kalo berita-berita tentang Perebutan Hak Paten antara Samsung dan Apple, tentu banyak Kaskuser yang udah pada tau. tapi, kalo berita tentang Rebutan Saham SAMSUNGmungkin masih jarang yang tau (meski berita ini sudah sejak beberapa bulan yang lalu). So, perebutan saham di perusahaan dengan penjulan HP terbanyak di dunia ini, antara pihak mana dan mana? Langsung aja kita simak berita selengkapnya
Quote:
Warga Korea Selatan (Korsel) disuguhi tontotan drama menarik, akhir pekan lalu. Mirip drama Korea yang mengharu-biru: ada intrik, pengkhianatan, juga dilema persaudaraan. Tayangan yang tentu juga sangat laku di Indonesia. Hanya saja, drama ini tidak tayang di televisi, melainkan di dunia nyata. Tema drama ini adalah soal perebutan harta warisan. Pemeran utamanya adalah Lee Kun-Hee, 70 tahun, bos Grup Samsung Electronics sekaligus orang terkaya di Korsel.
Plotnya dimulai dari almarhum Lee Byung-Chull, yang mendirikan Samsung pada 1938.Dia memiliki delapan anak --tiga laki-laki dan lima perempuan. Namun, ketika Byung-Chull meninggal pada 1987, ia menunjuk anak laki-laki ketiganya, Lee Kun-hee, sebagai ahli waris.
Boleh jadi, pilihan sang ayah itu tepat. Kun-hee --yang terkenal bertemperamen tenang dan bertangan dingin-- sukes membawa Samsung menjadi salah satu perusahaan elektronik terkaya di dunia, dengan laba bersih mencapai US$ 21,1 milyar pada 2010. Kun-hee juga sukses mengembangkan sayap Samsung ke bidang lain, dari bisnis asuransi (Samsung Life) hingga bisnis kartu kredit (Samsung Card). Kekayaan pribadinya ditaksir mencapai US$ 8,3 milyar. Oleh majalah Forbes, ia ditempatkan sebagai orang terkaya nomor 106 di dunia.
Namun, di sisi lain, pilihan sang ayah menjadi pemicu masalah. Nasib saudara-saudaranya yang lain tidak seberuntung itu. Walau mereka sebenarnya tetap kaya dan memiliki perusahaan sendiri, enam saudara kandungnya itu tetap saja ''miskin'' bila dibandingkan dengan Kun-hee. Tujuh anak yang lain jadi merasa tersingkir, terutama anak laki-laki tertua, Lee Maeng-hee, yang merasa ayahnya tidak berlaku adil.
Normalnya, konflik keluarga seperti ini tidak akan terbuka ke publik. Apalagi, di Korsel, yang sangat kental dengan budaya Konfusius, aib seperti itu akan ditutup rapat-rapat dan tidak menjadi konsumsi umum.
Tapi, sejak Maeng-hee menggugat ke pengadilan pada Februari lalu, menuntut pembagian saham di Samsung yang dia anggap merupakan hak warisnya, keretakan di keluarga Samsung itu kian terbuka. Maeng-hee menuding adiknya rakus. Sedangkan Kun-hee mengklaim bahwa kakaknya itu sudah lama ''didepak''oleh ayahnya karena tidak becus berbisnis.
Makin hari, pertengkaran di antara ahli waris Samsung itu kian panas dan pribadi. Apalagi setelah beberapa anak yang lain, salah satunya Lee Sok-hee --kakak perempuan tertua-- ikut mendukung Maeng-hee dan sama-sama menggugat Kun-hee. ''Kerakusan dialah (Kun-hee) yang menyebabkan pertengkaran ini. Saya percaya, kebenaran akan terungkap dalam gugatan ini,'' kata Maeng-hee, seperti dikutip harian Korea Herald.
Sosok Kun-hee yang biasanya kalem dan jarang bicara ke media juga mulai berubah. Nadanya mulai keras. Dari menegaskan bahwa ia tidak akan membayar ''satu sen pun'' sampai sampai puncaknya, Selasa lalu, dia membuka keburukan abang kandungnya itu kepada wartawan. ''Dia (Maeng-hee) bilang bahwa dia kakak tertua, tapi tidak seorang pun di keluarga kami menganggapnya demikian, termasuk saya. Saya tidak pernah melihatnya datang pada acara ulang tahun kematian ayah kami,'' katanya.
Ucapan bos besar Samsung itu mengungkapkan hal terburuk mengenai seorang anak. Sebab, dalam tradisi Konfusius, ulang tahun kematian adalah peristiwa penting. Para anak seharusnya berkumpul dan mengadakan ritual keluarga.Ini sama saja mengatakan bahwa Maeng-hee anak durhaka.
Tidak cuma itu. Kun-hee bahkan membeberkan bahwa sekitar 30 tahun lalu, abangya pernah mencoba membuat ayah mereka dipenjara dengan membuat laporan palsu kepada aparat. ''Ayah saya sudah menyatakan, Maeng-hee bukan lagi anaknya,'' tuturnya.
Sedangkan mengenai kakak perempuannya, Lee Sok-hee, yang juga menggugat, Kun-hee mengatakan bahwa dulu dia memang anak kesayangan ayahnya. Tapi kemudian Sok-hee menikah dengan pria dari keluarga konglomerat elektronik pesaing Samsung dan justru lebih mendukung perusahaan keluarga suaminya. ''Dia sering dikritik setelah menikah dengan pria dari keluargaGoldStar (kini LG) karena kedua keluarga ini berbisnis elektronik. Dia juga sering datang ke rumah dan meminta Ayah melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan untuk keluarga suaminya.Karena itu, dia tidak diberi saham oleh Ayah,'' katanya.
Tidak mengherankan, pembongkaran aib pribadi itu membuat banyak pihak geleng-geleng kepala. Harian The Hankkyoreh di Seoul, misalnya, menyindir bahwa pertengkaran di antara ahli waris Samsung ini telah berubah menjadi ''opera sabun kelas II''.
Sikap keras Kun-hee itu sepertinya terjadi karena gugatan tersebut berpotensi melengserkan dominasinya di Samsung.Pasalnya, Maeng-hee menuntut pembagian saham hampir 1 trilyun won atau setara dengan US$877 juta di Samsung Life, yang merupakan induk perusahaan Samsung Electronics.
BIla gugatan itu dikabulkan pengadilan, Maeng-hee bisa menguasai Samsung Life, yang otomatis juga akan menguasai Samsung Electronics. Maeng-hee mengklaim memiliki bukt-bukti bahwa saham sebanyak itu sebenarnya adalah miliknya tapi dirampas dengan cara licik oleh adiknya.
Di luar isu rebutan tahta kerajaan Samsung itu, yang menarik adalah bahwa ini bukan fenomena baru. Harian The New York Times melaporkan, cakar-cakaran di antara ahli waris setelah orangtua mereka meninggal merupakan hal yang sering terjadi di kalangan konglomerat Korsel, yang biasa disebut chaebol.
Selain Samsung, kasus serupa pernah terjadi di Hyundai. Dari berbagai perusahaan yang tadinya di bawah satu bendera Hyundai Group, sebagian juga mulai pecah. Hyundai Group, misalnya, kini dikuasai keluarga Chung Mong-hun, anak pendiri Hyundai. Tapi Hyundai Motor dikuasai kakaknya, Chung Mong-Koo,dan sudah keluar dari Hyundari Group, lalu menjadi perusahaan terpisah. Dua perusahaan Hyundai itu bahkan bersaing satu sama lain.
Fenomena perpecahan di kalangan anak chaebol ini memang lazim, mengingat suksesi kepemimpinan di grup chaebol ditentukan sepenuhnya oleh ayah mereka masing-masing. Tiap anak lazimnya memang mendapat satu perusahaan untuk dijalankan. Namun perusahaan yang menjadi core dalam grup selalu dipegang oleh penerus yang ditunjuk ayah mereka. Inilah yang sering jadi bibit pemicu keretakan di kemudian hari.
Menurut portal berita chaebul.com yang khusus mengulas tentang chaebol, berbagai pertengkaran untuk memperebutkan kerajaan bisnis orangtua itu tidak cuma menunjukkan betapa jeleknya hubungan persaudaraan di kalangan keluarga chaebol, melainkan juga gagalnya proses suksesi kepemimpinan.
Jadi, yang terpenting adalah Bagaimana sebuah perusahaan (terutama family-business) bisa melakukan SUKSESI. percuma aja, kalo berhasil atau sukses besar cuma di satu generasi, tapi kesuksesan itu gak bisa diwariskan ke generasi berikutnya.
AYO, buat agan-aganwati ditunggu kalo yang belum bisa kasih cendol ditunggu