Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Dimas.LegendAvatar border
TS
Dimas.Legend
Pocong Gentayangan
Ane mau share cerita mistis gan , semoga agan2 terhibur

Ini cerita nyata yang terjadi di kampung saudaraku. Cerita ini diceritakan oleh saudaraku. Yang mengalaminya adalah tetangga saudaraku. Kejadiannya udah lama banget, kira-kira sepuluh tahun yang lalu.

Kira-kira beginilah kisahnya…..

Di kampung tersebut hiduplah seorang pria bernama K, yang bisa dibilang seorang preman. Hobinya mabuk-mabukan, judi, joget (di hiburan orkes dangdut).

Suatu hari ia meninggal karena kecelakaan. Jasadnya diantarkan dengan ambulan ke kampungnya itu. Otomatis warga geger atas berita tersebut. Jasad tersebut langsung dimandikan (walau agak susah memandikannya karena separuh wajahnya bisa dibilang hancur), dikafani, disholatkan, lalu dikuburkan. Setelah jasad tersebut dikuburkan, turun hujan sangat deras. Semua warga berlindungi di rumahnya dari hujan deras tersebut ditambah terpaan angin kencang dan petir yang menggelegar, hingga terputuslah listrik di kampung itu.

Saat malam tiba hujan sudah tidak terlalu deras. Namun listrik masih belum menyala membuat suasana kampung gelap gulita. Biasanya setiap ada yang meninggal, suasana di kampung tersebut pada malam harinya selalu mencekam. Setiap warga tidak ada yang berani keluar rumah. Bahkan di hari-hari biasa saja jarang ada warga yang berani di luar rumah malam-malam, karena kampung tersebut memang terkenal angker. Apalagi malam ini setelah ada yang meninggal ditambah gemericik suara hujan dan keadaannya yang gelap gulita membuat suasana seratus kali lebih mencekam dan menakutkan. Tidak ada yang berani sekedar melongokkan kepala ke arah luar atau memandang ke arah luar rumah.

Saat itu jam 8 malam Mimin (nama samaran) belum tidur, ia sedang menunggu kepulangan suaminya. Sejak kemarin suaminya harus kerja lembur dan sampai rumah biasanya jam 9 malam. Adik mimin, yang numpang tinggal dengan kakaknya itu, sudah terlelap di kamarnya. Sebetulnya Mimin ingin sekali membaringkan tubuhnya dan tidur apalagi dalam keadaan sepi dan mencekam tersebut. Tapi sebagai istri yang baik ia harus menunggu kepulangan suaminya itu. Apalagi jika ia tidur, sulit untuk bangun (kebluk kalau kata bahasa sunda nya mah). Walhasil ia akan menunggu suaminya dengan mata terbuka.

Sebenarnya saat itu ia takut, apalagi suara guyuran hujan yang bergemiricik sangat jelas terdengar di keadaan yang sepi itu. Tapi ia mencoba memberanikan diri demi suami tercintanya. Ia mulai menyibukkan diri dengan membaca walau dalam penerangan yang remang-remang. Selama beberapa saat ia mulai terserap oleh buku yang sedang dibacanya itu, sampai lupa dengan ketakutannya. Sedang asyik-asyiknya membaca, tiba-tiba terdengar bunyi ketukan pintu ‘tok tok tok’.

“Oh si Aa tos uih (Oh, Aa sudah pulang),” gumamnya senang. Panggilan orang sunda ke suaminya biasanya Aa atau akang.

Mimin lalu membawa lilin dan beranjak untuk membuka pintu. Ia mulai membuka kunci pintu dan memutar gagangnya. Alangkah terkejutnya ia ketika tak ada siapapun di depan pintunya. Ia mulai melongokkan kepalanya dan menoleh ke kanan dan kiri, tapi tidak ada siapa-siapa.

“Aa…” ia memanggil suaminya, mungkin saja suaminya jahil, bersembunyi saat dibukakan pintu ingin menakut-nakuti istrinya.

Tapi tak ada yang menyahut. Ia jadi memiliki perasaan yang tidak enak, tiba-tiba saja ia merinding. Cepat-cepat ia menutup pintu dan menguncinya kembali. Lalu ia berbalik dan alangkah terkejutnya ketika melihat di hadapannya terdapat sesosok Pocong yang sangat menyeramkan. Ia gemetaran hebat dengan sebelah tangannya masih membawa lilin. Ia menyesal sekali membawanya, karena lilin itu ia bisa melihat jelas wajah si Pocong tersebut. Dan dari penerangan cahaya lilin membuatnya semakin amat sangat menyeramkan.

Separuh wajah Pocong itu hancur berdarah-darah, satu lubang hidungnya masih disumbat kapas dan matanya (yang tidak hancur) melotot ke arahnya. Mimin kelu tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin sekali ia berlari ke kamar adiknya dan bersembunyi di balik selimut tapi kakinya mati rasa. Ia ingin berteriak sekedar membangunkan adiknya atau bahkan orang-orang sekampung agar ia tak sendirian, namun lidahnya pun kelu. Seluruh tubuhnya mati rasa tidak bisa digerakkan melihat makhluk jadi-jadian yang sangat menyeramkan itu masih melotot ke arahnya. Bahkan ia tak dapat memejamkan matanya. Walhasil ia berdiri bertatap-tatapan dengan Mr Pocong.

Mimin mencoba membaca ayat kursi di hatinya, namun otaknya tidak bisa bekerja sama. Hafalan ayat kursinya seakan-akan terhapus dari ingatannya. Berkali-kali ia mencoba mengingatnya namun sangat sulit. Akhirnya setelah beberapa saat ia mulai bisa menggerakkan bibirnya. Ia ingin berteriak kencang namun yang terdengar hanya suara lirihnya. Akhirnya ia mulai mencoba membaca ayat kursi lagi dengan suara lirihnya yang makin lama makin keras dengan suara gemetaran. Untunglah sekarang ia mulai ingat namun bacaan tersebut tidak selesai-selesai. Berkali-kali ia membaca tapi terus kembali lagi ke awal, begitu seterusnya. Dan sampai saat itu pula Mr Pocong masih berdiri melotot ke arahnya, tidak menghilang.

Mimin ingin menangis, kenapa Mr Pocong ini tidak menghilang juga. Ia tidak tahu sudah berapa menit ia berhadapan dengan makhluk itu, namun ia merasa telah berjam-jam berdiri menatap Pocong itu. Ia terus mencoba membaca ayat kursi, namun tetap masih berputar-putar kembali lagi ke awal. Akhirnya setelah berkali-kali gagal, ia berhasil juga menyelesaikan bacaan ayat kursinya sampai tuntas. Dan bersamaan dengan itu pula sang Pocong pun menghilang. Dengan mengucap Alhamdulillah Mimin pun langsung terduduk lemas sambil tetap menatap tempat Pocong tersebut menghilang tadi.

Setelah menenangkan diri dan kuat untuk berdiri, Mimin mulai menghambur ke kamar adiknya yang lokasinya dekat ruang tamu. Ternyata adiknya masih terjaga, dengan heran adiknya menatap kakaknya yang pucat pasi.

“Teh kunaon? Terus baca ayat kursi ko muter-muter balik deui balik deui, kos nu keder. Teteh teh keur ngapalkeun ayat kursi?”
(Ka kenapa? Kenapa baca ayat kursinya muter-muter balik lagi balik lagi. Kayak yang bingung. Kaka lagi ngafal ayat kursi?)

Sontak Mimin terkejut kalau adiknya ternyata telah terbangun sejak tadi, Mimin pun geram. “Neng, maneh teh tos hudang titadi? Naha teu kaluar atuh!”(Dek, kamu sudah bangun dari tadi? Kenapa gak keluar!)

“Emang kunaon teh?” adiknya bertanya masih bingung.
(Memangnya kenapa ka?)

Tapi Mimin diam saja, tidak berani cerita. Ia baru menceritakan kisah menakutkan itu keesokan harinya ke adik dan suaminya. Lalu cerita tersebut menyebar dari mulut ke mulut. Warga kampung pun geger, banyak yang percaya Pocong itu adalah arwah K yang gentayangan tidak diterima bumi
karena semasa hidupnya hanya berbuat maksiat. Menurut ustadz setempat Mr Pocong mungkin Qarinnya si K itu, yang tahu seluk beluk kehidupan si K semasa hidup. Wallahualam.

Yang jelas sebagai seorang hamba Allah kita harus senantiasa berbuat baik. Melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Maaf ya jika ada salah-salah kata. Maaf jika membosankan. Maaf juga jika banyak kalimat yang kacau dan membingungkan. *banyak maafnya* hehehe maklum gan ane newbie emoticon-Big Grin

Kalo berkenaan ane minta :5rate atau engga emoticon-Blue Guy Cendol (L) ckck
0
5.6K
35
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan