TEMPO.CO, Surakarta - Pemerintah Surakarta bersama PT Kereta Api Indonesia (Persero) hari ini, Minggu, 10 Maret 2013, kembali meresmikan penggunaan kereta uap kuno Jaladara. Sebelumnya, kereta itu sudah diresmikan operasionalnya pada 27 September 2009. Namun berhenti beroperasi sejak empat bulan lalu.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Ignasius Jonan mengakui sebenarnya tidak berminat mengoperasikan kembali Jaladara. »Pengoperasiannya sulit. Dan secara teknis, tidak banyak sumber daya manusia yang memahami kereta uap,” kata dia. Namun, karena desakan pemerintah Surakarta, PT KAI memutuskan kembali menjalankan Jaladara.
Jonan mengatakan, lokomotif dengan nomor seri C1218 adalah buatan Jerman tahun 1896. Selama ini lokomotif itu disimpan di Museum Kereta Api Ambarawa. Sedangkan dua gerbongnya ada di Magelang dan Bandung. Untuk menjalankan kereta, setidaknya butuh 4 meter kubik air dan 5 meter kubik kayu jati. Kereta Jaladara kini bisa dijalankan malam hari karena sudah dilengkapi lampu sorot dan lampu interior.
Jaladara akan menempuh jarak 5,6 kilometer dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Kota dengan jumlah tempat duduk untuk 80 penumpang. Kereta dijalankan dua kali sepekan atau delapan kali sebulan. Dalam uji coba sebelumnya, kecepatan kereta bisa mencapai 20 kilometer per jam.
Wali Kota Surakarta Hadi Rudyatmo mengatakan, Jaladara sudah menjadi ikon pariwisata Solo. Karena itu, dia selalu mendesak PT KAI agar segera mengoperasikannya kembali. »Prosesnya tidak mudah. Kami harus terus merayu,” katanya.
Kereta Jaladara dijalankan dengan sistem paket seharga Rp 3,5 juta per perjalanan. Dia tengah mengupayakan agar masyarakat tidak mampu di Solo dapat naik dengan biaya terjangkau atau bahkan gratis. »Misal bayar, cukup bayar Rp 2.500. Selebihnya biar pemerintah yang menanggung.”
Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, Sri Winarto, mengatakan, Jaladara digunakan untuk melengkapi wisata budaya dan sejarah di Solo. »Kereta kuno ini akan membuktikan ketangguhannya menghadapi terjangan zaman,” katanya. SUMBER
Quote:
Ironis transportasi di negri kita. Kereta kuno koq masih aja mw dipake. Menurut ane sih bagusnya dimusiumkan, biar ada nilai sejarahnya.