Kaskus

Entertainment

aif22Avatar border
TS
aif22
Duhh.. Capek nya jadi Istri..
Duhh.. Capek nya jadi Istri..
Ane minta maaf emoticon-Repost
ane minta emoticon-Blue Guy Cendol (L) gan

silahkan nyimak
Duhh.. Capek nya jadi Istri..
Jangan sepelekan pekerjaan seorang istri. Karena para Wanita yang telah menikah dan menjadi ibu, disibukkan dengan berbagai macam hal urusan rumah tangga. Mereka bisa menjadi, dokter, koki, atau manager bagi suami dan anaknya. Mereka memasak, merawat dan mengurusi segala hal di dalam rumah tangga. Belum lagi jika Wanita tersebut juga bekerja, tidak terbayang bagaimana rasa lelah yang Ia tahan demi mengurus dan membahagiakan suami dan anaknya.
Duhh.. Capek nya jadi Istri..

Duhh.. Capek nya jadi Istri..

Duhh.. Capek nya jadi Istri..
Namun terkadang ada beberapa Wanita yang merasa lelah menjalani aktivitas sebagai istri. Kedengarannya aneh memang, tapi hal itu bisa saja terjadi.
Duhh.. Capek nya jadi Istri..

Banyak rumah tangga yang menganut pola, suami adalah kepala keluarga dan pencari nafkah di luar rumah. Sementara, tugas istri adalah mengelola rumah tangga. Walau begitu bukan berarti Anda para suami dapat seenaknya minta dilayani secara berlebihan. Tentu Agan bisa kan mengambil handuk sendiri saat ingin mandi? Atau menuangkan nasi ke piring ketika makan? Ada dua hal yang menyebabkan pola rumah tangga yang demikian terbentuk:

1. Budaya
Menurut A. Kasandra Psi., latar belakang budayalah yang membentuk cara pandang seperti itu. Apalagi pada budaya tertentu di Indonesia, persepsi kalau Pria harus dilayani sudah mengakar dan mendarah daging.

Karena itulah, mengapa Wanita diberikan title sebagai ‘pengelola rumah tangga’. Walaupun suami istri tersebut sama-sama bekerja di luar rumah, tetap sang istri harus menjadi ‘pelayan’ sepulangnya dari bekerja. Dikarekan pola budaya tersebut, jeleknya, ketika istri ingin sedikit beristirahat, Ia akan dipersepsikan sebagai istri yang ‘kurang mengurus suami’ atau ‘tidak sadar akan kodratnya’. Terdengar ga adil kan gan?

2. Pola asuh
Yup, pola asuh juga memiliki peranan dalam membentuk pribadi yang manja. Pria yang datang dari keluarga yang serba dilayani, misalnya, akan menuntut hal yang sama dari istrinya. Jika dahulu Dia manja pada ibunyya, kini Dia manja pada istrinya. Dia pun merasa punya hak untuk dilayani, bahkan untuk hal-hal sepele sekalipun.

Jadi apa tolak ukur kalau permintaan pasangan dianggap sudah berlebihan? Misalnya, seorang istri baru saja pulang kerja, dan dari dini hari sudah mengurus anak ke sekolah plus mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Akan tetapi si suami menuntutnya untuk melayani dengan persiapan tertentu, seperti mengenakan pakaian seksi, memijat, dan seterusnya. Tentu saja hal ini menjadi berlebihan. Tidakkah Agan memikirkan bagaimana kondisi dan perasaan istri jika Agan menuntut sederet permintaan, ketika Ia membutuhkan istirahat? Istri Agan adalah seorang manusia yang bisa jatuh sakit. Jika Ia sakit, mungkin Agan akan kelimpungan mengelola rumah tangga.

Berikut cara mengatasi permasalah ini:

Lihat situasi dan kondisi sebelum meminta
Sebagai seorang suami, Agan dituntut sensitif melihat kondisi pasangan Agan, pikirkanlah dan lihat situasi serta kondisi sebelum menuntut sesuatu, apakah Ia sedang lelah, sakit, atau mungkin sedang bad mood. Jika seorang istri merasa terpaksa melayani, Ia pun akan merasa perasaannya diabaikan, dan merasa diperbudak oleh pernikahan yang dijalaninya bersama Agan. Malah akan menjadi semakin runyam jika hal itu terjadi.

Berani mengungkapkan ketidaknyamanan
Untuk Agan para istri, dituntut untuk berani mengungkapkan ketidaksetujuan atas perilaku suami jika Agan mulai merasa tidak nyaman. Jangan dengan marah-marah, tapi ungkapkanlah dengan bijak dan tidak negative thingking.

Take anda give
Tidak mungkin kan kalau Agan menjadi seseorang yang terus meminta? Agan pun harus bisa memberi. Kasandara mengatakan, “Untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, suami istri memang selaknya bersikap saling melayani. Jadi, adakalanya salah satu pihak mesti dilayani dan adakalanya justru melayani. Bukan hanya istri saja yang dituntut untuk melayani, suami juga.”

“Tidak ada patokam yang baku mengenai siapa yang ‘take’ dan siapa yang ‘give’. Masalahnya kembali kepada soal bisa atau mau.” Ujar Kasandara menambahkan.

Sebaiknya, Agan dan pasangan sebagai suami istri memperlajari kapasitas diri masing-masing dan berupaya semaksimal mungkin untuk saling take and give.

So, para suami, perhatikan juga kebutuhan istri Agan ya? Semoga menjadi keluarga yang sejahtera dan bahagia emoticon-Peluk

Terimakasih sudah mampir gann
emoticon-Shakehand2
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
5.8K
6
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan