Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahonaraokeAvatar border
TS
mahonaraoke
Peringatan Natal adalah peringatan kaum Muslimin juga
Quote:


Masyarakat Indonesia adalah salah satu bentuk kehidupan bermasyarakat yang kental dengan nuansa keramahan, keakraban, tepo sliro dan lain sebagainya. Dalam keragaman adat dan budaya yang ada di Indonesia, masyarakat dapat menerima dan mengelaborasikannya dengan sangat baik. Dengan rasa dan keramahan itulah yang menyebabkan minimnya gesekan dan konflik pada masyarakat. Terlihat jelas bahwa konflik yang terjadi adalah kurangnya keakraban dan keramahan dalam masyarakat. Ini yang akan sulit ditemukan di negara lain. Indonesia terdiri atas beragam agama dan bermacam suku bangsa, budaya dan bahasa, namun dapat disatukan dengan sedemikian indah, dinamis dan rukun. Meskipun orang jawa menyebut bahan sambal itu namanya lombok, lalu orang lain menyebutnya cabai, tidak ada satupun yang ngotot akan kebenaran bahasanya untuk dijadikan kebenaran mutlak dan universal, karena mereka yakin bahwa kebenaran universalnya adalah yang mereka maksud ya itu, sesuatu yang kalau digigit rasanya pedas. Ini yang dijunjung tinggi masyarakat Indonesia.

Di tengah keragaman bangsa ini, ada sekelompok tertentu yang mencoba mengaburkan keramahan bangsa Indonesia. Budaya asli indonesia kemudian dilarang, dihapus lalu digantikan dengan budaya yang entah dari mana asalnya. Salah satunya dalam hal keramah-tamahan antar umat beragama. Hari ini, jelang natal, permasalahan tersebut lagi-lagi diangkat ke permukaan. Ada sebagian pihak yang melarang seorang muslim memberikan ucapan selamat natal kepada umat yang merayakannya. Alasan yang diungkapkan antara lain sebagai berikut:

-Tidak ada tuntunan dari Nabi, ataupun keterangan bahwa Nabi mengucapkan selamat kepada pengikut agama lain.

-Memberi selamat dan merayakan berarti mengakui kebenaran agama lain tersebut. padahal keselamatan hanyalah milik muslim semata

Ada pula sebuah kisah dialog antara dua orang yang menggambarkan keharaman natal, sebagaimana dialog berikut :
Muslim : bagaimana natalmu ?
David : baik, kau tidak mengucapkan selamat Natal padaku ?

Muslim : tidak, agama kami menghargai toleransi antar agama,
termasuk agamamu, tapi masalah ini, agama saya melarangnya..
David : tapi kenapa, bukankah hanya sekedar kata2 ? Teman muslimku yg
lain, mengucapkannya padaku ?
Muslim : mungkin mereka belum mengetahuinya… David, kau bisa
mengucapkan "Dua Kalimat Syahadat" ?
David : oh tidak, saya tidak bisa mengucapkannya… Itu akan
mengganggu Kepercayaan saya…
Muslim : kenapa ? Bukankah hanya kata2 ? Ayo, ucapkanlah …
David : sekarang, saya mengerti..

Tiga poin tersebut di atas ditambah sebuah kisah drama antar umat beragama tersebut di atas menjadi toping yang saya ketengahkan dalam catatan ini.
Pertama, mengenai tuntunan dari Nabi maupun contoh yang dilaksanakan, sehingga menurut opsi tersebut kita juga seharusnya tidak melaksanakannya. Inilah yang merupakan pangkal kejahilan dan kejumudan manusia. Tak tahu mana perbedaan antara fiqh dan syariah, tak bisa membedakan mana ibadah dan muamalah, semua dipukul sama rata, mengikuti rasul, dan menolak bid'ah, apapun bentuknya.

Dalam hal ini, ucapan selamat natal dalam konteks indonesiawi adalah murni urusan muamalah, hubungan kemanusiaan, dan sama sekali bukan masuk ke dalam ranah ibadah mahdhah. Ia bukan merupakan kewajiban teologis, namun ia adalah kelaziman sosial yang menunjukkan mana orang yangberetika, dan mana yang tidak. Sehingga larangan dikarenakan tidak adanya dalil jelas tidak dapat diterapkan dalam hal ini, terlebih memaknai hal ini sebagai ibadah mahdhah dan hal muamalah yang notabene "antum a'lamu biumuri dunyakum".

Kedua, mengenai pengakuan kebenaran atas agama lain. Adalah naif jika mengartikan ungkapan selamat sebagai pengakuan atas sebuah kebenaran. Ketika mengatakan selamat datang, selamat jalan, dan ungkapan senada lain tentu yang mendasarinya adalah peristiwa datang, jalan, pulang dan lain sebagainya, bukan motivasi ataupun dasar dari peristiwa tersebut. Dalam ungkapan selamat natal, yang kita beri selamat adalah perayaannya, bukan faktor penyebab dan filosofi dari perayaannya, apalagi terkait benar-tidaknya perayaan tersebut. Sekali lagi, yang diberi selamat adalah perayaannya, bukan filosofinya. Kemudian mengartikan keselamatan hanya milik muslim semata, atas dasar apa? Dapat saja anda seenaknya menggunakan parameter tuhan dalam menilai seseorang selamat atau tidak, tapi jangan menjadi tuhan itu sendiri. Gunakan parameter tersebut pada diri pribadi tanpa perlu melontarkan apalagi memvonis orang lain. Sebuah kenaifan apabila seorang manusia yang maha lemah mencoba menjadi "ahkamul hakimin". Apalagi mengenai pengakuan kebenaran. Adakah jaminan orang yang mengatakan itu mengakui, dan yang tidak mengatakan bermakna mengingkari? tentu tidak ada jaminan.

Terkait dialog tersebut, saya rasa ini adalah salah satu bentuk pembodohan kepada masyarakat. Bagaimana bisa ungkapan selamat natal disandingkan dengan ucapan syahadat? Harusnya ungkapan tersebut disetarakan dengan selamat puasa, selamat idul fitri dan lain sebagainya yang setara. Jelas donk, bagaimana ini adalah bentuk pembodohan.

Wahbah Zuhaili mengatakan :
لا مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم.
Artinya: Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka.

Berikut pendapat Yuruf Qaradawi :
يرى جمهور من العلماء المعاصرين جواز تهنئة النصارى بأعيادهم ومن هؤلاء العلامة د.يوسف القرضاوي حيث يرى ان تغير الاوضاع العالمية هو الذي جعله يخالف شيخ الاسلام ابن تيمية في تصريحه بجواز تهنئة النصارى وغيرهم بأعيادهم واجيز ذلك اذا كانوا مسالمين للمسلمين وخصوصا من كان بينه وبين المسلم صلة خاصة، كالأقارب والجيران في السكن والزملاء في الدراسة والرفقاء في العمل ونحوها، وهو من البر الذي لم ينهنا الله عنه، بل يحبه كما يحب الإقساط إليهم (ان الله يحب المقسطين) ولاسيما اذا كانوا هم يهنئون المسلمين بأعيادهم والله تعالى يقول (وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها)».
ويرى د.يوسف الشراح انه لا مانع من تهنئة غير المسلمين بأعيادهم ولكن لا نشاركهم مناسبتهم الدينية ولا في طريقة الاحتفالات، ويبقى الأمر ان نتعايش معهم بما لا يخالف شرع الله، فلا مانع اذن من ان يهنئهم المسلم بالكلمات المعتادة للتهنئة والتي لا تشتمل على اي اقرار لهم على دينهم أو رضا بذلك انما هي كلمات ؅جاملة تعارفها الناس.

Kesimpulannya, saya sama sekali tidak melihat keburukan dari hal tersebut di atas. Muslim boleh mengucapkan selamat natal, asalkan tidak mengikuti prosesi natal tersebut, sama sebagaimana kristiani boleh mengucapkan selamat idul fitri namun tidak boleh ikut sholat bersama. Mari kita wujudkan masyarakat islam yang indonesiawi, dan masyarakat indonesia yang islami. Masyarakat yang penuh keramahan, tepo sliro, toto kromo, penuh santun, diiringi kesopanan dan penuh kerukunan baik intra maupun antar umat beragama. (sumber)

Quote:


emoticon-I Love Indonesia (S)
emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)
emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)
Diubah oleh mahonaraoke 20-12-2012 18:30
0
3.1K
31
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan