- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Mengenal Kesenian Wayang Topeng Malangan


TS
AIeRiqwan
Mengenal Kesenian Wayang Topeng Malangan
Quote:

Quote:

HT #55 / 15 January 2013
Quote:
Di Indonesia mempunyai berbagai macam kesenian Islam. Salah satunya adalah kesenian Wayang. Wayang adalah salah satu seni budaya bangsa Indonesia yang menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Budaya Wayang meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang, yang terus berkembang dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan, hiburan. Budaya wayang merupakan budaya asli Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Keberadaan wayang sudah berabad-abad sebelum agama Hindu masuk ke Pulau Jawa.
Quote:

Quote:
Seperti wayang yang ada di Malang atau yang biasa disebut dengan Wayang Topeng Malangan. Yang berada didaerah Dusun Pijiombo, Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Wayang Topeng Malangan merupakan salah satu bagian dari seni pewayangan di Jawa Timuran, yang hidup dan berkembang secara lokal. Mempunyai ciri-ciri khusus yang menunjukkan perbedaan gaya dari daerah lain. Pertunjukkan Wayang Topeng Malangan hidup didaerah pedesaan yang mayoritas penggemarnya adalah kaum petani. Bahkan, masyarakat mengakui bahwasannya Wayang Topeng Malangan adalah wayang milik orang desa. Oleh karena itu yang menyebabkan Wayang Topeng Malangan tidak dikenalkan kemasyarakat luas. Karya ilmiah ini akan membahas kesenian Wayang Topeng Malangan yang selama ini banyak masyarakat diluar kota Malang yang belum mengetahui dan supaya kesenian ini tidak sirna
Quote:

Tiga penari membawakan tarian wayang topeng Malangan, Kelono (kanan), Panji Asmorobangun (tengah) dan Bapang, saat pementasan di Taman Budaya Jatim, Surabaya, Minggu (28/3). Pagelaran tersebut selain dalam rangka mengenang maestro dan pencipta Wayang Topeng Malangan asal Pakisaji Malang, almarhum Mbah Karimun, juga mengenalkan seni asli Jatim kepada generasi muda. FOTO ANTARA/Eric Ireng/nz/10
Quote:
Quote:
Sejarah Wayang Topeng Malangan
Wayang Topeng Malangan merupakan tradisi kultural dan religius masyarakat Jawa. Namun wayang topeng tidak diperuntukkan acara-acara kesenian seperti sekarang ini. Wayang Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan. Barulah pada masa Raja Erlangga, topeng menjadi kesenian tari. Topeng digunakan menari waktu itu untuk mendukung fleksibilitas si penari. Sebab waktu itu sulit untuk mendapatkan riasan, untuk mempermudah riasan, maka para penari tinggal mengenakan topeng di mukanya.
Karena wilayah Jawa waktu itu adalah area berkembangnya Agama Hindu yang datang dari India, maka cerita-cerita wayang, termasuk wayang topeng juga mengambil cerita dari India, seperti kisah kisah Mahabarata dan Ramayana. Henri Supriyanto penulis buku Wayang Topeng Malangan menyatakan bahwa “ada pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Jadi cerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa. Sehingga sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Jadi itu peninggalan leluhur kita, sewaktu leluhur kita masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni”. Begitu dominannya sastra India waktu itu, diakui dalam banyak hal, terutama kasusastraan Jawa waktu itu banyak menyerap dan membumikan nilai-nilai India yang integrated dengan Agama Hindu itu di tanah Jawa.
Wayang Topeng Malangan merupakan tradisi kultural dan religius masyarakat Jawa. Namun wayang topeng tidak diperuntukkan acara-acara kesenian seperti sekarang ini. Wayang Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan. Barulah pada masa Raja Erlangga, topeng menjadi kesenian tari. Topeng digunakan menari waktu itu untuk mendukung fleksibilitas si penari. Sebab waktu itu sulit untuk mendapatkan riasan, untuk mempermudah riasan, maka para penari tinggal mengenakan topeng di mukanya.
Karena wilayah Jawa waktu itu adalah area berkembangnya Agama Hindu yang datang dari India, maka cerita-cerita wayang, termasuk wayang topeng juga mengambil cerita dari India, seperti kisah kisah Mahabarata dan Ramayana. Henri Supriyanto penulis buku Wayang Topeng Malangan menyatakan bahwa “ada pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Jadi cerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa. Sehingga sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Jadi itu peninggalan leluhur kita, sewaktu leluhur kita masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni”. Begitu dominannya sastra India waktu itu, diakui dalam banyak hal, terutama kasusastraan Jawa waktu itu banyak menyerap dan membumikan nilai-nilai India yang integrated dengan Agama Hindu itu di tanah Jawa.
Quote:
Kemampuan untuk menyerap segala sesuatunya dan membumikan dalam nilai kejawaan juga banyak terjadi tatkala Islam dan Jawa mulai bergumul dalam konteks wayang topeng. Wayang topeng dengan mengambil cerita yang sekarang banyak berkembang didaerah Sunda adalah bagian dari upaya Islam untuk merebut hati orang Jawa. Proses Islamisasi Wayang topeng oleh para wali dengan menampilkan kisah marmoyo sunat adalah sederet cerita bagaimana Islam memproduksi nilai didalamnya.
Wayang Topeng Malangan pada zaman sekarang ini biasanya diadakan setiap Bulan Selo ,dalam perhitungan kalender Jawa. Selalu dirayakan upacara ritual bersih desa dan kirap topeng. Acara ritual itu merupakan tradisi turun temurun diwilayah itu. Wayang Topeng Malang tumbuh dan berkembang secara lisan. Seperti yang dikatakan Ki Wuryan bahwa pedhalangan gaya malangan tidak mempunyai pujangga, maksudnya pedhalangan Malangan hidup secara turun-temurun tanpa memiliki buku pegangan atau pakem tertulis sebagaai panutan. Dhalang-dhalang Malang banyak yang bukan keturunan dhalang, mereka sebagaian besar belajar atas dorongan bakat alami, yang kemudian digurukan kepada dhalang-dhalang yang dianggap senior.
Wayang Topeng Malangan pada zaman sekarang ini biasanya diadakan setiap Bulan Selo ,dalam perhitungan kalender Jawa. Selalu dirayakan upacara ritual bersih desa dan kirap topeng. Acara ritual itu merupakan tradisi turun temurun diwilayah itu. Wayang Topeng Malang tumbuh dan berkembang secara lisan. Seperti yang dikatakan Ki Wuryan bahwa pedhalangan gaya malangan tidak mempunyai pujangga, maksudnya pedhalangan Malangan hidup secara turun-temurun tanpa memiliki buku pegangan atau pakem tertulis sebagaai panutan. Dhalang-dhalang Malang banyak yang bukan keturunan dhalang, mereka sebagaian besar belajar atas dorongan bakat alami, yang kemudian digurukan kepada dhalang-dhalang yang dianggap senior.
Quote:
Pertunjukkan wayang Topeng Malangan yang ada sekarang ini merupakan pembaharuan dari tradisi wayangan sebelumnya yang mewujudkan suatu bentuk pertunjukkan multidimensi, sebagai manifesti pembaharuan unsur-unsur kesenian daerah setempat. Kini, dalam perkembangannya Wayang Topeng Malangan nyaris hanya terdapat empat tempat persemaian Topeng Malangan. Tumpang, Pakisaji, Wonosari dan Kromengan merupakan situs utama produksi dan kreasi Topeng Malangan. Namun kesemuanya secara homogen menampilkan cerita-cerita panji sebagai relasi pararelitas historis dengan sejarah Malang sendiri yang panjang yang sangat resisten terhadap kekuasaan Mataram. Akan tetapi yang pasti adalah topeng merupakan wujud kepribadian ganda (double coding), sebuah kedok masyarakat brang wetan untuk tidak menapilkan jatidiri yang sebenarnya agar tidak dapat teridentifikasi secara jelas oleh pusat pusat kekuasaan. Ini tentu sebuah siasat cerdas.
Quote:
Struktur Pertunjukan Wayang Topeng Malangan
Struktur pertunjukkan Wayang Topeng Malngan sekarang pada umumnya diawali oleh sajian gendhing-gendhing giro, kemudian tari ngerema (gaya putera atau putri) sebagai ucapan selamat datang kepada penonton. Setelah tari ngrema dilanjutkan lawakan ludruk (kadang-kadang tanpa pelawak), kemudian gendhing-gendhing talu wayangan. Dalam sajian pakeliran siklus waktunya dibagi lima tingkatan yaitu: Pathet sepuluh (Untuk gendhing talu saja), Pathet wolu, Pathet sanga, Pathet miring dan Pathet serang. Biasanya sebelum tancep kayon, sajian diakhiri dengan penampilan tari beskalan dan tayuban, oleh boneka perempuan dan laki-laki, yang diiringi gendhing ijo-ijo dilanjutkan gonjor
Struktur pertunjukkan Wayang Topeng Malngan sekarang pada umumnya diawali oleh sajian gendhing-gendhing giro, kemudian tari ngerema (gaya putera atau putri) sebagai ucapan selamat datang kepada penonton. Setelah tari ngrema dilanjutkan lawakan ludruk (kadang-kadang tanpa pelawak), kemudian gendhing-gendhing talu wayangan. Dalam sajian pakeliran siklus waktunya dibagi lima tingkatan yaitu: Pathet sepuluh (Untuk gendhing talu saja), Pathet wolu, Pathet sanga, Pathet miring dan Pathet serang. Biasanya sebelum tancep kayon, sajian diakhiri dengan penampilan tari beskalan dan tayuban, oleh boneka perempuan dan laki-laki, yang diiringi gendhing ijo-ijo dilanjutkan gonjor
Quote:

Quote:
Quote:
Wayang dalam Islam
Wayang merupakan hasil budaya yang memiliki nilai yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Kesempuranaan wujud wayang kulit yang dikenal sekarang ini, tidak terlepas dari peran para ahli masa lampau. Penciptaan wayang didasari oleh keyakinan yang dianut masyarakat pada saat itu. Dalam hal keyakinan atau kepercayaan yang dianut itu sangat menentukan terhadap tingkah laku atau perbuatan manusia, tidak ketinggalan kegiatan berkesenian juga mendapat pengaruh yang cukup besar.
Agma Islam yang ada pada dasarnya tidak menghendaki perwujudan mahluk hidup dalam bentuk nyata tidak sampai mengurangi nilai seni rupa wayang dengan menambah dan menyempurnakan seni wayang Para ahli masa lalu mengatakan “bahwa kesenian yang ada sebelum Islam adalah haram hukumnya”. Seni pada masa sebelum Islam diantaranya : wayang kulit yang diasumsikan mirip dengan wayang Bali, kemudian wayang Beber. Beberapa hasil seni seperti tersebut diatas, dianggap medatangkan kemusyrikan sehingga ditinggalkan. Namun dalam masa Islam ini wayang kulit menjadi sangat popular dan semakin sempurna penampilannya, ini merupakan suatu masalah yang perlu segera mendapat jawaban. Melihat kenyataan itu para ahli mencari jalan keluar agar wayang tidak bertentangan dengan syariat, melihat telah dikenalnnya wayang dalam masyarakat dan telah menjadi salah satu kegemarannya, merupakan aset besar untuk keperluan dakwah. Oleh karena itu akan menguntungkan bila dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran agama Islam.
Wayang merupakan hasil budaya yang memiliki nilai yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia. Kesempuranaan wujud wayang kulit yang dikenal sekarang ini, tidak terlepas dari peran para ahli masa lampau. Penciptaan wayang didasari oleh keyakinan yang dianut masyarakat pada saat itu. Dalam hal keyakinan atau kepercayaan yang dianut itu sangat menentukan terhadap tingkah laku atau perbuatan manusia, tidak ketinggalan kegiatan berkesenian juga mendapat pengaruh yang cukup besar.
Agma Islam yang ada pada dasarnya tidak menghendaki perwujudan mahluk hidup dalam bentuk nyata tidak sampai mengurangi nilai seni rupa wayang dengan menambah dan menyempurnakan seni wayang Para ahli masa lalu mengatakan “bahwa kesenian yang ada sebelum Islam adalah haram hukumnya”. Seni pada masa sebelum Islam diantaranya : wayang kulit yang diasumsikan mirip dengan wayang Bali, kemudian wayang Beber. Beberapa hasil seni seperti tersebut diatas, dianggap medatangkan kemusyrikan sehingga ditinggalkan. Namun dalam masa Islam ini wayang kulit menjadi sangat popular dan semakin sempurna penampilannya, ini merupakan suatu masalah yang perlu segera mendapat jawaban. Melihat kenyataan itu para ahli mencari jalan keluar agar wayang tidak bertentangan dengan syariat, melihat telah dikenalnnya wayang dalam masyarakat dan telah menjadi salah satu kegemarannya, merupakan aset besar untuk keperluan dakwah. Oleh karena itu akan menguntungkan bila dimanfaatkan sebagai sarana penyebaran agama Islam.
Quote:
Wayang sebelum Islam penggambarannya berdasar wujud yang dilihat dengan sedikit stilasi sesuai dengan materi dan tekniknya, sehingga hasilnya masih sangat dekat dengan wujud manusia. Berdasarkan pengalaman dan analisis terhadap wayang sebelum Islam, maka para ahli membuat wayang baru dengan stylasi berdasarkan pengertian tentang manusia. Oleh karena itu muncul penggambaran yang dipanjang-panjangkan. Seperti: hidung lancip yang berlebihan untuk tokoh alusan, leher dibuat sebesar lengan dan panjang, kemudian tangannya panjangnya hingga menyentuh kaki. Kemudian penggambaran mulut dibuat berliku-liku, yang tidak dijumpai manusia. Stylasi ini dilakukan hingga berhasil menggambarkan bentuk wayang yang kemudian dikenal seperti sekarang ini. Berkaitan dengan perwujudan wayang dalam masa Islam ini satu pendapat mengatakan bahwa: sesungguhnya bentuk wayang merupakan suatu kaligrafi huruf Arab dari tulisan yang berbunyi Allah.
Diubah oleh AIeRiqwan 16-01-2013 06:51
0
26.6K
Kutip
365
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan