PSSI membantu pemulangan jenazag Diego Mendieta.
Salut... padahal Diego main di Divisi Utama PT.Liga Indonesia
KPSI mana? La Nyalla mana?
Manajemen Persis Janji Segera Lunasi Gaji Mendieta
Quote:
Jakarta - Mantan manajer Persis Solo versi PT. Liga Indonesia, Totok Supriyanto, mengaku prihatin atas meninggalnya Diego Mendieta. Ia berjanji segera melunasi gaji pemain asal Paraguay itu.
"Kami mewakili pengurus Persis sangat berbela sungkawa. Semoga arwahnya almarhum Diego diterima di sisi Tuhan," ujar Totok ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Selasa (4/12/2012).
Totok mengatakan, pihaknya memang terlambat membayar gaji sang pemain lantaran klub sedang kesulitan dana. Meski demikian, ia berjanji untuk segera melunasinya.
Untuk dana pemulangan Diego ke tanah airnya, pihaknya juga akan segera memberikan dana.
"Memang benar kami menunggak gaji pemain. Itu karena kami mengalami masalah pendanaan. Yang pasti kami sebagai pengurus memiliki tanggung jawab untuk proses pemulangan jenazah. Hak Mendieta akan kami serahkan kepada keluarganya," ungkapnya.
"Ini pelajaran buat kami. Musim depan kami akan lebih berhat-hati dalam masalah keuangan. Kami tidak akan mengikuti kompetisi kalau semua dana yang dibutuhkan belum tersedia di awal musim."
Persis dibubarkan setelah merampungkan kompetisi Divisi Utama musim lalu, pada pertengahan Juni. Mendieta sempat mengikuti turnamen eksebisi bertajuk "Batik Cup" di Stadion Manahan, Solo, pada 19-21 Oktober lalu, memperkuat tim Persis Solo Selection -- yang mayoritas diisi pemain asal Solo dan beberapa pemain Divisi Utama PT. LPIS.
[URL="http://sport.detik..com/sepakbola/read/2012/12/04/150521/2109084/76/manajemen-persis-janji-segera-lunasi-gaji-mendieta"]ember[/URL]
Inilah Pesan Terakhir Diego Mendieta
Quote:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Saya tidak ada uang. Saya ingin tiket pulang. Saya tidak mau mati di sini (Indonesia). Saya ingin dekat dengan mamah," itulah yang diucapkan pemain Persis Solo Diego Mendieta, satu hari sebelum ajal menjemputnya.
Pemain asal Paraguay itu menjadi korban atas bobroknya persepakbolaan Indonesia. Niatnya mengadu nasib di Indonesia berujung dengan tragis, kematian.
Mendieta menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Moewardi Solo, Senin (3/12) malam. Pesepak bola kelahiran 13 Juni 1980 ini tak kuasa menahan sakit tifus dan infeksi saluran pencernaan yang dideritanya.
Ironisnya, disaat sedang berjuang keras melawan penyakitnya, Mendieta tak mendapatkan perhatian dari Persis Solo. Ia pun tak mampu membeli obat lantaran empat bulan gajinya belum dibayarkan oleh klub divisi utama yang bernaung di bawah Pt Liga Indonesia ini.
"Kalimat-kalimat itulah yang diucapkan almarhum saat kami menjenguknya, Ahad malam (2/12)," kata pengurus Pasoepati (fans klub Persis Solo) bagian Sosial, M Badres, Selasa (4/12). "Kepergian Mendeita meninggalkan luka mendalam bagi Pasoepati," ujarnya.
Seperti diceritakan Mendeita kepada Badres, gaji Mendeita selama empat bulan belum dibayarkan. Totalnya diperkirakan mencapai Rp. 120 juta. Manajemen Persis tak kunjung memberikan kepastian. Dikabarkan, manajemen Persis bahkan hanya satu kali menjenguk Mendieta di rumah sakit. Itu pun tanpa adanya kepastian tentang pembayaran gaji.
Akibat tak memiliki dana, Mendieta harus keluar masuk rumah sakit sebanyak tiga kali. Pertama kali, ia dirawat di RS Islam Surakarta Yarsis pada awal November selama sepekan. Ia terpaksa keluar dari rumah sakit tersebut karena sudah tak mampu membayar biaya perawatan.
Namun empat hari berselang, harus kembali dibawa ke rumah sakit karena kondisinya semakin melemah. Ia dirawat di RS PKU Muhammadiyah Solo selama lima hari, sebelum akhirnya dirujuk dan menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Moewardi Solo.
Dukungan materi dan moril justru datang dari Pasoepati. Melalui aksi penggalangan dana yang dilakukan sejak 25 November, Pasoepati berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp. 3.125.000. "Puncak penggalangan dana kami lakukan saat nonton bareng laga Indonesia melawan Malaysia di Piala AFF 2012, Sabtu (1/12). Keesokan harinya kami langsung serahkan langsung kepada Mendieta," ucap Badres.
Dia pun berharap agar permasalahan serupa tidak terjadi lagi di masa depan. "Sudah tidak ada lagi kata 'nanti' bagi sepak bola Indonesia untuk memperbaiki diri. Persis Solo pun harus segera melakukan pembenahan," harap Badres.
Tragedi yang menimpa Mendieta ini tentu menjadi peringatan keras bagi sepak bola Indonesia untuk mengakhiri segala permasalahan yang terjadi. Mudah-mudahan tidak ada pemain yang akan menjadi korban seperti Mendeita. Selamat jalan Mendeita.
ember
***
Bagi yg mau gaji nya di bayar silahkan anda meninggal terlebih dahulu okeh.
eta atos aya buktosna
@APPI_info
mana APPIIIII cocot doang
@ponaryoastaman
Semantara yg ngakunya Asosiasi Pemain Prof di Indo, cm bs cuap-cuap di twitter #RipDiegoMendieta