Pemanasan global dan berubahnya iklim dapat membawa kepunahan pada kopi Arabika pada 2080.

Pernyataan tersebut merupakan hasil penelitian ilmuwan dari lembaga riset botani, Kew Gardens. Penelitian yang dilakukan ilmuwan ini menggunakan model simulasi komputer untuk memprediksi kepunahan kopi Arabika. Mereka menggunakan tiga skenario pemanasan global dalam simulasi tersebut.

Hasil simulasi paling baik, menurut infor masi The Telegraph (08/11), memperlihatkan 65 persen habitat asli Arabika menjadi tempat yang tidak lagi sesuai pada tahun 2080. Sedangkan hasil simulasi terburuk memperlihatkan 100 persen habitat asli Arabika menjadi tak sesuai lagi.

Walaupun tanaman Arabika komersil masih dapat hidup dengan metode pendinginan, namun Arabika liar dipastikan tidak dapat hidup. Arabika liar dibutuhkan karena memiliki keragaman genetis lebih luas dan penting pagi industri kopi untuk menghadapi ancaman hama dan penyakit.

Mungkin salah satu cara yang memungkinkan pelestarian kopi Arabika adalah dengan mencari habitat baru. Apabila kopi Arabika berhasil tumbuh secara liar di luar habitat alaminya di Sudan Selatan dan Etiopia, maka peluang pelestarian akan lebih besar.

Arabica merupakan satu dari dua jenis biji kopi yang paling banyak digunakan. Arabika juga merupakan jenis yang paling populer dengan menguasai 70 persen pasar global.

Arabica hanya dapat tumbuh pada daerah dengan karakteristik tertentu. Salah satu faktor penentunya adalah suhu yang tidak boleh sembarangan.

Kopi jenis lain yang dikenal dengan nama Robusta banyak digunakan pada es kopi dan populer di daerah Yunani dan Turki. namun kelemahan robusta adalah tingkat kafeinnya yang tinggi sehingga kurang cocok dengan lidah mayoritas penggemar kopi.
sumber