- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[Eits] Ketauan maen kuda, diarak keliling balai desa


TS
TehLegas
[Eits] Ketauan maen kuda, diarak keliling balai desa
Selepas `Tumpukan` Tidak Resmi
SEBAGAI praktisi mesum, rupanya Garjito, 35, nekad sekali. Pernah digerebek warga dan dapat peringatan keras, eh nggak kapok juga. Mereka terus “tumpak-tumpakan” tidak resmi. Warga Ponorogo (Jatim) pun makin geregetan. Selepas Garjito – Wahyuni berbuat mesum, keduanya diarak menuju ke balai desa.
Karena pengaruh syaiton, sesuatu yang tidak halal justru menjadi lebih seru dan menggoda. Tanyakan kepada anak-anak kampung, enakan mana mangga yang dibelikan simbok di pasar, dengan mangga setengah mateng bolehnya mbandili (melempar) di kebun orang? Pasti jawab Unyil – Usrok Cs enakan mangga colongan di kebon. Itulah dunia kriminalitas anak-anak, yang sangat dimusuhi Pak Raden si pemilik kebun jambu.
Di masa kecilnya Garjito warga Desa Suren, Kecamatan Mlarak, Ponorogo ini rupanya juga suka nyolong jambu, mangga dan sejenisnya. Tapi setelah menjadi orang dewasa, dia tak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Malah kini ditingkatkan. Bila dulu sekedar jambu dan mangga, eh setelah jadi orang dewasa berani pula nyolong sepasang “mangga” yang bergelayut di dada wanita. Lebih-lebih setelah dirinya dalam status duda, wah semakin nggrangsang (rakus) sekali saja dia. Kalau bisa semua “mangga” di Ponorogo hendak dibuat rujakan semuanya.
Sejak setahun lalu Garjito memang menyandang status baru: duda! Kalau duda keren alias duren, meski sudah tua laku juga karena banyak duit. Lha Garjito ini apa? Cuma buruh tani, mengharapkan gadis cantik, mana ada yang mau perempuan jadi bini tukang macul. Mending kalau sawah sendiri, itu sawah orang alias hanya buruh biasa yang hasilnya masih jauh di bawah UMR.
Gara-gara status sosialnya yang tak mendukung, setahun menduda Garjito tak juga dapat gebedan baru yang ideal. Kalau orang kaya sih, meski kuburan istri belum juga kering, menikah lagi soal gampang. Sedangkan Garjito, karena kemiskinannya, kimpoi tidak, nikah juga kagak. Hidup pun menjadi terasa sepi, seperti lagunya Kus Plus. “……Bila senja telah tiba, hatiku tambah sengsara, tapi tetap kubernyanyi, walau malam telah sepi…..”
Dalam kesepian yang di titik nadir, eh ada tetangga perempuan semi nganggur begitu. Usianya 30 tahunan, namanya Wahyuni tanpa pakai Neneng Sri. Cakep sih tidak, tapi jelek banget juga enggak. Daripada kedinginan terus, Garjito mencoba melabuhkan cinta atau nafsunya ke perempuan itu. Ternyata, tanpai kemenyan sekilo Wahyuni sudah bertekuk lutut dan berbuka paha. Ya sudah, sejak itu buruh tani ini sudah tidak lagi kesepian. Kini Garjitu sudah punya kesibukan baru, “macul” di lahan yang tidak seberapa luas tersebut.
Tapi entah baru berapa kali “nyangkul”, ketahuan warga. Pasangan mesum itu lalu digerebek. Karena berjanji mau menikah di bulan Januari 2013, Pak Lurah memaafkannya, sehingga keduanya dibebaskan tanpa diproses secara hukum. “Bener lho ya, nanti kalau tak menikah juga, awas kamu!” ancam Pak Lurah.
Tapi yang namanya nikah kan pakai surat, dan itu harus pakai biaya penebusnya ke KUA. Biaya resminya memang hanya Rp 30.000,- tapi anggaran yang lain? Makanya, janji kepada pamong tak bisa ditepati. Sementara nafsu terus menggebu, Garjito – Wahyuni pun kembali “tumpak-tumpakan” bak suami istri saja. Sampai kemudian mereka kepergok lagi oleh warga. Otomatis pasangan mesum itu digerebek untuk kedua kalinya. Warga yang kesal segera menelanjangi keduanya, lalu dengan gidal gidul dan gobal-gabel keduanya diarak ke balai desa.
Tuyul dari mana tuh, kok gede-gede amat?
uber
![[Eits] Ketauan maen kuda, diarak keliling balai desa](https://dl.kaskus.id/lh6.googleusercontent.com/-31YsFWAxQHU/TXuqikQ0OxI/AAAAAAAAA1A/QgIKxAuBCOo/s400/bb18_cewek_berjilbab.jpg)
------------------------------------
nikah nomer 2 ya pak, nomer 1 syahwat dulu...
teladan kawula muda
Quote:
SEBAGAI praktisi mesum, rupanya Garjito, 35, nekad sekali. Pernah digerebek warga dan dapat peringatan keras, eh nggak kapok juga. Mereka terus “tumpak-tumpakan” tidak resmi. Warga Ponorogo (Jatim) pun makin geregetan. Selepas Garjito – Wahyuni berbuat mesum, keduanya diarak menuju ke balai desa.
Karena pengaruh syaiton, sesuatu yang tidak halal justru menjadi lebih seru dan menggoda. Tanyakan kepada anak-anak kampung, enakan mana mangga yang dibelikan simbok di pasar, dengan mangga setengah mateng bolehnya mbandili (melempar) di kebun orang? Pasti jawab Unyil – Usrok Cs enakan mangga colongan di kebon. Itulah dunia kriminalitas anak-anak, yang sangat dimusuhi Pak Raden si pemilik kebun jambu.
Di masa kecilnya Garjito warga Desa Suren, Kecamatan Mlarak, Ponorogo ini rupanya juga suka nyolong jambu, mangga dan sejenisnya. Tapi setelah menjadi orang dewasa, dia tak bisa meninggalkan kebiasaan buruknya. Malah kini ditingkatkan. Bila dulu sekedar jambu dan mangga, eh setelah jadi orang dewasa berani pula nyolong sepasang “mangga” yang bergelayut di dada wanita. Lebih-lebih setelah dirinya dalam status duda, wah semakin nggrangsang (rakus) sekali saja dia. Kalau bisa semua “mangga” di Ponorogo hendak dibuat rujakan semuanya.
Sejak setahun lalu Garjito memang menyandang status baru: duda! Kalau duda keren alias duren, meski sudah tua laku juga karena banyak duit. Lha Garjito ini apa? Cuma buruh tani, mengharapkan gadis cantik, mana ada yang mau perempuan jadi bini tukang macul. Mending kalau sawah sendiri, itu sawah orang alias hanya buruh biasa yang hasilnya masih jauh di bawah UMR.
Gara-gara status sosialnya yang tak mendukung, setahun menduda Garjito tak juga dapat gebedan baru yang ideal. Kalau orang kaya sih, meski kuburan istri belum juga kering, menikah lagi soal gampang. Sedangkan Garjito, karena kemiskinannya, kimpoi tidak, nikah juga kagak. Hidup pun menjadi terasa sepi, seperti lagunya Kus Plus. “……Bila senja telah tiba, hatiku tambah sengsara, tapi tetap kubernyanyi, walau malam telah sepi…..”
Dalam kesepian yang di titik nadir, eh ada tetangga perempuan semi nganggur begitu. Usianya 30 tahunan, namanya Wahyuni tanpa pakai Neneng Sri. Cakep sih tidak, tapi jelek banget juga enggak. Daripada kedinginan terus, Garjito mencoba melabuhkan cinta atau nafsunya ke perempuan itu. Ternyata, tanpai kemenyan sekilo Wahyuni sudah bertekuk lutut dan berbuka paha. Ya sudah, sejak itu buruh tani ini sudah tidak lagi kesepian. Kini Garjitu sudah punya kesibukan baru, “macul” di lahan yang tidak seberapa luas tersebut.
Tapi entah baru berapa kali “nyangkul”, ketahuan warga. Pasangan mesum itu lalu digerebek. Karena berjanji mau menikah di bulan Januari 2013, Pak Lurah memaafkannya, sehingga keduanya dibebaskan tanpa diproses secara hukum. “Bener lho ya, nanti kalau tak menikah juga, awas kamu!” ancam Pak Lurah.
Tapi yang namanya nikah kan pakai surat, dan itu harus pakai biaya penebusnya ke KUA. Biaya resminya memang hanya Rp 30.000,- tapi anggaran yang lain? Makanya, janji kepada pamong tak bisa ditepati. Sementara nafsu terus menggebu, Garjito – Wahyuni pun kembali “tumpak-tumpakan” bak suami istri saja. Sampai kemudian mereka kepergok lagi oleh warga. Otomatis pasangan mesum itu digerebek untuk kedua kalinya. Warga yang kesal segera menelanjangi keduanya, lalu dengan gidal gidul dan gobal-gabel keduanya diarak ke balai desa.
Tuyul dari mana tuh, kok gede-gede amat?
uber
Spoiler for ilustrasi si Neneng Sri 30 tahun:
![[Eits] Ketauan maen kuda, diarak keliling balai desa](https://dl.kaskus.id/lh6.googleusercontent.com/-31YsFWAxQHU/TXuqikQ0OxI/AAAAAAAAA1A/QgIKxAuBCOo/s400/bb18_cewek_berjilbab.jpg)
------------------------------------
nikah nomer 2 ya pak, nomer 1 syahwat dulu...

teladan kawula muda

Diubah oleh TehLegas 25-01-2013 13:48
0
4.5K
Kutip
55
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan