anarchyjoshAvatar border
TS
anarchyjosh
Perang di Sabah makin Berdarah




Sabah, Padek—Baku tembak antara aparat keamanan Malaysia dengan ke­lompok bersenjata Kesultanan Sulu yang konon berasal dari Minangkabau, terus makan korban. Dalam pertempuran sengit yang terjadi Sabtu malam lalu (2/3), tujuh orang dilaporkan tewas diterjang peluru. Lima orang tewas adalah polisi Malaysia, sedangkan dua lagi anggota bersenjata yang menyebut dirinya sebagai tentara Kesultanan Sulu.

Kepala Polisi Malaysia Inspektur Jenderal Tan Sri Ismail Omar menga­takan, baku tembak itu terjadi di wilayah Semporna, Negara Bagian Sabah. Daerah itu terletak 300 km dari lokasi bentrokan pertama yang terjadi di Lahad Datu, Sabah, pada Jumat lalu (1/3). Dalam baku tembak di Lahad Datu, 12 orang kelompok Sulu yang semuanya warga negara Filipi­na tewas, sedangkan dari Malaysia dua nyawa polisi melayang.

Ismail mengatakan, baku tembak bermula saat polisi dikirim ke sebuah desa di daerah Semporna setelah mendengar laporan ada kelompok bersenjata Sulu di wilayah tersebut. Saat tiba ke desa itu, polisi Malaysia disambut tembakan. Dor, dor, dor. ”Lima polisi dan dua orang bersenjata Sulu dilaporkan tewas,” kata Ismail seperti dikutip The Star, kemarin.

Menurut Ismail, ada tiga daerah yang menjadi tempat pertempuran antara pasukan Malaysia dengan tentara Sulu di wilayah Sabah. Yaitu Lahad Datu, Sem­porna, dan Kunak.

Kini polisi Malaysia terus memburu orang-orang Sulu bersenjata yang diperki­rakan berjumlah 300-an di wilayah pantai timur Sabah tersebut.

“Kami memburu orang-orang bersenjata yang terlihat mengenakan perlengkapan mili­ter,” tuturnya. Sabtu lalu, lanjut Ismail, pihaknya telah menang­kap tiga orang yang mencoba menerobos blokade keamanan di wilayah Lahad Datu. Namun mereka tak ber­senjata api, hanya membawa pisau.

Kejadian di Sabah kontan membuat rakyatnya resah. Se­jum­lah pejabat lokal melapor­kan penduduk setempat ter­lihat memborong berbagai kebutu­han sehari-hari sebagai perse­diaan bila terjadi perang. Apalagi di wilayah Sabah ba­nyak dihuni imigran Filipina baik yang legal maupun yang ilegal. Karena itu, Ismail me­ngim­bau masyarakat di Sabah tetap tenang, tidak terpancing dengan isu apa pun. “Situasi di ketiga wilayah sudah ter­ken­dali,” tambah Ismail.

Dari Taguig City, Filipina, Sultan Sulu Jamalul Kiram III mengatakan pihaknya telah menangkap empat orang war­ga Malaysia pascabaku tembak di Semporna. Empat orang tawa­nan itu terdiri atas seo­rang per­wi­ra polisi, dua orang tentara, dan seorang pejabat pemerintah lokal. “Kami ins­truksikan kepa­da anggota un­tuk menghormati hak-hak tawanan,” ujar Sultan Kiram seperti dilansir News TV Live.

Presiden Filipina Benigno Aquino sendiri telah menye­rukan kelompok bersenjata Sulu untuk menyerah tanpa syarat secepatnya. “Saya minta mereka yang terlibat di sana segera menyerah tanpa sya­rat,” tutur Aquino dalam per­nyataannya di Manila.

Tapi Abraham Idjirani, juru bicara Sultan Kiram, me­ne­gas­kan tentara Kesultanan Sulu tak akan menyerah dan akan berta­han sampai titik darah pengha­bisan. Menurut dia, saat ini Sultan Kiram berharap Amerika Serikat (AS) melakukan inter­vensi sengketa atas Sabah itu. Sebagai negara yang ikut me­ngon­trol Filipina pada 1900-an, Washington dinilai tahu betul sejarah kepe­milikan Kesul­tanan Sulu atas Sabah. “Malaysia ingin me­nyem­bunyikan kebenaran bah­wa mereka se­be­nar­nya tidak berhak atas Sabah. Itu (Sabah) milik kita,” timpal Abraham. Kedutaan AS di Manila hingga kini belum mem­berikan pernya­taan ten­tang hal itu.



Merujuk catatan sejarah, Sabah yang kini menjadi ba­gian Malaysia merupakan wi­layah Kesultanan Sulu yang disewakan kepada pemerintah kolonial Inggris. Setelah Pe­rang Dunia II, Inggris berniat mengembalikan Sabah ke Ke­sultanan Sulu. Lalu dilakukan pemungutan suara untuk me­nentukan apakah rak­yat Sabah memilih bergabung dengan Malaysia atau kembali ke Ke­sultanan Sulu. Hasilnya, rakyat Sabah memilih berga­bung dengan Malaysia. Sabah sen­diri punya kekayaan alam yang melimpah. Berdasar cata­tan 2011, wilayah Sabah punya cadangan gas alam 11 triliun kaki kubik dan cadangan mi­nyak 1,5 miliar barel.

Aksi penyusupan berlang­sung setelah Kesultanan Sulu merasa dirugikan dengan ke­se­­pa­katan damai antara peme­rintah Filipina dan Front Pem­bebasan Islam Moro (MILF) di Kepulauan Mindanao. Kesepa­katan yang dimediasi Malaysia pada Oktober 2012 itu menye­but Mindanao “termasuk Sulu” sebagai wilayah otonomi dan memberikan sebagian besar wilayah untuk dikelola secara independen.

Kesepakatan tersebut me­nye­babkan Kesultanan Sulu yang terletak di Filipina bagian selatan tidak mendapat lahan lagi dan berniat merebut wila­yah mereka di tempat lain, yaitu Sa­bah.

Itulah sebabnya aksi pen­dudukan orang Sulu ini meru­pakan masalah yang pelik bagi pemerintah Malaysia dan Fili­pina. Tentara Sulu sendiri sudah terbiasa mela­kukan perang gerilya di daerah Fili­pina Selatan yang selama ini menjadi basis pejuang Mo­ro dan kelompok Abu Say­yaf.

Dari dalam negeri, Ke­menlu langsung memberikan perhatian khusus pada konflik yang terjadi di wilayah Sabah. Saat ini ter­catat ada sekitar 10 ribu WNI berdomisili di seki­tar wilayah konflik. Direktur Informasi dan Media Kemlu PLE Priatna atas nama peme­rintah RI meminta perhatian serius dari Malaysia dan Fili­pina agar menjaga kon­flik tidak meluas hingga me­nga­kibatkan korban dari warga negara lain.

Menurut dia, dari 10 ribu WNI di daerah itu mayoritas bekerja di perkebunan kelapa sa­wit. “Mereka pada umum­nya membawa keluarganya ke sana. Tapi sejauh informasi yang kami dapat mereka tidak berada tepat di tempat yang disengketakan,” terangnya kepada JPNN, ke­marin.

Meski begitu, kekha­wa­ti­ran pemerintah tetap ada se­hingga akan dilakukan pe­metaan sean­dainya ada ba­nyak WNI yang berdomisili terlalu dekat dengan daerah konflik. “Lahad Datu (basis pasukan Sulu) posisi per­sisnya di mana akan kita pelajari. Tetapi sejauh ini Malaysia dan Filipina sudah berusaha agar konflik tidak meluas,” sam­bung Priatna.

Priatna memperoleh kabar bahwa sejak konflik bergulir semua aktivitas di sekitar lokasi diliburkan. Kebijakan itu dinilai cu­kup melindungi bagi warga yang tidak terlibat konflik terma­suk WNI di se­kitar daerah ter­sebut.

Asal Minangkabau

Sumber Ensiklopedia me­nyebutkan, pada tahun 1380, seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makdum mem­­per­kenalkan Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau melanjutkan pe­nyebaran Islam di wilayah ini. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.

Sekitar tahun 1450, seo­rang Arab dari Johor yaitu Shari’ful Hashem Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan pengis­la­man di wilayah ini.

Pada tahun 1457, ia mem­proklamirkan berdirinya Ke­sultanan Sulu dan memakai gelar Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashem Abu Bakr. (gen/oki/jpnn)


Sebagai orang Indonesia, Bagaimana pendapat agan2 sekalian ?

Jangan di emoticon-Blue Guy Bata (S) gan thread perdana ane emoticon-Big Grin
0
3.2K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan