Assalamu'alaikum wr.Wb.

Langsung saja.
Pertama
Pada saat itu orang tua saya sedang terkena jampi-jampi, lebih akrabnya di panggil guna guna, tidak cuma orang tua saya yang terkena guna-gunanya saya dan kakak cewek sayapun terkena dari guna-guna tadi. Disuruh apapun orang tua saya mau, mengeluarkan uang, menjual ternak kerbau, menggadaikan tanah, dan hampir hampir menggadaikan rumah kami.
Sampai pada akhirnya orang tua saya pinjam dan menggadaikan tanah, yang menurut aku sangat berarti untuk menambah penghasilan biaya hidup.
Kami disuruh mengusahakan uang sebesar 30an juta. Terus ayahku pergi mencarinya, pinjamanpun didapat dan sebagai jaminannya adalah tanah harga 100an juta, dengan surat yang di dalamnya berisi bahwa tanggal sekian uang harus dikembalikan dan dengan tambahan uang sesuai ketentuan. Sampai keluarga kami sadar akan guna-guna tersebut, itu terjadi karena bibi saya pergi mencari bantuan ke kyai kyai, kyai tadi bilang bahwa ada sebuah barang yang di pendam secara ghaib di sebuah sudut rumah kami. Benar bahwa bibi saya mendapati ada benda yang di kubur di sudut yang dislimuti kain mori sudah lusuh yang isinya ada paku, pecahan kaca, dan benda keramat.
Dan sampai tanggal yang ditentukan kami tidak bisa membayar hutang yang 30an juta tadi. Lalu orang yang yang kami pinjam uangnya sebut saja si A, dan tidak tahunya hutang kami dilunasi oleh pak Kades, namun Pak Kades tersebut tidak bermaksud menolong tapi malah dia bermaksud membeli tanah yang kami punya, Apakah itu pantas? Padahal itu tanah masih tersangkut sengketa hutang.
Bersambung...