- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Sungai Wain - Hidden Treasure of Balikpapan


TS
kiboards
Sungai Wain - Hidden Treasure of Balikpapan
The Hidden Treasure
Berikut ini kisah perjalanan singkat Irwantorodan Yoyok Setiyono untuk Discover Balikpapan
Sisi Lain Teluk Balikpapan
Ketenangan Alam Somber
Menuju DAS Sei Wain
Menyaksikan Bekantan di Teluk Balikpapan
Waduk Sungai Wain, Penyangga Kehidupan
Sumber tulisan
Quote:
Quote:
Primatologis dari Departemen Zoologi, Universitas South Bohemia Republik Chechnya, Stanislav Lotha, menyitir besarnya potensi keanekaragaman hayati di Teluk Balikpapan. Habitat satwa langka seperti Bekantan, Pesut Mahakam, Orangutan, dan berbagai jenis burung menjadikan kawasan ini sebagai rumah. Muara Hutan Lindung Sungai Wain ini juga menyimpan harta karun yang besar bagi kehidupan primata terbesar penghuni Balikpapan: manusia.
Berikut ini kisah perjalanan singkat Irwantorodan Yoyok Setiyono untuk Discover Balikpapan
Quote:
Janji berangkat pukul 7 pagi dengan kapal bermesin Domfeng dari Mangrove Center, Kelurahan Graha Indah Balikpapan Utara, kandas. Hujan deras mengguyur awal bulan Desember itu, nyaris menggagalkan misi yang dirancang sebulan sebelumnya.
Quote:
Quote:
Dua motoris, Herman dan Aslam yang telah siap sejak pagi, baru menyalakan mesin 24 PK, sekitar pukul 9. “Kalau lebih pagi, kita bisa melihat pesut,” kata Herman. Pria ini sudah bertahun-tahun menjadi pemandu bagi peneliti, turis dan komunitas pencinta alam menjelajah hutan mangrove dan Teluk Balikpapan.
Buaya Supit (tomistoma scheillius), Buaya Muara (crocodylus porosus), atau Buaya Air Tawar (crocodylus siamlisus) memang hidup di kawasan ini. Meski sebenarnya takut jika bersua dengan reptil ganas itu, dalam hati saya berharap bisa memotret beberapa, atau paling tidak seekor dari mereka.
Buaya Supit (tomistoma scheillius), Buaya Muara (crocodylus porosus), atau Buaya Air Tawar (crocodylus siamlisus) memang hidup di kawasan ini. Meski sebenarnya takut jika bersua dengan reptil ganas itu, dalam hati saya berharap bisa memotret beberapa, atau paling tidak seekor dari mereka.
Sisi Lain Teluk Balikpapan
Quote:
Quote:
Mangrove Center bukan satu-satunya jalan menyusuri Teluk Balikpapan dan Sungai Wain. Lokasi paling dekat adalah Pelabuhan Kariangau.
Akan tetapi jika Anda ingin menyaksikan liukan Pesut Mahakam, atraksi Bekantan bergelantungan di pohon bakau atau memotret rombongan Monyet Kra tengah mencari makan, berangkat dari Mangrove Center adalah pilihan paling rasional.
Berdasarkan penelitian Stanislav Lotha yang dirilis tahun 2012 lalu, populasi pesut di Teluk Balikpapan antara 60-140 ekor. Perkiraan jumlah populasi satwa yang menyukai formasi ganjil dalam satu kawanan itu berdasarkan frekuensi kemunculannya ke permukaan air.
Inilah yang menyulut pesimisme saya untuk bisa menyaksikan kemunculan binatang langka itu. Terlebih ketika Herman mengingatkan keberangkatan kami sudah kesiangan. Pesut hanya muncul pada pagi hari, yakni antara pukul 6 hingga 8.
Tanpa ekspektasi bisa menyaksikan salah satu ikon Provinsi Kal-Tim itu, kami fokus mengarahkan mata dan lensa kamera ke pepohonan bakau selama domfeng melaju. Bekantan adalah target kami. 10 menit…20 menit.. hingga 45 menit, primata endemik itu enggan menampakkan diri.
Akan tetapi sebuah keajaiban terlihat di muara sungai Somber. Tanpa diduga, seekor pesut melompat di depan kapal yang kami tumpangi. Saat itu, jarum jam di tangan saya menunjukkan pukul 10 kurang beberapa menit.
Akan tetapi jika Anda ingin menyaksikan liukan Pesut Mahakam, atraksi Bekantan bergelantungan di pohon bakau atau memotret rombongan Monyet Kra tengah mencari makan, berangkat dari Mangrove Center adalah pilihan paling rasional.
Berdasarkan penelitian Stanislav Lotha yang dirilis tahun 2012 lalu, populasi pesut di Teluk Balikpapan antara 60-140 ekor. Perkiraan jumlah populasi satwa yang menyukai formasi ganjil dalam satu kawanan itu berdasarkan frekuensi kemunculannya ke permukaan air.
Inilah yang menyulut pesimisme saya untuk bisa menyaksikan kemunculan binatang langka itu. Terlebih ketika Herman mengingatkan keberangkatan kami sudah kesiangan. Pesut hanya muncul pada pagi hari, yakni antara pukul 6 hingga 8.
Tanpa ekspektasi bisa menyaksikan salah satu ikon Provinsi Kal-Tim itu, kami fokus mengarahkan mata dan lensa kamera ke pepohonan bakau selama domfeng melaju. Bekantan adalah target kami. 10 menit…20 menit.. hingga 45 menit, primata endemik itu enggan menampakkan diri.
Akan tetapi sebuah keajaiban terlihat di muara sungai Somber. Tanpa diduga, seekor pesut melompat di depan kapal yang kami tumpangi. Saat itu, jarum jam di tangan saya menunjukkan pukul 10 kurang beberapa menit.
Ketenangan Alam Somber
Quote:
Dulu, Somber adalah pelabuhan yang cukup padat. Kapal-kapal fery dari Balikpapan menuju Kabupaten Penajam Paser Utara, lego jangkar di tempat ini. Pelabuhan kecil ini menjadi nadi utama penghubung antara Provinsi Kalimantan Timur-Kalimantan Selatan. Akibat konflik lahan dengan masyarakat, Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) memindahkan pelabuhan ke kawasan Kariangau yang lebih luas.
Quote:
Quote:
Setelah tak dimanfaatkan lagi, bekas Pelabuhan Somber menjadi berkah bagi para nelayan. Mereka memanfaatkannya sebagai lokasi pemancingan. Ikan Kerapu, Kakap Merah, Bulan-bulan dan Kaneke adalah jenis yang sering ditemukan.
Selain para nelayan, pada sore hari Somber menjadi tempat rekreasi warga. Suara burung maupun kecipak ikan air payau berlomba mengiringi sunset. Menenangkan.
Selain para nelayan, pada sore hari Somber menjadi tempat rekreasi warga. Suara burung maupun kecipak ikan air payau berlomba mengiringi sunset. Menenangkan.
Menuju DAS Sei Wain
Quote:
Setelah gagal memotret pesut, perjalanan berlanjut ke daerah aliran sungai (DAS) Sei Wain. Sei, dalam bahasa Dayak berarti sungai. Untuk sampai di DAS Sei Wain, kami harus melintasi Teluk Balikpapan.
Quote:
Quote:
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kelautan dan Perikanan (DKPP), Teluk Balikpapan memiliki luas daerah aliran sungai 211.456 hektar dan perairan seluas 16.000 hektar. Tercatat juga ada 54 sub-DAS menginduk di wilayah ini, termasuk DAS Sei Wain yang sudah menjadi Hutan Lindung Sungai Wain.
Dari Teluk Balikpapan, kita bisa menyaksikan keriuhan aktivitas di Pelabuhan Kampung Baru. Kapal-kapal penumpang semacam fery, kelotok, maupun kapal nelayan hilir mudik. Anda juga dapat melihat dari dekat para pekerja memperbaiki kapal.
Dari Teluk Balikpapan, kita bisa menyaksikan keriuhan aktivitas di Pelabuhan Kampung Baru. Kapal-kapal penumpang semacam fery, kelotok, maupun kapal nelayan hilir mudik. Anda juga dapat melihat dari dekat para pekerja memperbaiki kapal.
Menyaksikan Bekantan di Teluk Balikpapan
Quote:
Hilir Sungai Wain adalah Pelabuhan Kariangau yang selalu padat. Lalu lalang kapal penumpang yang membelah kawasan industri itu selalu menggeliat. Para aktivis lingkungan memandang ini sebagai ancaman terhadap keberlangsungan ekosistem di Hutan Lindung Sungai Wain. Tapi, kita tinggalkan saja kontroversi ini dan mulai menikmati alam.
Memasuki Sungai Wain, kecepatan kapal terus dikurangi. Kami tak ingin suara mesin menyebabkan para penghuni sungai kabur. Rerimbunan pohon bakau dan sejenis palem tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai. Pepohonan ini menyediakan makanan bagi binatang yang tinggal.
Beberapa kali rombongan Monyet Kra terlihat mencari biji-bijian. Sesekali mereka turun ke sungai untuk mengambil minum. Ketika kami melintas, monyet-monyet ini langsung bersembunyi.
Memasuki Sungai Wain, kecepatan kapal terus dikurangi. Kami tak ingin suara mesin menyebabkan para penghuni sungai kabur. Rerimbunan pohon bakau dan sejenis palem tumbuh alami di sepanjang bantaran sungai. Pepohonan ini menyediakan makanan bagi binatang yang tinggal.
Beberapa kali rombongan Monyet Kra terlihat mencari biji-bijian. Sesekali mereka turun ke sungai untuk mengambil minum. Ketika kami melintas, monyet-monyet ini langsung bersembunyi.
Quote:
Quote:
Beberapa ekor biawak yang mulanya kami sangka buaya juga menampakkan diri. Ia sepertinya tengah membasahi diri di cuaca yang terik saat perjalanan ini kami lakukan. Meski berdarah dingin, mereka juga perlu sinar matahari untuk menjaga temperatur tubuhnya. Namun biawak tak tahan juga dengan panas yang menyengat.
Seekor ular lidi, terlihat meliuk-liuk di depan kapal. Ia menyeberangai sungai. Sementara beberapa jenis burung mencelupkan tubuhnya ke sungai membasahi bulu-bulunya.
Burung Paok Delima berwarna merah di bagian punggung dan biru di bagian lainnya, benar-benar mencuri perhatian kami. Perpaduan warnanya begitu indah dan mencolok.
Spesies lain yang tercatat dalam pengamatan Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain (BPHLSW) gagal kami jumpai. Beruntung Koordinator Litbang HLSW, Agusdin, bersedia membagi informasi hasil penelitiannya selama 15 tahun.
Perjalanan menyusuri Sungai Wain sehari penuh memang cukup melelahkan. Bagi saya, ini bisa menjadi perspektif baru dalam melihat Balikpapan secara lebih utuh. Kekayaan hayati yang melimpah mampu bersanding dengan kehidupan metropolitan nan gemerlap.[*]
Seekor ular lidi, terlihat meliuk-liuk di depan kapal. Ia menyeberangai sungai. Sementara beberapa jenis burung mencelupkan tubuhnya ke sungai membasahi bulu-bulunya.
Burung Paok Delima berwarna merah di bagian punggung dan biru di bagian lainnya, benar-benar mencuri perhatian kami. Perpaduan warnanya begitu indah dan mencolok.
Spesies lain yang tercatat dalam pengamatan Badan Pengelola Hutan Lindung Sungai Wain (BPHLSW) gagal kami jumpai. Beruntung Koordinator Litbang HLSW, Agusdin, bersedia membagi informasi hasil penelitiannya selama 15 tahun.
Perjalanan menyusuri Sungai Wain sehari penuh memang cukup melelahkan. Bagi saya, ini bisa menjadi perspektif baru dalam melihat Balikpapan secara lebih utuh. Kekayaan hayati yang melimpah mampu bersanding dengan kehidupan metropolitan nan gemerlap.[*]
Waduk Sungai Wain, Penyangga Kehidupan
Quote:
Hulu DAS Sei Wain atau Sungai Wain adalah waduk dengan nama yang sama. Penampung air seluas 3,1 Hektare ini bukan hanya tempat bergantung bagi komunitas penghuni Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW), melainkan juga krusial bagi primata terbesar penghuni wilayah Balikpapan; manusia.
Quote:
Quote:
Sejarah pemanfaatan dan pengelolaan air dari HLSW dimulai dengan pembangunan waduk pada 1947 oleh perusahaan minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) seluas 0,7 Hektare. Kemudian pada tahun 1969 pengelolaan waduk dilakukan oleh SHELL dan beralih ke Pertamina sejak tahun 1972.
Air waduk ini diolah dalam rumah pompa dan disalurkan ke Balikpapan melalui tiga pipa berukuran jumbo. Air waduk dimanfaatkan Pertamina setiap hari sebesar 15.000 m3. 85 persen digunakan untuk proses produksi (pembangkit tenaga penggerak listrik, air industri dan cooling water), sisanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga perumahan karyawan.
Rata-rata perusahaan menggunakan air sebanyak 450 – 750 m3 per jam atau 25 persen dari jumlah kebutuhan air baku yang digunakan seluruh rumah tangga Balikpapan. Hingga saat ini kilang-kilang minyak Pertamina di Balikpapan masih sangat tergantung pada air yang berasal dari HLSW.[*]
Air waduk ini diolah dalam rumah pompa dan disalurkan ke Balikpapan melalui tiga pipa berukuran jumbo. Air waduk dimanfaatkan Pertamina setiap hari sebesar 15.000 m3. 85 persen digunakan untuk proses produksi (pembangkit tenaga penggerak listrik, air industri dan cooling water), sisanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga perumahan karyawan.
Rata-rata perusahaan menggunakan air sebanyak 450 – 750 m3 per jam atau 25 persen dari jumlah kebutuhan air baku yang digunakan seluruh rumah tangga Balikpapan. Hingga saat ini kilang-kilang minyak Pertamina di Balikpapan masih sangat tergantung pada air yang berasal dari HLSW.[*]

Sumber tulisan
Diubah oleh kiboards 30-01-2013 07:59
0
5.9K
Kutip
59
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan