Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

masterReadyAvatar border
TS
masterReady
[Nah ini dia] Bu Guru Menjemput “Bola”
Spoiler for Ibu Guru:
Bu Guru Menjemput “Bola”



Bu Guru Rosyidah, 32, bertugas di Aceh, tapi sering pergi ke Padang (Sumbar). Urusan ajar-mengajar kah? Bukan, dia ke sana ternyata dalam rangka “jemput bola” PIL-nya. Tapi saat “pertandingan bola” itu dilangsungkan diMeurah Meulia Aceh Utara, malah digerebek warga. Bahkan Safrizal, 42, sicowok duda babak belur digebuki massa.

Aturan baru sekarang, seorang guru dapat tunjangan sertifikasi harus mengajar minimal 28 jam dalam seminggu. Maka ketika Kurikulum 2013 bakal mengancam jumlah jam mengajarnya dalam seminggu, banyak guru yang resah lantaran takut tunjangan sertifikasi itu wasalam jadinya. Maklumlah, tanpa tunjangan sertifikasi yang diterimanya tiga bulan sekali itu, gaji guru hanya pas-pasan saja untuk hidup.

Nah, kalau Bu Guru Rosyidah belakangan menjadi sering ke Padang, apakah juga berkaitan dengan mengejar target jumlah jam mengajarnya? Sangat tidak mungkin. Masak dia menjadi guru tetap di Aceh Utara, kok ngobyek mengajr sampai Padang segala. Ternyata, di Padang dia punya “obyekan” lain yang tak bisa dinilai dengan uang. Di sini dia menemukan kegairahan hidupnya sebagai wanita. Soalnya, Safrizal sebagai duda kesepian, bisa memuaskan dirinya di atas ranjang. Jadi terus terang saja, Rosyidah ke Padang memang dalam rangka menjemput “bola”-nya Safrizal.

Sebenarnya, Bu Guru Rosyidah di Meurah Meulia Aceh Utara, sudah punya suami dan tiga orang anak. Tapi karena suaminya terlalu sibuk bekerja di luar kota, dia sebagai istri menjadi kurang terpelihara. Padahal, sebagai wanita cukup cantik di kelasnya, ketika di rumah ditelantarkan, di luar pasti banyak yang mau nyamber.

Dan itulah yang terjadi. Di sela-sela kesibukan ajar-mengajar, Rosyidah berkenalan dengan lelaki duda Safrizal yang tinggal di Padang. Rupanya keduanya sudah sama-sama cocok, sehingga ketika sudah terjadi koalisi lalu dilanjutkan pula dengan “eksekusi” di sebuah hotel. Rupanya Rosyidah sangat terkagum-kagum dengan pelayanan lelaki duda itu, sehingga manakala situasi demikian kondosif, keduanya menggelar cinta terlarang mereka secara berkesinambungan.

Sebagai orang sibuk, tak mungkin Safrizal harus ke Aceh terus. Sebagai jalan tengah, Rosyidah sendiri yang gantian mengalah datang ke Padang dalam rangka jemput bola. Bola satu ini memang sangat mengasyikkan, tidak pernah bikin heboh macam bolanya PSSI dan KPSI. Bolanya Safrizal juga tak bakal mempengaruhi VIVA, sehingga muncul ancaman baned segala. Mau main berapa kali dalam setahun, sesukak-sukak Safrizal – Rosyidh lah.

Begitulah, pertandingan bola non PSSI atau KPSI itu kadang digelar di Padang, kadang digelar di Aceh Utara. Cuma sial beberapa hari lalu, saat Safrizal – Rosyidah bertanding di Lhoksukon di rumah Rosyidah sendiri, tahu-tahu digerebek warga. Rupanya mereka sudah mencermati selama ini, sehingga begitu keduanya masuk rumah langsung digerebek. Baru pemanasan atau sudah ketanggungan, tak peduli. Kamar didobrak, dan Safrizal digebuki sampai babak belur.

Sebelum diserahkan ke WH (Satpol PP) Safrizal mengakui bahwa dia baru saja mengantar Rosyidah dari Padang. Begitu melihat situasi di rumah sangat kondusif, keduanya pengin menggelar pertandingan lagi. Tapi apa pun yang terjadi, Safrizal mengaku siap menikahi Rosyidah jika sudah dicerai suaminya. “Saya masih menunggu sikap suami Rosyidah yang masih ada di luar kota,” kata Safrizal.

Serahkan WH? Wah, pantat bisa habis tuh. (JPNN/Gunarso Ts)

sumber

----------------
Oper bola yang tidak tergantung PSSI-KPSI dan tidak takut di baned VIVA,,,, meluncurlah k padang emoticon-Genit
Diubah oleh Kaskus Support 03 09-06-2015 05:49
0
12.4K
41
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan