- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[MIRIS] Listrik Tak Pernah Sampai Santren
TS
darkONE.
[MIRIS] Listrik Tak Pernah Sampai Santren
Spoiler for Desa Santren:
Quote:
Quote:
Ane numpang share dimari nasib-nasib saudara kita di daerah madiun tepatnya Desa Santren yg tidak tersentuh listrik PLN, Dimohon di baca secara perlahan agar kita mengerti gimana penderitaan saudara-saudara kita. Langsung deh gan, miris ane bacanya
Quote:
Tiang bambu yang menopang kabel listrik dari meteran resmi PLN dan menara SUTET di sepanjang jalan menuju Dukuh Santren. Di kejauhan Dukuh Santren. Foto: Rusdi Mathari
Quote:
Berpuluh tahun, warga Dukuh Santren di Madiun tak mendapat listrik dari PLN. Kini, saluran listrik yang disambung dari meteran resmi PLN di pinggir jalan, diancam diputus oleh PLN. Dukuh Santren, namanya. Letaknya persis di belakang kantor Desa Tiron, Madiun, Jawa Timur. Dari Stasiun Kereta Api Madiun di pusat kota, dukuh itu berjarak kurang-lebih 6 kilometer, dan sekitar 700 meter dari tepi jalan raya Surabaya-Madiun ke arah timur. Hampir 24 jam di jalan raya itu berlalu-lalang aneka kendaraan, bus antarkota dan antarpropinsi. Jalan raya yang seolah tidak pernah lindap, dan bila malam penuh cahaya dari lampu kendaraan dan penerangan jalan. Begitu pula rumah-rumah di Dusun Tiron di sebelah barat jalan raya itu penuh dengan lampu yang menyala. Sebuah pemandangan yang berbanding terbalik dengan keadaan di Santren yang redup, mungkin gelap karena keterbatasan listrik.
Quote:
Mendatangi Santren memang seperti memasuki dunia yang senyap, bila tahu faktanya, letak dukuh itu tidak jauhdari pusat kota Madiun. Jumlah warganya hanya 36 orang, termasuk 7 anak-anak dan 2 balita. Mereka tersebar dan tinggal di sembilan rumah, dinaungi oleh 11 kepala keluarga. Sebagian besar warganya hidup dari bertani, yang menghabiskan hampir seluruh harinya di sawah dan beternak.
Quote:
Di kiri-kanan jalan berbatu selebar 2 meter yang menghubungkan jalan raya Surabaya-Madiun dengan dukuh, yang tampak hanyalah hamparan sawah yang luas. Santren adalah salah satu sentra penghasil padi terbesar di Madiun. Sawah-sawah itu mengelilingi areal dukuh yang dipagari ratusan tanaman bambu. Seperti sebuah pulau di tengah lautan. Ada sebatang kali di mulut dukuh, yang airnya terlihat gelap dan kelabu. Limbah dari PG Redjo Agoeng selalu mengalir di kali itu.
Quote:
Agak ke tengah sawah terlihat puluhan menara listrik Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi atau SUTET yang mengalirkan listrik 500 kilo Volt. Menara milik PLN itu julang-menjulang seakan hendak meninju langit. Tampak angkuh terutama bila mengingat warga Santren tidak pernah menikmati aliran listrik PLN secara resmi kendati warga Santren rutin membayar setiap bulan tagihan resmi dari PLN.
Quote:
Disebut tidak resmi, karena PLN tak maumenarik kabel sejauh kurang-lebih 700 meter dari tepi jalan raya Surabaya-Madiun itu ke rumah-rumah penduduk Santren; dan hanya bersedia memasang instalasi meteran di ujung jalan bernama Jalan K Tabri, gerbang masuk ke Dukuh Santren. Meteran listrik PLN itu dipasang di seberang pagar tembok SDN 03 Tiron, yang bersebelahan dengan kantor Desa Tiron. Ada dua instalasi meteran PLN yang dipasang di sana dengan daya masing-masing 450 dan 1.300 Volt Ampere atau Watt. Satu meteran digunakan mengalirkan listrik untuk tiga rumah, satu meteran lain untuk dua rumah. Empat rumah lainnya, mendapat aliran listrik dari rumah tetangga mereka di Dusun Nglegok, sekitar 600 meter di sebalah utara Santren.
Quote:
Listrik dari meteran yang dipasang resmi oleh PLN itu, oleh warga disambungkan dengan kabel hingga ke rumah-rumah mereka. Kabel itu disanggah oleh 97 batang bambu yang berderet di tepi jalan kecil, berdampingan dengan menara SUTET.Warga Santren mengusahakan itu semua: Berlangganan listrik PLN dan menarik kabel dari meteran yang dipasang sejauh lebih 700 meter dari rumah mereka sejak tahun 1990. Semula hanya tiga rumah, lalu dua rumah ikut berlangganan ke PLN setahun kemudian, dan empat rumah lainnya menyusul tahun 1994.
Quote:
Karena keterbatasan itu, listrik bagi warga Santren adalah barang istimewa. Mereka menggunakannya hanya pada waktu malam, dan seperlunya: Untuk menyalakan lampu, dan kadang-kadang menghidupkan televisi. Di siang hari, mereka nyaris tidak pernah menggunakan listrik sama sekali. “Tagihan listrik kami hanya Rp 165 ribu sebulan,” kata Atmo Sumbrok, perempuan paruh bayah pemilik satu-satunya warung kopi di Santren.Tagihan sebesar itu ditanggung oleh tiga keluarga yang mendapat pasokan listrik dari satu meteran di ujung jalan, di seberang SDN 03 Tiron itu. “Desa kami seperti desa tertinggal. Seperti berada di tengah hutan. Tidak diperhatikan sama sekali. Dusun Nglegok sebelah dukuh kami dibangunkan selokan, di sini tidak,” kata Sumbrok. Karena semua keterbatasan itu, setiap anak muda yang menikah misalnya, dipastikan pindah ke luar Santren. Mereka tidak betah tinggal di Santren karena keterbasan listrik.
Ya ampun ampe segitunya kah, kita di ibukota tercinta ini menikmati listrik tanpa ada nya rasa bersalah, sedangkan di kejauhan ada nasib saudara kita yang memperjuangkan daerahnya agar tersentuh listrik agar nasib mereka lebih baik
sebenernya ceritanya masih panjang, takut pada cape bacanya jadi ane ambil intinya aja :
Quote:
Quote:
Danang (warga desa) juga sudah berkali-kali menyurati dan mendatangi kantor PLN Kota Madiun. Sekian kali mendatangi kantor PLN Jawa Timur di Surabaya. Akan tetapi jawaban yang diberikan oleh para pejabat PLN di Madiun dan Surabaya nyaris seragam. Kecuali hanya janji akan diperhatikan, mereka menjawab bahwa PLN bisa memasang sambungan listrik ke Santren bila jumlah dayanya memenuhi ketentuan minimal yang harus tersambung yakni 35.200 Watt itu.
Quote:
Salah satu surat Danang kepada PLN adalah surat yang dikirimkan 8 Januari 2012 untuk permohonan pemasangan baru kepada kepala UPJ Kota Madiun. Surat itu tak pernah mendapat tanggapan bahkan hingga tiga bulan setelah dikirimkan. Ketika Danang kembali mengirimkan surat 20 Maret 2012 untuk menanyakan nasib surat yang dikirimkan sebelumnya, barulah dijawab oleh Edy Budiarso, Manajer UPJ Kota Madiun dua hari kemudian.
Quote:
Isi jawaban Edy menjelaskan bahwa PLN hanya bisa memasang sambungan baru dengan memperhatikan kajian kelayakan operasidan finansial. Edy karena itu menyarankan Danang agar mengusulkan Dukuh Santren dimasukkan dalam program listrik desa ke PLN Jawa Timur. Danang tertarik.
Quote:
Dia mengirimkan email kepada Hoedy Pramono Mudjiardjo, Manajer Bidang Perencanaan PLN Distribusi Jawa Timur. Selain mengkonfirmasi jawaban Edy, Danang bertanya tentang kemungkinan listrik masuk desa untuk Santren.
Quote:
Dalam balasan emailnya ke Danang, Hoedy menegaskan jawaban kepala UPJ Kota Madiun kepada Danang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku di PLN Jawa Timur. Antara lain penambahan jaringan baru yang menggunakan anggaran PLN harus memperhatikan aspek keuangan dan operasional. Jika semua ketentuan PLN itu tidak dipenuhi, PLN tidak bisa memasang sambungan baru.
Lagi-lagi faktor keuntungan , gue bingung pejabat di daerah sono kerjanya ngapain, gk liat apa warganya masih ada yg kekurangan, sedikit cerita gan, wartawan yg ngeliput kesana yg juga menulis berita ini mengutarakan keadaan desa santren yang sungguh memprihatinkan, desa mereka benar-benar gelap gulita tanpa penerangan lampu listrik, padahal desa mereka tidak jauh dari pusat kota, ya ampun akankah wajah indonesia terus diisi tentang berita-berita ketidak adilan yang diterima rakyat kecil seolah-olah para peguasa(yg mengatas namakan rakyat) tutup mata. TS mendoakan agar desa mereka setidaknya dapat tersentuh listrik entah oleh PLN atau swadaya masyarakatnya
Quote:
Ane bener-bener sekedar share jadi di mohon bantuannya untuk biar kaskuser pada baca, dan tau kondisi saudara-saudara kita disana.
Quote:
Tapi TS mohon jgn di semoga tuhan merahmati bangsa kita semua, amin
0
2.2K
Kutip
18
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan