- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Awas! Infeksi Penyebab Kematian Terbesar di RS


TS
Ferdy.Miftakhul
Awas! Infeksi Penyebab Kematian Terbesar di RS
Quote:
Misi agan-agan semua...
Numpang share ya gan... buat referensi agan-agan...
Semoga gak

jika berkenan kasi

Quote:

Quote:
Hampir semua orang selalu beranggapan dan terpikir bahwa rumah sakit adalah tempat paling sehat (higienis) karena keadaan ruangannya yang selalu bersih.
Namun salah besar bila pengunjung rumah sakit merasa aman dari penyebaran penyakit saat berada di sana. Sesungguhnya rumah sakit lebih besar potensi bahayanya akan serangan infeksi pemicu kematian dibanding tempat lain.
Keadaan itu terjadi karena rumah sakit rentan dengan penularan kuman-kuman penyakit. Infeksi rumah sakit yang disebut juga dengan infeksi nosokomial ini menyebar dengan melibatkan banyak pihak, seperti pasien, tenaga kesehatan, dan pengunjung.
Tak hanya itu, penyebaran juga terjadi melalui alat-alat medis serta fasilitas atau peralatan di rumah sakit. Saat seorang pengunjung berinteraksi dengan pasien atau menyentuh ranjang pasien yang membuat kuman penyakit berpindah ke telapak tangan satu sama lainnya
"Rumah sakit adalah sumber dari segala penyakit," tegas Dr Robert Imam Sutedja, Ketua Kompartemen Umum dan Humas Persi (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) dalam acara konferensi pers 'Simposium Ilmiah Teknologi Mutakhir sebagai Perlindungan dari Kuman', belum lama ini di Hotel Kempinski Jakarta.
Menurutnya, RS memang sudah dapat dipastikan sebagai sarang infeksi, banyak kuman yang berkembang biak dan mengancam di rumah sakit. Infeksi yang terjadi akibat interaksi yang berlangsung di rumah sakit ini dikenal dengan infeksi nosokomial.
"Makanya anak kecil dilarang ke rumah sakit, karena daya tahannya masih rendah. Bukannya tidak boleh menjenguk, tapi karena bisa terjangkit nosokomial," tambah Dr Robert.
Lebih jauh Dr Robert mengungkapkan, penyebaran infeksi nosokomial ini dapat terjadi melalui beberapa cara mulai dari interaksi langsung maupun tidak langsung yang terjadi di rumah sakit, antara petugas medis kepada pasien, pasien satu kepada pasien lainnya, pasien kepada orang yang berkunjung sampai penularan melalui udara, misalnya saat bersin, batuk dan berbicara.
Tak hanya itu, sambungnya, penularan melalui inhalasi juga bisa menjadi tempat penyebaran infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia.
Sedangkan di Indonesia, penelitian yang dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta tahun 2004 menunjukkan 9,8 persen pasien rawat inap mendapat infeksi nosokomial.
"(Angkanya) tinggi karena infeksinya tidak terdeteksi. Belum lagi pemasangan alat di rumah sakit misalnya infus, membuat kekebalan tubuh pasien semakin menurun, karena alat-alat itu kan benda asing, jadi penularan infeksi semakin tinggi," jelas Costy Pandjaitan CVRN, SKM, MARS, Ketua Himpunan Perawat Pengendalian Infeksi Indonesia.
Menurut Costy, infeksi nosokomial paling banyak terjadi pada Bekas luka operasi, operasi saluran kemih,Pneumonia yang tertular dari alat bantu pernapasan, danInfeksi aliran darah primer, yang biasanya masuk ke tubuh melalui infus.
"Untuk mencegahnya, harus memperhatikan kebersihan tangan (hand hygiene), karena tangan itu sarangnya kuman. Cuci tangan sebelum masuk dan keluar rumah sakit, sebelum memegang pasien. Dan penjenguk yang sedang tidak sehat seperti sedang flu, jangan mengunjungi rumah sakit," tutur Costy.
Sementara itu, Dalam sebuah studi, peneliti berhasil mengungkapkan pentingnya pengontrol infeksi pasif di rumah sakit, sebuah metode yang tidak mengandalkan pada staf medis atau pasien untuk mengingat dan melakukan tindakan.
Selama ini, diketahui bahwa berbagai obyek di kamar pasien di rumah sakit merupakan kawasan perkembangbiakan potensial bakteri yang menyebabkan infeksi.
Menurut Michael Schmidt, Vice Chairman of Microbiology and Immunology, Medical University of South Carolina, yang melakukan penelitian, bakteri di permukaan ruang ICU bertanggungjawab hingga 80 persen infeksi yang menyerang pasien.
Untuk itu, mengurangi jumlah bakteri di sekeliling pasien dipastikan akan menurunkan risiko infeksi secara signifikan.
“Pasien rumah sakit punya peluang 1:20 untuk terkena infeksi, dan bagi mereka yang terkena, 1:20 di antaranya berpeluang menghadapi kematian akibat infeksi itu,” kata Schmidt.
Di Amerika Serikat sendiri, infeksi yang didapat dari rumah sakit diperkirakan telah membunuh 100 ribu orang dan menyebabkan kerugian hingga US$45 miliar per tahun.
Pada penelitian ini, Schmidt memantau kondisi kebersihan rumah sakit Memorial Sloan Kettering Cancer Center di New York, Medical University of South Carolina, dan Ralph H. Johnson VA Medical Center di Charleston. Di sana Schmidt memperhatikan obyek seperti pegangan pada ranjang, permukaan meja makan di ranjang, tombol pemanggil suster di dinding, dan tiang infus.
Schmidt kemudian mengganti peralatan-peralatan tersebut dengan alat serupa namun yang menggunakan bahan tembaga antimikrobial.
Hasilnya, dari pengujian laboratorium, terungkap bahwa jika dibersihkan secara reguler, alat-alat yang menggunakan bahan tembaga antimikrobial itu mampu membunuh lebih dari 99,9% bakteri MRSA, VRE, Staphylococcus eureus, Enterobacter aerogenes, Pseudomonas aeruginosa, dan E. coli.
Meski banyak faktor-faktor lain yang berkontribusi terhadap risiko infeksi, persentasenya kemungkinan akan berbeda tergantung kondisi di lapangan. Tetapi yang pasti, kini peneliti bisa mengetahui apa yang perlu dilakukan untuk meminimalisir jumlah pasien yang terkena infeksi justru akibat masuk ke rumah sakit.


tien212700 memberi reputasi
1
2.8K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan