- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Bangga gan film dokumenter bangsa kita dapat penghargaan tingkat internasional


TS
i.combrox
Bangga gan film dokumenter bangsa kita dapat penghargaan tingkat internasional
Bismilliah

seblumnya maaf kalonya ane repost

Spoiler for repost?:

Bangga gan film dokumentar kita meraih penghargaan tingkat internasional


Quote:

JAKARTA, KOMPAS.com -- Film dokumenter Indonesia mampu bersaing dengan film dokumenter dari negara Asia lainnya dalam meraih penghargaan dalam edisi perdana ChopShots Documentary Film Festival Southeast Asia yang diselenggarakan di Jakarta bulan ini. Film dokumneter berjudul Denok dan Gareng karya sutradara Dwi Sujanti Nugraheni meraih juara kedua Best International Documentary.
Pemenang pertama untuk Best International Documentary jatuh pada film dokumenter berjudul CHAR... the No-Man's Island karya sutradara Sourav Sarangi dari India.
Tim juri internasional menilai film dokumenter ini berhasil dalam menggambarkan permasalahan kemanusiaan dalam skala yang begitu epik (baik masalah sosial, budaya, ekonomi, dan politik) dan menghubungkannya dengan kehidupan pribadi para karakternya.
Lewat kumpulan berbagai scene yang kuat dan gambar-gambar yang berkesan, film ini menyelami keintiman universal di antara keluarga dan anggota komunitas, sekaligus di saat yang bersamaan mengungkap bangunan budaya dan politik yang rumit di perbatasan India dan Bangladesh. Ini adalah kisah tentang cinta, tanggung jawab, keputusasaan, dan harapan yang berjejalin diantara detail-detail sinematografi yang menakjubkan.
Adapun pilihan pada film dokumenter Denok dan Gareng karya sutradara Dwi Sujanti Nugraheni sebagai juara terbaik kedua, karena film ini mampu membawa penonton pada sebuah perjalanan emosional yang menjanjikan ke dalam dunia para protagonisnya lewat penggunaan alat dan bangunan penceritaan yang cerdas. Dalam film dokumenter ini, penonton dapat menyaksikan tantangan kesehariaan Denok dan Gareng yang membuat kita berpikir mengenai berbagai isu, seperti ikatan kekeluargaan, pendidikan, dan juga tanggung jawab akan masa depan bagi generasi berikutnya.
Penghargaan lainnya, yakni Jury Special Mention Prize untuk film dokumenter berjudul Tondo, Beloved: To What Are The Poor Born? karya sutradara Jewel Maranan dari Filipina. Selain itu, penghargaan ini diberikan paa film Blush of Fruit, karya sutradara Jakeb Anhvu dari Australia/Vietnam.
Sementara itu, para juri film pendek memberi perghargaan kategori Best SEA Short Documentary pada film berjudul The Hills Are Alive, karya sutradara Steve Pillar, dari Indonesia.T empat kedua diraih sutradara Seng Mai dari Myanmar lewat karyanya The Social Game.
Penghargaan lainnya yakni Audience Award untuk film The Cheer Ambassadors, karya sutradara Luke Cassady-Dorion dari Thailand, dan Travel Grant for the Best DocNet Campus Project diraih Ditsi Carolino/ Filipina untuk The Land to Till.
Lulu Ratna dari Goethe-Institut di Jakarta, mengemukakan bahwa ChopShots Documentary Film Festival Southeast Asia telah menyelesaikan lima hari yang menakjubkan bersama film-film dari seluruh penjuru dunia dengan perhatian khusus kepada Asia Tenggara, berbagai panel diskusi, fringe events, satu minggu masterclass yang penuh dengan perdebatan tentang pembuatan film, dunia media, dan forum pitching khusus bagi para pelajar dengan proyek-proyek baru yang sedang mereka kembangkan.
Malam penghargaan pada 9 Desember diawali dengan pertunjukan khusus pembuat film Khavn de la Cruz ditemani para musisi yang tergabung dalam The Cambodian Space Project dalam menampilkan soundtrack yang mengiringi pemutaran kompilasi film pendek karyanya. Atmosfir yang menyenangkan dan santai dari pesta penutupan berpuncak pada kerumunan tamu yang bergoyang bersama The Cambodian Space Project.
"Film-film pemenang yang telah dipilih bersama beberapa film-film ChopShots berharga lainnya akan segera berada dalam perjalanan bersama ChopShots Travel Fest ke berbagai negara tetangga dan rekan DocNet Asia Tenggara, yakni Kamboja, Filipina, Myanmar, Thailand, dan Vietnam," jelas Lulu, Rabu (12/12/2012) di Jakarta.
source
Quote:
Sedikit Sinopsisnya gan
Kenapa Denok & Gareng menjadi penting menjadi film dokumenter? Kisah ini adalah kisah dua orang manusia yang harus menghadapi belitan kerumitan hidup, isu kesulitan ekonomi, kurangnya pendidikan, relasi keluarga, saudara serumah, orang tua, konflik dan harapan.
Dalam berbagai scene yang idikuti oleh tim dokumenter Heni dan kawan-kawan ini, terlihat betapa nyaman subyek dialog atau berdiskusi keluarga satu sama lain. Bagaimana mereka menghadapi kesulitan hidup hari ke hari, bahkan uang menipis yang dialami hari per hari, terasa begitu pahit, sampai penonton pun pasti turut menyelami kepedihan itu.
Yang menjadi menarik, kedua tokoh ini, juga keluarganya selalu menyelipkan humor atau kelakar dengan keseluruhan obrolan dalam Bahasa Jawa keseharian. Walaupun kepedihan hidup pasti akan dihadapi oleh manusia, tapi dihadapi dengan tawa dan canda, mungkin itu prinsip Denok dan Gareng.
Sosok ibunda Gareng, yang juga pekerja keras dari matahari belum terbit sampai malam, juga sangat menarik. Beliau yang ditinggal suami, malah menertawakan dirinya sendiri, punya suami yang kabur. Kesederhanaan dan ketabahannya, terlihat dalam cara ngobrolnya yang mungkin lugu, tapi penuh kedalaman perenungan yang kadang tidak disadari penonton. Dalam berbagai kasus perekonomian keluarga dan kekerasan terhadap perempuan, korban utama memang selalu perempuan. Seperti sebuah teori mengatakan, kemiskinan itu berwajah perempuan, maka itu benar-benar terjadi. Entah berapa banyak janda seperti ibundanya Gareng yang harus berjuang keras memberi makan keluarganya tanpa system pendukung yang kuat.
Sosok Gareng lelaki yang jadi kepala keluarga, juga berusaha tampil pagi adik-adiknya, walaupun secara kontradiktif, Gareng tergambar suka minum arak atau anggur, mabuk dan mengeluh pada kehidupannya. Kesakitan dan kesulitannya berusaha disembunyikan dengan gaya hidup anak jalanan yang sering kadang akrab dengan kekerasan, canda kegetiran dan alcohol.
Sementara sosok Denok, digambarkan menerima kehidupannya, walaupun sesekali juga masih harus berhadapan dengan urusan anaknya, yang dititip di rumah ayahandanya, supaya bisa bersekolah dengan lebih baik. Dilema menjadi ibu yang baik, mendampingi suami dan menjadi menantu yang baik. Denok juga seorang survivor dari kekerasan terhadap perempuan, harus membesarkan anak sendiri dan ditinggal oleh ayah dari anaknya. Walaupun pada akhirnya Denok mendapatkan Gareng yang kebetulan sayang dan mau mengurusi juga anaknya.
Sayangnya saya sendiri merasa kadang porsi Denok dan keluarganya, kurang terlalu tergarap dengan lebih banyak. Fokus cerita memang masih pada keluarga Gareng.
Untuk itu, saya mengucapkan selamat pada Heni dan kru film Denok & Gareng, karena kesabaran dan perjuangannya selama bertahun-tahun, mengikuti keluarga ini dan mendapatkan momen menarik dalam kehidupan mereka. Sebuah ketahanan berdokumenter sejati yang teruji yang akhirnya tentu menjadi suatu dokumenter yang intim, seperti menonton drama keluarga dan bahkan berempati pada subyeknya.
Buat Denok dan Gareng, apapun kesulitan hidup itu, pasti mereka bertahan dari tahun ke tahun sampai kapanpun. Dalam filosofi orang jawa ada ungkapan Mangan Ora Mangan, Sing Penting Ngumpul, biarpun tidak makan tetap kumpul. Mungkin pepatah itu pas sekali dalam film ini. Kehidupan guyub dalam satu keluarga Jawa di tengah kesulitannya, menjadi penguat penopang semua masalah. Selamat ya Denok dan Gareng, sudah berani membuka ruang hidupnya, kamarnya, ceritanya dan kenyataan hidupnya, buat para penonton Dokument
source
Quote:
ane bangga gan semoga karya Indonesia lebih bermanfaat dan lebih baik lagi

Quote:
kalo berkenan bagi agan yang baik hatinya boleh bagi
kalo nggak boleh bantu 


Diubah oleh i.combrox 12-12-2012 13:42
0
2.6K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan