- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
{ngeriiiii} Sopir dan Tukang Ojek Rawan Terjangkit HIV/AIDS....


TS
eKOONTOLL
{ngeriiiii} Sopir dan Tukang Ojek Rawan Terjangkit HIV/AIDS....
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Yogyakarta menetapkan kawasan Terminal Giwangan sebagai pilot project penanggulangan HIV/AIDS di kalangan sopir angkutan dan tukang ojek. Berdasarkan penelitian, sopir dan tukang ojek dinilai rawan terjangkit HIV/AIDS lantaran sering bergonta-ganti pasangan.
Pengelola program KPA Yogyakarta, Ghanis Kristia menjelaskan, penelitian menunjukkan bahwa kalangan sopir angkutan dan tukang ojek rata-rata memiliki pasangan lebih dari satu. Kondisi demikian dinilai rawan terjangkit HIV/AIDS. Terlebih jika hubungan seksual dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis (hpmoseksual).
“Tercatat perbulan Juni 2012, terdapat 362 kasus HIV dan 173 kasus AIDS di kota Yogyakarta. Dimana 60 persen diantaranya diidap oleh kaum pria,” terang Ghanis Kristia, Rabu (28/11/2012).
Namun, pada kenyataannya masih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Ghanis menyebutkan adanya fenomena gunung es dalam perhitungan pengidap HIV/AIDS. Artinya, data pengidap yang dilaporkan selama ini hanya sebagian saja. Masih banyak penderita HIV/AIDS yang tidak terdeteksi lantaran gejala penyakit ini belum kelihatan ketika masih menginjak stadium awal. “Sehingga, selama penderita tidak merasakan ada gejala secara fisik, mereka tidak akan memeriksakan diri. Otomatis tidak tercatat dalam laporan,” ujarnya.
Karenanya, KPA telah melakukan penandatanganan kesepakatan penanggulangan HIV/AIDS dengan keluarga besar Terminal Giwangan meliputi 11 komunitas sopir angkutan dan tukang ojek, Kepala UPT Terminal Giwangan, Kepala Puskesmas Umbulharjo I dan pemangku kewenangan lainnya, yang dilakukan Rabu kemarin.
Menurut Ghanis, dipilihnya Terminal Giwangan sebagai kawasan percontohan penanggulangan HIV/AIDS karena sudah adanya komitmen antara masyarakat dengan para pemangku kepentingan di wilayah tersebut. “Namun, ke depannya kami akan mengembangkan program serupa ke Stasiun Tugu dan Lempuyangan,” imbuhnya.
Program tersebut diwujukan dengan berbagai kegiatan soosialisasi kepada para sopir angkutan dan tukang ojek secara rutin tiga bulan sekali. Selain itu, KPA bekerjasama dengan Puskesmas di Giwangan dan LSM Fiesta menyediakan konseling dan pemeriksanan Infeksi Menular Seksual (IMS) secara sukarela . “Kami juga menyediakan klinik bergerak yang rutin mendatangi komunitas-komunitas secara rutin untuk melakukan sosialisasi dan pemeriksaan. Sudah ada jadwalnya,” ucap Ghanis.
Hal senada juga diutarakan Ketua KPA Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang mendesak adanya penanaman kesadaran di kalangan pria dewasa. Sebab, sebagai calon pemimpin keluarga, dampak HIV/AIDS tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri tapi juga keluarganya. “Tidak perlulah mencari sensasi seksual dengan berhubungan dengan sesama jenis atau waria,” tegasnya.
Sementara itu, ketua salah satu komunitas sopir angkutan Giwangan, Sandimun membenarkan adanya potensi HIV/AIDS di kalangan para sopir angkutan dan tukang ojek di kawasannya lantaran sering jajan (seks bebas). Ia berharap, pemerintah dan para pemangku kewenangan lainnya terus proaktif memberikan sosialisasi dan peringatan kepada masyarakat akan bahaya HIV/AIDS. “Jika diberi tahu terus-menerus, semoga mereka bisa sadar,” ucap Sandimun.(*)
SUMBER
TS : KASKUSER YG TUKANG OJEK MANA NIH..............

Pengelola program KPA Yogyakarta, Ghanis Kristia menjelaskan, penelitian menunjukkan bahwa kalangan sopir angkutan dan tukang ojek rata-rata memiliki pasangan lebih dari satu. Kondisi demikian dinilai rawan terjangkit HIV/AIDS. Terlebih jika hubungan seksual dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis (hpmoseksual).
“Tercatat perbulan Juni 2012, terdapat 362 kasus HIV dan 173 kasus AIDS di kota Yogyakarta. Dimana 60 persen diantaranya diidap oleh kaum pria,” terang Ghanis Kristia, Rabu (28/11/2012).
Namun, pada kenyataannya masih banyak penderita HIV/AIDS yang belum terdata. Ghanis menyebutkan adanya fenomena gunung es dalam perhitungan pengidap HIV/AIDS. Artinya, data pengidap yang dilaporkan selama ini hanya sebagian saja. Masih banyak penderita HIV/AIDS yang tidak terdeteksi lantaran gejala penyakit ini belum kelihatan ketika masih menginjak stadium awal. “Sehingga, selama penderita tidak merasakan ada gejala secara fisik, mereka tidak akan memeriksakan diri. Otomatis tidak tercatat dalam laporan,” ujarnya.
Karenanya, KPA telah melakukan penandatanganan kesepakatan penanggulangan HIV/AIDS dengan keluarga besar Terminal Giwangan meliputi 11 komunitas sopir angkutan dan tukang ojek, Kepala UPT Terminal Giwangan, Kepala Puskesmas Umbulharjo I dan pemangku kewenangan lainnya, yang dilakukan Rabu kemarin.
Menurut Ghanis, dipilihnya Terminal Giwangan sebagai kawasan percontohan penanggulangan HIV/AIDS karena sudah adanya komitmen antara masyarakat dengan para pemangku kepentingan di wilayah tersebut. “Namun, ke depannya kami akan mengembangkan program serupa ke Stasiun Tugu dan Lempuyangan,” imbuhnya.
Program tersebut diwujukan dengan berbagai kegiatan soosialisasi kepada para sopir angkutan dan tukang ojek secara rutin tiga bulan sekali. Selain itu, KPA bekerjasama dengan Puskesmas di Giwangan dan LSM Fiesta menyediakan konseling dan pemeriksanan Infeksi Menular Seksual (IMS) secara sukarela . “Kami juga menyediakan klinik bergerak yang rutin mendatangi komunitas-komunitas secara rutin untuk melakukan sosialisasi dan pemeriksaan. Sudah ada jadwalnya,” ucap Ghanis.
Hal senada juga diutarakan Ketua KPA Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang mendesak adanya penanaman kesadaran di kalangan pria dewasa. Sebab, sebagai calon pemimpin keluarga, dampak HIV/AIDS tidak hanya dirasakan oleh dirinya sendiri tapi juga keluarganya. “Tidak perlulah mencari sensasi seksual dengan berhubungan dengan sesama jenis atau waria,” tegasnya.
Sementara itu, ketua salah satu komunitas sopir angkutan Giwangan, Sandimun membenarkan adanya potensi HIV/AIDS di kalangan para sopir angkutan dan tukang ojek di kawasannya lantaran sering jajan (seks bebas). Ia berharap, pemerintah dan para pemangku kewenangan lainnya terus proaktif memberikan sosialisasi dan peringatan kepada masyarakat akan bahaya HIV/AIDS. “Jika diberi tahu terus-menerus, semoga mereka bisa sadar,” ucap Sandimun.(*)
SUMBER
TS : KASKUSER YG TUKANG OJEK MANA NIH..............


0
1.6K
9


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan