Kalau cinta mendesak di dada seharusnya jarak dan segala macam halangan bukan alasan untuk berpisah. Karena rasa itu memberi keteduhan bagi nurani. Tetapi tidak bagi Tia,cewek manis yang tinggal di Laweyan, Solo ini. Ia terpaksa menerima keputusan sang kekasih untuk berpisah. Setelah keduanya tidak lagi dapat bersama-sama setiap hari seperti dulu.
Lantaran cowoknya, Agung bekerja di luar kota. Praktis, mereka tak lagi sering bertemu. Padahal Tia cukup memahami kondisi sang pacar. Ia rela Agung jauh di luar kota, asal cinta masih membara di dada. Apalagi mereka sudah pacaran lebih dari 2 tahun. Rasanya sudah cukup mengenal satu sama lain. Cukup paham bagaimana karakter masing-masing.
Tia tidak menuntut banyak. Cewek berlesung pipi ini hanya ingin, Agung pulang dua minggu sekali atau berapa kali, terserah. Asal perhatian dan kasih sayang masih ada. Tetapi tidak, setelah berada di Purwokerto, Agung jarang pulang. Mulanya ia masing sering menelepon. Atau saling ber-SMS dengan Tia.
Mulanya kangen rindu masih menghambur dalam surat atau telepon itu. Dan Tia masih sabar, menghargai cinta mereka. Sampai akhirnya ia tetap bersetia dengan kekasih tercinta. Lama kelamaan, sikap Agung berubah. Lelaki berwajah macho itu tak lagi mengontak Tia. Akhirnya Tia yang sering menelepon dan menanyakan kabar kekasih tercinta.
Puncaknya, Agung berubah total. Ia enggan kalau menerima telepon Tia. Bahkan kerap tak mau mengangkat teleponnya. Sikap ini membuat Tia penasaran. Bingung tak karuan. Perasaan selama ini ia tidak berbuat salah. Namun kenapa harus menerima perlakuan semacam itu. Rindu dendam membara di dada.
Sudah dicobanya mengorek alasan kenapa sikap Agung berubah. Lagi-lagi menemui jalan buntu. Selain tak mau mengangkat telepon, kalau memang ada, gaya bicaranya sudah berubah total. Tia mendesak Agung alasan apa yang membuatnya berubah, tidak seperti dulu lagi.
Agung menjawab dingin, tak ada apa-apa. Perasaan halus Tia mengatakan lain. Ada sesuatu yang disembunyikan, begitu pikirnya. Rasa penasaran menghentak dada. Ia putuskan menyusul kekasihnya ke Purwokerto. Pingin tahu ada apa sesungguhnya dengan lelaki pujaan hati ini.
Tanpa memberi kabar, Tia berangkat sendirian ke Kota Kripik ini. Hanya berbekal alamat, ia cari dimana keberadaan kekasihnya. Sampai akhirnya ia temukan juga, sang kekasih. Melihat Tia nekat datang, Agung sempat terkejut. Ia tidak menyangka bakal kedatangan kekasih yang nyaris dilupakan ini.
Meski begitu, ia tunjukkan sikap yang mesra sekali. Tetapi Tia tahu, sikap itu penuh misteri. Ada sesuatu yang disembunyikan. Dibalik sikap mesranya, ada kegelisahan luar biasa yang bergejolak. Keduanya langsung terlibat perbincangan serius. Layaknya 2 kekasih yang jarang bertemu memendam rindu. Berpelukan mesra, saling bercumbu rayu untuk mengobati kerinduan. Selagi keduanya asyik berdekapan mesra, tiba-tiba datang perempuan cantik.
Barangkali sudah biasa cewek itu keluar masuk kos Agung. Sehingga tiba-tiba nyelonong masuk kamar. Begitu melihat keduanya lagi asyik masyuk, cewek itu lari keluar sambil menahan gemetar. Agung tak kalah kaget, ia mengejar cewek itu. Tinggal Tia yang terbengong-bengong penasaran. Barangkali cewek itu orang ketiga yang selama ini membuat Agung berubah.
Setelah didesak, akhirnya Agung mengaku, cewek itu kekasihnya yang lain. Kecemasannya terbukti, Tia terduduk dengan hati hampa. Barulah ia sadar apa yang membuat Agung berubah. Ternyata selama ini ia punya pacar lagi. Dan mencoba melupakannya perlahan-lahan. Dengan segala kerelaan, Tia menyerahkan semuanya ke Agung. Yang jelas ia tak mau diduakan. Dengan perasaan kecewa, Tia putuskan pulang ke Semarang saat itu juga.
Sudah cukup baginya menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini membuatnya penasaran. “Lelaki memang tak bisa dipercaya,” keluhnya kesal. (cerita kiriman masrokhan, solo)
sumber
http://misterionline.com/28/04/2008/...erionline.com/

Terima ijo, Gak Terima Merah