sinetron itu di tonton oleh ratusan bahkan jutaan pasang mata setiap harinya yang secara tidak langsung ikut berkontribusi merusak moral masyarakat terutama muda mudinya. Hampir setiap hari masyarakat kita di cekoki jenis sinetron tidak bermutu tersebut, sehingga lambat laun hilanglah budaya kejujuran dan kesopanan dalam masyarakat kita, bagaimana tidak? media televisi yang seharunya menjadi media pendidik masyarakat melalui apa yang ditayangkan justru kini berbalik menjadi media yang hanya mengejar keuntungan dan rating belaka tanpa memikirkan dan menyaring apa yang mesti di tayangkan. Mudah – mudahan banyak masyarakat yang menganggap sinetron – sinteron tersebut hanyalah hiburan semata dan tidak menjadikannya bagian dari gaya hidup mereka. Dikeluarga kami, saya sangat melarang dengan keras Adik – adik maupun Ibu saya untuk menonton sinetron racun seperti itu, menurut saya itulah bentuk terkecil yang bisa saya lakukan saat ini untuk melakukan penentangan terhadap sinetron – sinteron tersebut. Belum lagi jam tayang yang seperti sengaja di set pada saat umat Islam hendak melakukan ibadah dan anak – anak hendak belajar, kalau orang tua tidak bertindak tegas melarang anak – anaknya untuk tidak menonton sinetron itu bukan tidak mungkin anak mereka akan menjadi generasi yang malas dan bodoh, semua berawal dari keluarga kita sendiri.

Bertolak belakang sekali apa yang ane lihat dahulu dan sekarang, dimana nurani para pemimpin redaksi televisi tersebut? kalau saja bisa ane mendirikan perusahaan film, pastilah akan ane isi dengan sinetron – sinetron semacam Doel atau keluarga cemara, sinetron tersebut bukan tidak laku, bahkan sangat laku pada jamannya, akan tetapi ane lebih merasa ada agenda tersembunyi yang dilakukan suatu pihak secara sistematis untuk merusak moral bangsa melalui sinetron – sinteron racun seperti sekarang, sehingga sinetron – sinetron yang mendidik justru diabaikan dan di tumpas tuntas, kalaupun hendak hadir pastilah di jegal habis – habisan dengan alasan ketinggalan zaman atau tidak akan meningkatkan rating pemirsa. Sungguh ironis sekali media televisi bangsa ini, sinetron – sinetron seperti Doel yang justru menjadi jati diri bangsa, budaya Indonesia asli yang terkenal dengan kejujuran dan keramah tamahannya diganti menjadi Sinetron tidak bermutu yang jelas – jelas mengusung budaya barat yang amoral. Andai saja ada perusahaan televisi yang berani melakukan gebrakan ataupun menjadi pioneer untuk menghidupkan kembali sinetron Doel dan kawan – kawannya saya sungguh sangat bersyukur, perlahan tapi pasti, saya yakin sinetron semacam itu bisa mengalahkan rating sinetron – sinetron racun yang sekarang banyak di tayangkan di televisi swasta. Akhir penulisan saya lampirkan lirik lagu Si Doel Anak Betawi.
LAGU PEMBUKA SINETRON :
“Anak Betawi… ketinggalan jaman, katenye. Anak Betawi… ngga berbudaye, katenye.
Aduh, sialan!!
Ni si Doel, anak Betawi asli
Kerjaannye sembahyang, mengaji Tapi jangan bikin die… sakit ati.
Die beri sekali, HU! orang bise mati….”
Sinetron Si Doel Anak Betawi memang tak bisa lepas begitu saja dari ingatan ane, film yang ditayangkan sewaktu ane masih duduk dibangku SD pada tahun 1995 begitu membekas dalam ingatan ane. Alur cerita dalam sinetron itu begitu sederhana, mengalir alami, tidak dibuat buat, dan bertambah seru dengan adanya banyolan dari para tokohnya masing – masing. Cerita hidup keseharian masyarakat pinggiran pada umumnya dan Betawi khususnya di ceritakan begitu mendetail di sini, mulai dari bangun pagi, buka warung, narik oplet, minta kimpoi, atau cerita khas dari tokohnya masing – masing. Mas Karyo yang sewaktu nganggur, mandi jarang tapi mandiin Badut sama Bejo sering betul, belom lagi kalau burung perkutut kesayangannya tersebut lagi diajak ngobrol selayaknya manusia biasa bener – bener kelihatan edan, belum selesai sampai disitu ada lagi kelakuan Mandra ketika jatuh cinta dengan Munaroh, atau kelakar dan jeplakan almarhum Benyamin Sueb dengan istrinya Mpok Laela, Atun yang meskipun perempuan dan sudah dewasa masih gemar bermain layang – layang dengan anak kecil yang usianya jauh di bawah dia, Si Doel yang begitu bersahaja, dewasa dan penurut kepada orang tua didekati wanita kaya raya bernama Sarah, Sarah yang dalam sinetron tersebut beperan sebagai mahasiswi cantik lagi kaya yang meneliti masyarakat betawi untuk skripsinya hingga jatuh cinta dengan si Doel, enyak nya Zainab yang tidak setuju Ia menikah dengan Si Doel dan lebih memilih Acong yang kaya raya, terakhir pak Tile yang emosian dan seperti “kucing dengan anjing” dengan Mandra, ditambah adegan ketika pak tua yang satu ini minta dilamar ke Mpok Rodiah membuat begitu berwarna sinetron ini.

Apa sebenarnya yang membuat sinetron ini begitu di gandrungi kala itu? padahal awalnya sinetron ini dibuat untuk meluruskan pandangan masyarakat Indonesia yang keliru terhadap masyarakat Betawi, mereka menganggap mayoritas masyarakat Betawi ketinggalan zaman karena berpendidikan rendah dan tidak berbudaya, malas bekerja dan cuma bisa menghabisi warisan orang tua, ternyata di luar dugaan, sinetron ini begitu di sukai oleh seluruh lapisan masyarakat hingga tidak ada yang melakukan penentangan berlebihan bahkan mendukung dan menyetujui pembuatan sinetron tersebut. Menurut saya dalam sinetron ini jelas kita diajarkan untuk hidup sederhana, nrimo, sabar dan bersahaja, tanpa meninggalkan ajaran Agama kita masing – masing. Berusaha, berdo’a dan mengharap ridho kedua orang tua itulah falsafah hidup si Doel selaku peran utama dalam sinetron ini ditambah semua itu disajikan melalui kejenakaan dan gaya betawi yang terkenal ceplas ceplos kalau ngobrol dan sedikit kampungan sehingga mengundang tawa dan dapat menghibur masyarakat. Hidup yang kelihatan monoton itu ternyata memberi kita banyak manfaat, kita diajarkan untuk tidak silau oleh harta dunia, tidak bersifat hedonisme dan menjalani hari dengan apa adanya, seperti kata pepatah “Hiduplah hanya untuk hari ini” sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya. Meskipun kadang ada beberapa scene yang memperlihatkan kekecewaan ataupun ke stress an yang dialami tokohnya itupun tidak di sikapi dengan berlebihan seperti menangis histeris, membalas dendam ataupun perilaku lain yang menunjukkan kurangnya iman. Mereka lebih berusaha menganalisa penyebab masalah dan mencari solusinya. Satu lagi yang menjadi contoh baik adalah ketika Doel dan Sarah sedang PDKT atau ketika si Doel dan Zainab juga melakukan hal yang sama, gaya berpakaian, gaya berbicara hingga gaya pendekatan yang mereka lakukan seharusnya di tiru dan dicontoh pemuda pemudi kita, mulai dari pakaian yang sopan, bicara yang santun dan hormat kepada masing – masing orang tua calon pasangan ataupun kepada pasangan itu sendiri, hingga agenda ataupun kegiatan yang mereka lakukan selama PDKT semisal belajar dan meneliti menjadi sangat positif bagi keduanya, tidak menjerumuskan dan mengundang perbuatan asusila. Nilai kejujuran dan kesopanan masih dijunjung tinggi dalam sinetron ini. Saya benar – benar menikmati setiap kali menonton sinetron ini, bahkan kami sekeluarga dulu sering sekali menonton bersama.

Pertanyaan terbesarnya sekarang adalah “Kemana Si Doel Anak Betawi?”, yang ane maksud tentu bukan Doelnya tapi lebih ke arah jenis sinetron yang seperti ini. Sedih sekali ane kalau melihat sinetron – sinetron yang sekarang di tayangkan di televisi, benar – benar tidak bermanfaat, tidak bermoral dan tidak mengandung nilai apapun sama sekali. Yang ditonjolkan dan selalu di tonjolkan adalah materi, hedonisme, perilaku yang rusak akibat kebablasan bergaul, kata – kata cacian dan makian, dandanan seksi yang mengundang syahwat dan nafsu, cerita yang itu – itu saja, tidak jelas arahnya bahkan terkesan di buat – buat dan tidak masuk akal merupakan ciri khas sinetron sekarang. Tidak ada kejenakaan apalagi kesederhanaan yang ada adalah pembalasan dendam dan kekerasan. Padahal kalau di pikir – pikir sinetron itu di tonton oleh ratusan bahkan jutaan pasang mata setiap harinya yang secara tidak langsung ikut berkontribusi merusak moral masyarakat terutama muda mudinya. Hampir setiap hari masyarakat kita di cekoki jenis sinetron tidak bermutu tersebut, sehingga lambat laun hilanglah budaya kejujuran dan kesopanan dalam masyarakat kita, bagaimana tidak? media televisi yang seharunya menjadi media pendidik masyarakat melalui apa yang ditayangkan justru kini berbalik menjadi media yang hanya mengejar keuntungan dan rating belaka tanpa memikirkan dan menyaring apa yang mesti di tayangkan. Mudah – mudahan banyak masyarakat yang menganggap sinetron – sinteron tersebut hanyalah hiburan semata dan tidak menjadikannya bagian dari gaya hidup mereka. Dikeluarga kami, saya sangat melarang dengan keras Adik – adik maupun Ibu saya untuk menonton sinetron racun seperti itu, menurut saya itulah bentuk terkecil yang bisa saya lakukan saat ini untuk melakukan penentangan terhadap sinetron – sinteron tersebut. Belum lagi jam tayang yang seperti sengaja di set pada saat umat Islam hendak melakukan ibadah dan anak – anak hendak belajar, kalau orang tua tidak bertindak tegas melarang anak – anaknya untuk tidak menonton sinetron itu bukan tidak mungkin anak mereka akan menjadi generasi yang malas dan bodoh, semua berawal dari keluarga kita sendiri.

Bertolak belakang sekali apa yang ane lihat dahulu dan sekarang, dimana nurani para pemimpin redaksi televisi tersebut? kalau saja bisa ane mendirikan perusahaan film, pastilah akan ane isi dengan sinetron – sinetron semacam Doel atau keluarga cemara, sinetron tersebut bukan tidak laku, bahkan sangat laku pada jamannya, akan tetapi ane lebih merasa ada agenda tersembunyi yang dilakukan suatu pihak secara sistematis untuk merusak moral bangsa melalui sinetron – sinteron racun seperti sekarang, sehingga sinetron – sinetron yang mendidik justru diabaikan dan di tumpas tuntas, kalaupun hendak hadir pastilah di jegal habis – habisan dengan alasan ketinggalan zaman atau tidak akan meningkatkan rating pemirsa. Sungguh ironis sekali media televisi bangsa ini, sinetron – sinetron seperti Doel yang justru menjadi jati diri bangsa, budaya Indonesia asli yang terkenal dengan kejujuran dan keramah tamahannya diganti menjadi Sinetron tidak bermutu yang jelas – jelas mengusung budaya barat yang amoral. Andai saja ada perusahaan televisi yang berani melakukan gebrakan ataupun menjadi pioneer untuk menghidupkan kembali sinetron Doel dan kawan – kawannya saya sungguh sangat bersyukur, perlahan tapi pasti, saya yakin sinetron semacam itu bisa mengalahkan rating sinetron – sinetron racun yang sekarang banyak di tayangkan di televisi swasta. Akhir penulisan saya lampirkan lirik lagu Si Doel Anak Betawi.
LAGU PEMBUKA SINETRON :
“Anak Betawi… ketinggalan jaman, katenye. Anak Betawi… ngga berbudaye, katenye.
Aduh, sialan!!
Ni si Doel, anak Betawi asli
Kerjaannye sembahyang, mengaji Tapi jangan bikin die… sakit ati.
Die beri sekali, HU! orang bise mati….”
jika kaskuser pecinta sinetron si Doel beri ane


jika kaskuser pecinta sinetron alay ababil boleh kasih ane

KOMENG LUCU DARI AGAN KASKUSER YG PALING ANE DEMEN NIH :
Quote:
Original Posted By artaura►Sinetron sekarang udah mengarah ke "kriminal gan"..Ga generasi orang tuanya.. ga remajanya.. semua disuguhin sinetron yang ga ada mutunya.. isinya.. dendam.. marah.. licik.. dan yang awalnya ane suka tukang bubur naek haji.. sekarang udah ga suka ane.. itu tukang bubur udah jd bang toyib kayaknye.. ga pulang2.. 

Quote:
Original Posted By mankQ►Kalo nonton sinetron jaman sekarang kan siapa yang baek jadi baeeeeeek bener, yg jahat ampe kayak mak lampir.. 
Semoga makin banyak film bermutu di Indonesia


Semoga makin banyak film bermutu di Indonesia

Diubah oleh ecol7 22-03-2013 10:30
0
11.1K
Kutip
128
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan