PEKANBARU, KOMPAS.com — Rahmat Syahputra, Site Administrasi Manajer Proyek Stadion Utama Riau (Kerja Sama Operasi/KSO tiga BUMN, PT Pembangunan Perumahan, PT Adhi Karya, dan PT Wijaya Karya), mengakui dialah yang mengantarkan uang sejumlah Rp 2,7 miliar ke Hotel Seraton, Jakarta, sekitar Februari 2012 lalu.

ang itu disebut-sebut diserahkan kepada anggota DPR untuk memuluskan rencana penambahan anggaran Stadion Utama PON Riau.

"Uang itu saya antar dalam bentuk dollar Amerika dimasukkan dalam tas warna hitam, Pak Hakim," ujar Rahmat kepada Isnurul, Ketua Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Negeri Pekanbaru, Isnurul, Rabu (12/12/2012), saat bersaksi untuk terdakwa Lukman Abbas, mantan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau.

Hanya, Rahmat mengaku tidak tahu persis siapa yang menerima uang miliaran rupiah itu karena dia hanya orang suruhan dari Komite Manajemen KSO Dicky Eldianto.

Meski demikan, Rahmat mengakui, Dicky menceritakan bahwa uang itu akan dipakai untuk mengurus penambahan anggaran pembangunan sarana PON Riau dari dana APBN.

Rahmat merupakan salah seorang yang tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi saat menyerahkan uang suap senilai Rp 900 juta kepada anggota DPRD Riau, yang diwakili oleh Faisal Aswan.

Suap yang diistilahkan sebagai uang lelah itu digunakan untuk meloloskan revisi Perda No 6/2010 tentang penambahan anggaran Pembangunan GOR Menembak PON Riau 2012 sebesar Rp 20 miliar.

Dari berbagai kesaksian sidang di PN Pekanbaru, ternyata uang suap bukan hanya untuk revisi perda, melainkan merembet sampai kepada anggota DPR. Hanya, sampai saat ini, KPK juga belum menetapkan tersangka dari kalangan di Senayan itu. Adapun Rahmat sudah dihukum selama dua setengah tahun penjara.
Editor :Robert Adhi Ksp



prestasi yg luar biasa...cetarrrr membahana