’’Jangan Terlalu Tegang, Tangannya Santai Saja...’’ [+PIC]
TS
girl.in.rain
’’Jangan Terlalu Tegang, Tangannya Santai Saja...’’ [+PIC]
’’Jangan Terlalu Tegang, Tangannya Santai Saja...’’
Quote:
Dilarang ngintip doank, wajib komen
Quote:
SEBANYAK 16 ibu-ibu dari RW 3, Desa Sriwulan tampak serius menorehkan canting di atas selembar kain. Mereka tampak serius hingga mengernyitkan dahi.
Bahkan, beberapa di antara mereka terlihat tegang, ketika tangan mereka memegang canting yang telah siap dengan malam. Ya, mereka berlatih membuat batik ala pesisiran dengan gambar ikan.
’’Ibu-ibu, kalau membatik ndak usah terlalu tegang. Tangannya santai saja,’’ kata Joko Sunarto, seniman batik saat membimbing ibu-ibu RW 3 di teras sebuah rumah ibadah di Perumahan Pondok Raden Patah Blok B1 No 2-3, Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Kamis (31/1) siang.
Dibantu istrinya, Wiwik Widiarsih, dia dengan telaten dan sabar memberikan arahan kepada perserta pelatihan membantik yang digelar setiap Kamis, pukul 13.00 sampai 15.00 itu.
’’Garis-garisnya harus jelas. Jangan ketebalan atau ketipisan. Jadi, kalau pakai malam jangan terlalu panas, yang sedang-sedang saja,’’ kata ayah dari Noel dan Berta itu.
’’Kalau jemblok-jemblok begini boleh ndak Pak Joko,’’ tanya Ny Bowo, peserta. ’’Ndak apa-apa, nanti dibenerin,’’ jawab warga Perumahan Pondok Raden Patah Blok C1 No 17, Desa Sriwulan, Sayung, Demak, yang kini bekerja di bagian perwajahan Harian Suara Merdeka itu.
Kegiatan itu merupakan sumbangsihnya kepada warga di lingkungannya. Peraih seabrek prestasi dalam kejuaraan membatik tingkat Jateng hingga nasional itu, sengaja membuka pelatihan membatik secara gratis.
Pesertanya, para ibu PKK di seluruh RW di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. ’’Latihannya digilir, yang dikoordinir oleh RW masing-masing,’’ katanya.
Dia berobsesi, muncul perajin batik di desanya. Tak hanya mengikuti pameran-pameran, tetapi sentra batik Sriwulan itu akan merambah sebagai produsen batik secara profit.
’’Saya ingin, semua warga di sini (Sriwulan) menjadi sentra batik dan layak jual. Batik yang dikembangkan bercorak pesisiran dengan ciri-ciri warna yang ngejreng.’’
Dalam latihan ini, dia menyediakan kain standar primisima. Kain yang masih putih, mulanya digambar. Setelah itu dicanting dan dilanjutkan dengan pewarnaan.
Tahapan berikutnya, kain yang diwarnai dikunci menggunakan watter glass agar tidak luntur. Terakhir, batik dilorot atau dihilangkan malamnya. ’’Saya mempersilakan semua warga di desa belajar batik di sini (di rumahnya). Kami sediakan latihan gratis,’’ kata peraih juara 1 batik semarangan, juara 2 nasional batik jamu di IPB Bogor, juara 1 batik dalam paper dress competition tingkat Jateng, juara 1 batik klaten dan juara 2 kartu batik alfamart di Jakarta itu. (Hari Santoso-64)