REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso menyatakan, pemerintahan Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta baru berusia 100 hari sehingga belum bisa dievaluasi kinerjanya.
"Waktu 100 hari belum cukup bagi gubernur dan wakil gubernur untuk merubah Jakarta yang memiliki persoalan kompleks," kata Priyo Budi Santoso, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (25/1).
Ketua DPP Partai Golkar ini mengimbau semua pihak untuk memberikan kesempatan kepada Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) untuk menjalankan tugas-tugasnya, paling tidak hingga setahun ke depan.
Priyo juga mengapresiasi cara pendekatan lapangan yang dilakukan oleh Jokowi dan Ahok dalam melakukan pendataan persoalan Jakarta di tengah masyarakat.
"Masyarakat masih menunggu kerja Jokowi dan Ahok untuk merubah kota Jakarta, karena sebelumnya masyarakat sudah mulai apatis dan beranggapan Jakarta tidak bisa berubah lagi," katanya.
Ia menambahkan, jika dalam waktu satu tahun ke depan, Jokowi dan Ahok bisa membawa perubahan pada Jakarta, baru kemudian dievaluasi.
Proyo mengimbau, agar masyarakat memberikan kesempatan kepada Jokowi dan Ahok, apakah bisa membuktikan janji-janjinya untuk membawa perubahan di Kota Jakarta. "Kita tunggu saja hingga tahun depan, apakah Jokowi-Ahok bisa membawa perubahan atau tidak," katanya.
Ketika ditanya, soal wacana pemindahan ibukota negara dari Jakarta ke daerah lain, menurut Priyo, lebih baik menata ulang dan memperbaiki Jakarta daripada mewacanakan pemindahan ibukota negara.
m.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/13/01/25/mh6b2h-priyo-waktu-100-hari-belum-cukup-bagi-jokowiahok
Tips untuk penasbung : kalo mo IQnya tinggi pilih karet ijo isinya rendang ama ayam kalo yang kuning isinya jengkol ama kangkung doang cuman ngasilin kentut doang
Original Posted By hirosh1►Berikut ini adalah rangkaian tweet dari reporter stasiun TV berita yang bertugas meliput Jokowi selama masa jabatan beliau sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 100 hari pertama sejak 15 Oktober 2012. Ia adalah Janes C. Simangunsong di @janes_cs. Selamat membaca…
Kelar shooting, Jokowi Damprat TV One:
http://bit.ly/StQWlr.
Jokowi itu sudah wanti-wanti nggak mau diwawancara terkait 100 hari, itu TV bilangnya terkait banjir, ya Jokowi bersedia, tapi ternyata dijebak. Jokowi tahunya itu live tentang banjir, ternyata pertanyaan menjurus ke 100 Hari, gimana nggak kesal dia. Wawancara kami tentang 100 Hari Jokowi saja dibatalkan karena dia lagi fokus banjir. Kita hargai. Tapi tiba-tiba ada yang “menyelak” dengan cara licik, ya kesal.
“Selama 23 tahun saya nggak pernah diginiin. Kalau sudah A, ya A. Jangan tiba-tiba pindah dari A ke B.” Ucap Jokowi usai live dengan TV “itu” semalam.
Apa yang Jokowi lakukan selama 100 hari ini? Gue review sedikit berdasarkan liputan gue selama ikut DKI 1. #100harijokowi
- Hal pertama yang Jokowi lakukan saat masa jabatan gubernurnya adalah meninjau lapangan untuk menentukan kebijakan. Fokus utamanya adalah pembenahan kampung-kampung. Seperti pembuatan rusun, rumah deret, dll. Sekarang masih dalam tahap lobby warga.
- Empat minggu jabatannya, ia meluncurkan Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar untuk warga kurang mampu.
- Selanjutnya dia fokus pada Ruang Terbuka Hijau. Ia perintahkan Dinas Pertamanan untuk membuat 30% wilayah Jakarta adalah RTH.
- Lalu upaya untuk normalisasi kali (sungai). Sejumlah pengerukan kali sudah diperintahkan ke Dinas Pekerjaan Umum.
- Pengkajian ulang pembangunan MRT/Monorail/Subway. Belum deal, karena masih menunggu ketok palu DPRD untuk APBD DKI Jakarta 2013. Penambahan armada TransJakarta, tahun ini target tambah 1000, bulan ini sudah tambah 200 dengan integrasi dan revitalisasi Kopaja. Hari ini (22/01) peresmian e-ticketing untuk TransJakarta dan penambahan koridor busway secara bertahap.
- Tanggap darurat banjir. Pertama adalah perbaikan tanggul Latuharhary, Jakarta Pusat yang jadi penyebab banjir wilayah protokol Jakarta. Perbaikan tanggul sementara menurut keterangan Dinas PU seharusnya selesai dalam waktu sebulan. Jokowi “mandorin”, 4 hari selesai.
Masa tanggap darurat dimanfaatkan Jokowi untuk bisa pakai APBN sebesar 2 triliun rupiah untuk keperluan (penanggulangan) banjir, karena APBD Jakarta belum cair.
Tanggap darurat Jokowi fokus pada evakuasi dan pembagian logistik di wilayah terisolir, dan pembenahan Kanal Banjir Barat.
FYI, tanggul Latuharhary, Jakarta Pusat seharusnya menjadi tanggung jawab pusat, tapi Jokowi yang inisiatif pertama langsung perbaikan.
Tanggul Latuharhary jebol membuat Sudirman – Thamrin – Istana tergenang. Orang pertama yang datang ke sumber banjir = Jokowi.
Jadi kalau kalian pikir #100harijokowi cuma “blusukan” doang, wrong. Selesai “blusukan”, ada konsep yang tertulis untuk sebuah kebijakan tata kota. Sudah lebih dari lima kali ia mengumpulkan seluruh lurah/camat/walikota untuk koordinasi wilayah dan pengarahan.
Sebenarnya banyak hal lain, tapi sejauh ini tindakan-tindakan besar di #100harijokowi ya itu. Sekian dan terima kecupan.
Oh iya, gue punya kisah mengesankan dengan Pak Gubernur Jokowi. Hari Jumat kemarin gue follow Jokowi dari subuh hingga malam mandorin perbaikan tanggul. Jam 8 malam Jokowi negur gue, “kok kamu belum pulang?”
Lalu gue jawab, “belum boleh sama kantor, Pak,” sambil melas.
Lalu Jokowi bilang, “sini saya yang ngomong sama kantormu. Mukamu udah pucat gitu.”
Alhasil gue teleponlah korlip gue di kantor, “bang, ada yang mau ngomong,” lalu gue serahkan HP gue ke Jokowi, dan Jokowi ngomong ke kantor gue.
“Saya Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, memerintahkan Janes untuk pulang!”
Korlip gw, “hah? Siapa nih?” Kirain becanda.
“Saya JOKOWI!”
Korlip gue kaget, “siap, Pak Gubernur!”
“Ini si Janes ganti, dong, dia udah dari subuh, kayak kurang orang aja. Perintah gubernur ini!”
“Siap, Pak!” — Alhasil gue boleh pulang setelah long shift. Pengen peluk Pak Jokowi. :’)
Selama liput DKI 1, gue sadar, cuma orang yang benar-benar punya hati yang sanggup memimpin Jakarta. Jakarta needs love.
Apa Jokowi tidak tegas? Semua kepala dinas di DKI takut sama dia. Karena Jokowi bukan kelas “Asal Bapak Senang”. Dia lihat sendiri hasilnya. Apa Jokowi tidak pernah marah? Pernah. Dan itu menakutkan. Khususnya buat dinas di DKI yg ketahuan kerjanya nggak benar.
Gue nggak menyalahkan orang yang bilang Jokowi pencitraan, karena kebanyakan media cuma ngangkat sisi fenomenal dan bukan hasil kerja. Demi rating dan selera pasar, “blusukan” jadi prioritas pemberitaan. Padahal di balik meja kerja dia tulis semua mega proyek untuk Jakarta.
Jokowi suka gandeng pemerintah luar untuk belajar dan kerja sama. Kebanyakan PM/Presiden atau dubes luar, datang ke Jakarta untuk bertemu Jokowi. And what’s wrong dengan pencitraan? Memang citra yang “dekat dengan rakyat” yang Jokowi ciptakan. Untuk apa? Untuk mempermudah penerapan kebijakan.
Sejauh ini, pemimpin yang gue kenal ramah dan mau berbagi ilmu cuma Jokowi dan Jusuf Kalla.
Berikut cerita bagaimana wartawan follow Jokowi saat dinas “blusukan”. Awal menjabat, Jokowi dan pengawalnya menggunakan mobil dinas Innova plat hitam dan nopol biasa. Alhasil kalau di jalan orang nggak tahu itu gubernur. Kita (wartawan) harus ngikutin dia sejak dia keluar dari rumah dinas pagi-pagi. Karena banyak agenda nggak resmi seperti “blusukan”. Jadi kadang di jalan orang-orang pada bingung, kok dua mobil Innova ini diikutin banyak mobil media, padahal itu isinya gubernur. Jadi di jalan tuh kita kayak balapan tikus, tempel terus mobil Jokowi.
Sekarang mending, pengawal pakai X-trail plus lampu “biru merah” itu. Walau Jokowi kadang tetap pakai Innova. Padahal mobil dinas Land Cruiser. Selesai “blusukan” kita selalu cari muka ke Jokowi, “Pak, lapar, Pak…” berangkatlah kita dikasih makan.
Oh iya, kadang kalau acara resmi dan bertemu orang penting, Jokowi pakai mobil Land Cruisernya, kok. Keren, deh. Kayak pejabat. #Lah #emangiye
Wartawan tau dari mana agenda Jokowi? Dari…. Kasih tau nggak, yaaaaaa. #inigakpenting
Tweet-tweet gue malam ini kupersembahkan untuk #100harijokowi dan untuk merayakan 100 hari gue embedded DKI 1. :’)
Terima kasih untuk sharingnya, Kak Janes.
*Tweet dirangkum dari timeline @janes_cs mulai pukul 1:12 PM – 22 Jan 13 sampai 10:44 PM – 22 Jan 13.*
**edited at 22:04PM January 25, 2013.**
Untuk yang bertanya-tanya dapat dari mana pasangan ini dana untuk menanggulangi banjir Jakarta 2013 padahal dana APBD belum turun. Jawabannya dari CSR Swasta dan kantong Pak Jokowi sendiri. Salah satu telco kuning menyumbang Rp2miliar. Salah satu bank menyumbang Rp7miliar. Tapi Pak Jokowi minta bantuan hanya dalam bentuk barang, bukan tunai. Ditambah dana APBN juga turun Rp2triliun. Demikian.
http://pancasyah.wordpress.com/2013/...100harijokowi/
sumber dari twiter mbak janes reporter metro tv
kalau berkenan TS mohon taruh di pekiwan.