- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Turis Mengeluh Bali Macet & Semrawut, Borobudur pun Makin Sepi! Bu Menteri, Gimana??
TS
penggugatmk
Turis Mengeluh Bali Macet & Semrawut, Borobudur pun Makin Sepi! Bu Menteri, Gimana??
Quote:
Pemerintah Provinsi Bali sudah menerima keluhan para wisatawan yang berkunjung ke Pulau Dewata, di antaranya kemacetan lalu lintas, masalah sampah, dan kesemrawutan di Bandara Ngurah Rai. "Kami memang terus berupaya untuk mencarikan jalan keluar keluhan yang disampaikan wisatawan domestik dan asing tersebut," kata Asisten II Setda Provinsi Bali Ketut Wija saat menerima kunjungan Komisi V DPR RI di Denpasar, Jumat (8/3/2013).
Menurut Wija, keluhan kemacetan lalu lintas ialah terutama di kawasan wisata, seperti Sanur, simpang Dewa Ruci, Kuta, dan Nusa Dua. "Mudah-mudahan dengan dibangunnya jalan tol di atas perairan, underpass simpang Dewa Ruci Kuta, dan perluasan Bandara Ngurah Rai itu nantinya dapat mengurai kemacetan lalu lintas tersebut," ucapnya.
Wija mengatakan, ketiga proyek pembangunan tersebut, selain bertujuan mengurai atau mengatasi keluhan wisatawan, yang lebih penting adalah menyongsong kegiatan KTT APEC yang akan diselenggarakan bulan Oktober 2013.
"Ketiga proyek tersebut sudah dipastikan sebelum kegiatan KTT APEC sudah rampung, seperti jalan bawah tanah (underpass) simpang Dewa Ruci akan selesai pertengahan Mei mendatang. Begitu juga jalan tol yang menghubungkan Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua serta proyek perluasan bandara akan rampung pada bulan Juni mendatang," ucapnya.
Penanganan masalah sampah, lanjut Wija, saat ini belum mampu maksimal karena berbagai faktor, antara lain kesadaran masyarakat untuk membuang sampah masih kurang. "Sehingga Dinas Kebersihan dan Pertamanan kewalahan untuk menangani sampah tersebut. Setiap hari sampah tersebut yang diangkut kendaraan DKP mencapai 4.695 meter kubik per hari," katanya.
Sampah tersebut yang paling banyak berasal dari rumah tangga. Hal itu seiring meningkatnya jumlah penduduk Bali, mencapai 4 juta orang. Belum lagi kedatangan wisatawan mencapai enam juta orang per tahun yang tinggal atau yang mendatangi Bali.
"Pulau Bali yang kecil ini harus menampung jutaan warga dan mereka semua menghasilkan sampah. Bila tidak ditangani dengan baik, Bali cepat atau lambat sama seperti daerah lainnya yang bukan daerah pariwisata," katanya.
Masalah kesemrawutan di Bandara Ngurah Rai tersebut hanya bersifat sementara karena masih berlangsungnya pekerjaan renovasi bandara. Namun, hal ini cukup mengganggu kenyamanan dan keamanan wisatawan yang akan masuk ke Bali. "Ini harus dibenahi secara cepat agar kesan Bandara Internasional Ngurah rai yang macet dan kotor bisa segera diatasi," tambah Wija.
Menurut Wija, keluhan kemacetan lalu lintas ialah terutama di kawasan wisata, seperti Sanur, simpang Dewa Ruci, Kuta, dan Nusa Dua. "Mudah-mudahan dengan dibangunnya jalan tol di atas perairan, underpass simpang Dewa Ruci Kuta, dan perluasan Bandara Ngurah Rai itu nantinya dapat mengurai kemacetan lalu lintas tersebut," ucapnya.
Wija mengatakan, ketiga proyek pembangunan tersebut, selain bertujuan mengurai atau mengatasi keluhan wisatawan, yang lebih penting adalah menyongsong kegiatan KTT APEC yang akan diselenggarakan bulan Oktober 2013.
"Ketiga proyek tersebut sudah dipastikan sebelum kegiatan KTT APEC sudah rampung, seperti jalan bawah tanah (underpass) simpang Dewa Ruci akan selesai pertengahan Mei mendatang. Begitu juga jalan tol yang menghubungkan Benoa-Bandara Ngurah Rai-Nusa Dua serta proyek perluasan bandara akan rampung pada bulan Juni mendatang," ucapnya.
Penanganan masalah sampah, lanjut Wija, saat ini belum mampu maksimal karena berbagai faktor, antara lain kesadaran masyarakat untuk membuang sampah masih kurang. "Sehingga Dinas Kebersihan dan Pertamanan kewalahan untuk menangani sampah tersebut. Setiap hari sampah tersebut yang diangkut kendaraan DKP mencapai 4.695 meter kubik per hari," katanya.
Sampah tersebut yang paling banyak berasal dari rumah tangga. Hal itu seiring meningkatnya jumlah penduduk Bali, mencapai 4 juta orang. Belum lagi kedatangan wisatawan mencapai enam juta orang per tahun yang tinggal atau yang mendatangi Bali.
"Pulau Bali yang kecil ini harus menampung jutaan warga dan mereka semua menghasilkan sampah. Bila tidak ditangani dengan baik, Bali cepat atau lambat sama seperti daerah lainnya yang bukan daerah pariwisata," katanya.
Masalah kesemrawutan di Bandara Ngurah Rai tersebut hanya bersifat sementara karena masih berlangsungnya pekerjaan renovasi bandara. Namun, hal ini cukup mengganggu kenyamanan dan keamanan wisatawan yang akan masuk ke Bali. "Ini harus dibenahi secara cepat agar kesan Bandara Internasional Ngurah rai yang macet dan kotor bisa segera diatasi," tambah Wija.
kompas
Quote:
Tarif Masuk Candi Borobudur Naik, Inilah Reaksi Masyarakat
Pelaku industri pariwisata Yogyakarta memprotes keras kenaikan tarif masuk ke kawasan Candi Borobudur yang kini mencapai 20 dolar AS per orang sehingga dikhawatirkan akan menurunkan daya saing pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya.
"Kenaikan tarif ini sudah yang kesekian kalinya, ini berbahaya bagi daya saing pariwisata Yogyakarta," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Chapter DIY, Edwin Ismedi Himna.
Pihaknya mengkhawatirkan kenaikan tarif itu akan menjadi bumerang bagi sektor pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya khususnya dari sisi daya saing.
Imbasnya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta bisa saja tergerus perlahan tapi pasti. "Kenaikan harga ini mestinya dikomunikasikan pada pelaku industri wisata," katanya.
Kenaikan tarif ditetapkan Rp 7.500 per orang sehingga harga yang dibebankan kepada pelaku industri wisata semakin tinggi atau mencapai Rp 142.500 dari sebelumnya Rp 135.000.
Padahal, selama ini biro perjalanan wisata telah menyepakati kontrak kerja sama hingga harga tiket masuk yang diberikan berbeda dengan harga konsumen langsung.
Namun, ia menambahkan, pengelola Candi Borobudur berdalih kenaikan nilai tukar mata uang asing dengan rupiah mendorong pengelola untuk menaikkan tarif masuk Candi Borobudur. "Apa hubungannya kurs dengan candi, kami tidak habis pikir dengan kebijakan ini," katanya.
Pihaknya memantau banyak calon wisatawan yang kini membatalkan perjalanan wisatanya ke Candi Borobudur lantaran harga tiket yang dinilainya terlampau mahal."Harga di agen saja sudah mencapai Rp 142.500 per orang kalau harga untuk wisatawan langsung ditetapkan 20 dolar AS per orang. Banyak yang 'terpental' dalam artian tidak jadi datang ke Borobudur," katanya.
Sebelumnya per 1 Juli 2012, semua tarif tiket masuk di bawah pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC) mengalami kenaikan.
Pada saat itu, tiket masuk Candi Borobudur naik dari 13 dolar AS menjadi 18 dolar AS, Candi Prambanan dari 10 dolar AS menjadi 15 dolar AS, dan Ratu Boko naik dari 10 dolar AS menjadi 13 dolar AS.
Dengan kenaikan lagi di awal tahun ini, tiket masuk Candi Prambanan sudah 20 dolar AS, ini harga yang tidak realistis. "Candi ini adalah milik bangsa Indonesia bukan milik perusahaan meskipun BUMN, sudah sepantasnya setiap kebijakan yang diambil memperhatikan kepentingan rakyat banyak," kata Edwin.
Pelaku industri pariwisata Yogyakarta memprotes keras kenaikan tarif masuk ke kawasan Candi Borobudur yang kini mencapai 20 dolar AS per orang sehingga dikhawatirkan akan menurunkan daya saing pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya.
"Kenaikan tarif ini sudah yang kesekian kalinya, ini berbahaya bagi daya saing pariwisata Yogyakarta," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Chapter DIY, Edwin Ismedi Himna.
Pihaknya mengkhawatirkan kenaikan tarif itu akan menjadi bumerang bagi sektor pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya khususnya dari sisi daya saing.
Imbasnya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta bisa saja tergerus perlahan tapi pasti. "Kenaikan harga ini mestinya dikomunikasikan pada pelaku industri wisata," katanya.
Kenaikan tarif ditetapkan Rp 7.500 per orang sehingga harga yang dibebankan kepada pelaku industri wisata semakin tinggi atau mencapai Rp 142.500 dari sebelumnya Rp 135.000.
Padahal, selama ini biro perjalanan wisata telah menyepakati kontrak kerja sama hingga harga tiket masuk yang diberikan berbeda dengan harga konsumen langsung.
Namun, ia menambahkan, pengelola Candi Borobudur berdalih kenaikan nilai tukar mata uang asing dengan rupiah mendorong pengelola untuk menaikkan tarif masuk Candi Borobudur. "Apa hubungannya kurs dengan candi, kami tidak habis pikir dengan kebijakan ini," katanya.
Pihaknya memantau banyak calon wisatawan yang kini membatalkan perjalanan wisatanya ke Candi Borobudur lantaran harga tiket yang dinilainya terlampau mahal."Harga di agen saja sudah mencapai Rp 142.500 per orang kalau harga untuk wisatawan langsung ditetapkan 20 dolar AS per orang. Banyak yang 'terpental' dalam artian tidak jadi datang ke Borobudur," katanya.
Sebelumnya per 1 Juli 2012, semua tarif tiket masuk di bawah pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC) mengalami kenaikan.
Pada saat itu, tiket masuk Candi Borobudur naik dari 13 dolar AS menjadi 18 dolar AS, Candi Prambanan dari 10 dolar AS menjadi 15 dolar AS, dan Ratu Boko naik dari 10 dolar AS menjadi 13 dolar AS.
Dengan kenaikan lagi di awal tahun ini, tiket masuk Candi Prambanan sudah 20 dolar AS, ini harga yang tidak realistis. "Candi ini adalah milik bangsa Indonesia bukan milik perusahaan meskipun BUMN, sudah sepantasnya setiap kebijakan yang diambil memperhatikan kepentingan rakyat banyak," kata Edwin.
sumber
Perkiraan Walhi, bali bisa hancur 2 tahun lagi
tujuan wisata lain seperti jogja juga bakal bernasib sama, ini kok seperti didiamkan ya? seperti ga ada usaha dari ibu mari elka, menteri pariwisatanya untuk menjaga daerah tujuan wisata
tien212700 memberi reputasi
1
5.4K
Kutip
67
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan