MALANG – SMPN 10 Malang sukses menyulap lingkungan sekolah yang gersang menjadi sekolah berwawasan lingkungan. Alhasil, pada Januari lalu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang bekerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Malang menunjuk SMPN 10 untuk mengikuti sekolah Adiwiyata tingkat provinsi
.
Hak itu diungkapkan Wakil Kepala SMPN 10, Drs. Moh. Syafi’i kepada Malang Post kemarin. Menurut Syafi’i, ditunjuk ataupun tidak untuk menjadi sekolah Adiwiyata, pihaknya bersama siswa tetap melaksanakan pendidikan berwawasan lingkungan itu. “Menciptakan sekolah yang penuh dengan sumber daya alam ini memang aktivitas kami sehari-hari,” ujarnya.

Syafi’i dan seluruh keluarga besar sekolah itu memang menyulap sekolah yang dulunya gersang menjadi tempat belajar yang nyaman. Ia mengungkapkan, sebelum tahun 2007 ketika musim kemarau suhu sekolah sangat panas dan gersang sehingga anak-anak tidak betah belajar.

Pria yang memiliki hobi memancing itu menuturkan, dulu halaman sekolahnya terbuat dari plesteran yang dibuat lapangan bola voli dan basket olah siswanya. Sehingga ketika musim panas, debunya yang tebal berhamburan dan menggangu proses pembelajaran.

“Akhirnya tahun 1996 saya mempunyai ide untuk memasukkan aliran air sungai ke area sekolah,” ujarnya.

Namun, ide cemerlang itu tidak menuai tanggapan positif dari kepala sekolah waktu itu, Drs. Mukhlis Ridwan. Padahal menurut syafi’i, satu-satunya cara untuk mengatasi kegersangan tersebut adalah masuknya air ke area sekolah. Ide itu terus diutarakan hingga tahun 2007 di bawah pimpinan kepala sekolah Supandi, M. Pd gagasan itu bisa terealisasi.

Ia melanjutkan, sejak itu dibuatlah penggalian saluran air dari sungai kali Anyar yang berada di sebelah timur berjarak 300 meter dari sekolah. “Air sungai itu kita salurkan ke tandon besar yang kita buat di sebelah utara timur sekolah, lau kita salurkan ke seluruh area sekolah,” paparnya.

Dengan menggunakan Water Treatment, yaitu alat untuk menjernihkan air, pihak sekolah mengubah air sungai itu menjadi air layak pakai yang kemudian disalurkan ke seluruh area sekolah.

Seperti digunakan untuk air wudhu’ dan juga disalurkan ke kamar mandi yang ada.

“Dari air yang masuk itu kita kembangkan dengan menciptakan taman-taman, gazebo dan keanekaragaman hayati. Nah di tengah halaman itu kita buat gazebo utama yang berada di atas air dan dikelilingi air, kita juga melengkapinya dengan air hujan buatan,” tuturnya.

Suami dari Dra. Ida Nursanti itu mengungkapkan, idenya untuk memasukkan air ke area sekolah tidak sia-sia. Sebab, selain menurunkan suhu di lingkungan sekolah yang sangat panas dan menciptakan taman bermain, air juga bisa menjadi sarana pendidikan bagi siswa.

“Dengan begitu ini menjadi suatu bukti bahwa kita bisa memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar menjadi sesuatu yang sangat berguna,” kata Syafi’i.

Selain itu, keberadaan air sungai yang sudah dijernihkan itu juga membantu mengurangi biaya pembelian air PDAM.

Tidak hanya itu, sekolah seluas 22.700 meter atau sekitar 2 hektar lebih itu memiliki sekitar 100 pohon dewasa, 13 sumur resapan serta 20 lubang resapan. “Kita juga punya lima unit instalasi pengelolaan limbah atau IPL. Jadi, limbah air itu kita olah lewat IPL, baru setelah itu kita masukkan ke tanah, biar tanahnya tetap subur,” imbuhnya.

(Sumber : http://www.malang-post.com/edupolita...san-lingkungan)