- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Natal Adalah Hari Muram Bagi Orang Miskin


TS
r.c.t.i.o.k
Natal Adalah Hari Muram Bagi Orang Miskin
Spoiler for catatan:
Kisah ini bertajuk Christmas Is A Sad Season For The Poor karya JOHN CHEEVER dan pertama kali diterbitkan di jurnal The New Yorker pada tahun 1949.
>> JOHN CHEEVER adalah seorang penulis asal Amerika Serikat yang sering disandingkan dengan Anton Chekhov. Kumpulan cerita pendeknya, The Stories of John Cheever, telah memenangkan Penghargaan Pulitzer dan National Book Critics Circle Award. Tema-tema yang sering diangkatnya adalah dualitas kepribadian dalam diri manusia yang tak jarang saling berlawanan. Ia telah menulis puluhan novel dan kumpulan cerita pendek.[URL="http://fiksilotus..com/"]link[/URL]
>> JOHN CHEEVER adalah seorang penulis asal Amerika Serikat yang sering disandingkan dengan Anton Chekhov. Kumpulan cerita pendeknya, The Stories of John Cheever, telah memenangkan Penghargaan Pulitzer dan National Book Critics Circle Award. Tema-tema yang sering diangkatnya adalah dualitas kepribadian dalam diri manusia yang tak jarang saling berlawanan. Ia telah menulis puluhan novel dan kumpulan cerita pendek.[URL="http://fiksilotus..com/"]link[/URL]
Quote:
Hari Natal adalah waktu yang menyedihkan. Kalimat tersebut terlintas di benak Charlie begitu ia terbangun oleh suara jam weker yang meraung seolah tanpa henti; dan kalimat itu juga yang akhirnya memberikan ‘nama’ pada perasaan yang semalam suntuk sempat memberatkan hatinya. Langit di luar jendela kamar tampak hitam. Charlie bangkit duduk di atas ranjang dan menarik seutas tali yang menggantung di depan hidung untuk menyalakan bohlam lampu. Natal adalah hari yang paling menyedihkan dibandingkan hari-hari lain sepanjang tahun, pikirnya. Dari jutaan orang yang tinggal di New York, batin Charlie pada diri sendiri, hanya aku yang harus bangun pada pukul 6 pagi di Hari Natal sambil memerangi udara dingin—hanya aku.
Charlie pun berpakaian dan menuruni anak tangga ke lantai bawah rumah kos-kosan. Ia mendengar dengkuran tidur penghuni rumah lainnya; dan satu-satunya lampu yang menyala adalah lampu yang semalam lupa dimatikan. Tak lama kemudian, Charlie menyantap sarapan pagi di sebuah tenda makanan yang buka sepanjang malam. Lalu ia naik kereta ke tengah kota. Dari Third Avenue, ia berjalan ke arah Taman Central Park. Di saat itu, Park Avenue masih terlihat gelap. Lampu jalan yang bersinar terang justru menunjukkan jendela-jendela perumahan yang hitam kelam. Jutaan warga masih tertidur lelap, dan karena itu seisi kota nampak seperti kota mati, seolah kiamat telah datang dan kota ini ditelantarkan begitu saja.
Charlie pun berpakaian dan menuruni anak tangga ke lantai bawah rumah kos-kosan. Ia mendengar dengkuran tidur penghuni rumah lainnya; dan satu-satunya lampu yang menyala adalah lampu yang semalam lupa dimatikan. Tak lama kemudian, Charlie menyantap sarapan pagi di sebuah tenda makanan yang buka sepanjang malam. Lalu ia naik kereta ke tengah kota. Dari Third Avenue, ia berjalan ke arah Taman Central Park. Di saat itu, Park Avenue masih terlihat gelap. Lampu jalan yang bersinar terang justru menunjukkan jendela-jendela perumahan yang hitam kelam. Jutaan warga masih tertidur lelap, dan karena itu seisi kota nampak seperti kota mati, seolah kiamat telah datang dan kota ini ditelantarkan begitu saja.
LANJUT KE BAWAH
V
V
V
V
0
2K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan