

TS
oliaulia
Pembunuh

Good Morning and Goodnight agan agan, kali ini saya mau coba berbagi tentang pendapat saya soal musikalitas tanah air. Let's See 


Spoiler for Musik Jangan Bohong:

Indonesia memiliki ragam bahasa, budaya, suku, dan lain sebagainya. Tapi coba perhatikan dalam bidang musikalitas. Apa yang dapat kita lihat? Kemunafikan besar yang ditunjukkan secara terang terangan. Musik yang seharusnya penuh warna bahkan dapat menunjukkan karakter seseorang, kini disapu rata dengan konsep baru, musik hanya semata mata untuk mendapatkan keuntungan dari segi material.
Jelas ada yang aneh saat kita mendengar dan memperhatikan rata rata musik yang saat ini sedang popular di Indonesia. Jika dilihat dari sisi lirik, Indonesia sangat terkenal dengan ungkapan cinta yang tak pernah habis. Variasi yang sangat sedikit. Mungkin itu sebabnya salah satu band indie Indonesia menciptakan lagu dengan judul “Lagu Cinta Melulu”. Apa di dunia ini hanya ada tema Cinta? Cinta dapat membutakan hati, tapi tidak dengan seni. Musik diciptakan untuk dikembangkan, bukan untuk diterapkan didalam satu tema.
Contoh langsung dapat kita temui dengan mudah. Mari hidupkan televisi, dan cari channel yang sedang menayangkan acara musik. Apa yang kita lihat dan dengar? Untaian kata kata cinta yang menggoda, dengan alunan musik mendayu. Apa kita ini negara perayu? Mari hidupkan radio, dan pilih siaran lokal secara acak. Kembali terdengar rayuan dengan makna yang hampir sama antara satu lagu dengan lagu lainnya.
Jika dilihat dari sisi genre, Indonesia sangat terkenal dengan aliran Metal alias Melayu Total. Apa memang mayoritas seniman musik di Indonesia adalah pecinta aliran Melayu sejati? Salah besar. Sesungguhnya mereka hanya mengejar label, mencoba mengikuti selera pasar yang sangat buruk. Lihat saja semakin maraknya band band tanpa kualitas memenuhi acara musik. Bagaimana dengan band Blues, Jazz, RocknRoll, dan yang lainnya? Semua tertimpa karena sesuatu yang disebut Mayor Label, penguasa atas rekaman dan promosi album, demi keuntungan semata, bukan sebagai pewarna dan regenerasi belantika musik Indonesia.
Semuanya penuh kebohongan. Indonesia yang memiliki sangat banyak musisi dan band yang memiliki kemampuan berkretifitas tinggi dan kualitas diatas normal, tertimpa oleh maraknya musisi yang dikontrak oleh Mayor Label. Bagaikan pembuatan film, bagaimana bisa sebuah film terselesaikan jika tokoh utama yang berpengalaman digantikan oleh figuran yang tidak jelas kualitasnya.
Spoiler for Fenomena:

Laris diluar namun kritis didalam. Mungkin ungkapan tersebut cocok untuk belantika musik Indonesia. Ya, masih banyak band band lokal yang tidak tersorot di Indonesia, namun sudah melejit di negara lain. Satu hal yang tidak seharusnya terjadi, namun kenyataannya begitu jelas terlihat di Indonesia. Lihat saja Gugun Blues Shelter yang mampu menjadi band pembuka dalam acara HardRock di London, tampil satu panggung dengan Bonjovi dan The Killers. Mocca yang menggelar konser di Malaysia, Singapura, Thailand, bahkan Jepang. The Sigit tak kalah sukses dengan pengalaman manggung di Australia.
Aneh tapi nyata, karena sesungguhnya ketiga band diatas adalah sebagian dari sekian banyak band dengan musikalitas yang sangat baik. Tetapi mayoritas penikmat musik Indonesia lebih memilih band band yang bisa disebut band jadi jadian. Apa maksudnya? Ya, tentu saja band yang hanya pandai bermain musik, namun tidak punya kemampuan mengembangkannya. Monoton, kata yang pas untuk band jadi jadian tersebut. Lirik yang tidak berbobot dan musikalitas yang dibawah standar namun justru mendapat sambutan yang baik dan popularitas yang bisa dibilang sempurna.
Dari contoh diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya tanpa label pun, sebuah band dapat menaikkan popularitasnya, bahkan ke mancanegara sekalipun. Lalu kenapa masih banyak yang memilih terikat oleh Mayor Label? Sesungguhnya mereka hanya menginginkan sesuatu yang instant, tak peduli jika itu harus membuat mereka terlihat aneh, bahkan memaksakan diri mereka memainkan musik yang sesungguhnya bukan dari diri mereka. Tuntutan label dipenuhi, mengorbankan karakter diri sendiri yang seharusnya dikeluarkan dan dapat disalurkan dalam lantunan musik.
Spoiler for Dampak:
Coba kita berpikir lebih jauh. Tidakkah terbayangkan dampak buruk jika musikalitas indoesia tetap dibiarkan dalam kondisi buruk seperti ini? Jika terus dibiarkan, band band dan musisi musisi yang jauh lebih berkualitas akan kehilangan pamor mereka di belantika musik Indonesia. Bagi mereka yang kuat, percayalah mereka tidak akan tergoda akan keuntungan dari Mayor Label tersebut. Bagaimana dengan mereka yang tidak tahan dan mengikut untuk bergabung dengan Mayor Label? Tentu saja grup band dengan kualitas yang tidak jelas akan berkembang biak pesat di tanah air.
Selain itu, dampak juga akan kena pada kelestarian musisi lokal. Satu persatu penikmat musik akan berpindah ke musik luar, dan meninggalkan musik dalam negeri. Jangan salahkan penikmat musik yang lebih nyaman dengan sensasi musik dari luar. Itu suatu hal yang wajar, karena mereka menganggap musikalitas Indonesia telah kehilangan kualitasnya.
Satu hal yang terpenting, coba kita pikirkan generasi mendatang. Jika terus disuguhi oleh lagu lagu tanpa seni yang jelas seperti kebanyakan yang terdengar saat ini, kemungkinan besar generasi kita selanjutnya hanya dapat bermain di sekitar kord kord D-Bm-G-A. Bagaimana bisa mereka mempelajari kord kord Jazz atau Blues dan memvariasikannya, jika yang mereka dengar sehari hari hanyalah kord standar dengan pengualangan berkali kali.
Namun tentu kita tidak dapat menyalahkan negara kita ini. Kita terlahir dalam rumpun melayu yang mendarah daging. Mungkin karena itu banyak yang terlarut dalam musikalitas tingkat rendah yang semakin hari semakin mendayu dayu. Selain itu, faktor ekonomi menjadi salah satu pemicu. Perut sangat sensitif, karena itu banyak musisi yang rela membunuh karakter pribadinya dan menggantinya dengan bayaran.
Spoiler for Solve It:

Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Mulai sekarang coba kita pikirkan solusi yang tepat untuk mengembalikan citra musikalitas kita sebagai generasi penerus dan pencinta musik tanah air. Untuk melenyapkan minuman keras, hancurkan pabriknya. Nah, sama dengan musik, sesungguhnya yang harus kita lawan adalah industri musiknya, bukan produk yang ada. Bagaimana caranya? Pertahankan kualitas band, jangan terikut perkembangan pasar yang buruk, tapi cobalah untuk mendobrak pasar musik dengan suguhan lantunan nada nada indah yang berkualitas.
Mari berkarya dari hati, ekspresikan apa adanya kita, dan jangan mau diperbudak oleh keterikatan kualitas rendah yang ditukarkan dengan bayaran. Tunjukkan kreasi kita pada semua. Salah satu cara terbaik adalah membuat acara musik. Contoh langsung di Indonesia, acara acara musik sudah mulai digelar, mulai dari kelas lokal seperti Indie Festival, hingga tingkat Internasional seperti Java Jazz.
Indonesia, ragam budaya, ragam bahasa, ragam suku, nan indah karena terlihat penuh warna. Mari kita turut warnai ulang musikalitas kita yang mulai terlanjur hitam. Coba mulai dari diri sendiri. Jika Anda seorang musisi, cobalah untuk membuat lantunan nada yang berkualitas, dan jangan sekali sekali tertarik oleh tawaran Mayor Label yang menjebak. Jika Anda seorang penikmat musik, mari dukung band band Indie lokal yang sesungguhnya memiliki seni musikalitas yang jauh lebih baik daripada rata rata band yang populer di Indonesia saat ini.
TS tidak pernah menolak diberi Cendol



TS tidak pernah berharap diberi Bata



Sekian gan mungkin yang bisa ane share ke agan agan sekalian, terima kasih banyak uda menyimak, jangan lupa tinggalkan jejak
TERIMA KASIH BANYAK



Diubah oleh oliaulia 25-01-2013 19:44
0
2.1K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan