assalam, ane bukan anak polantas, ane juga bukan seorang simpatisan polantas, ane cuma mahasiswa yg lagi belajar ilmu kesehatan dan ane sangat kaget waktu tw polantas itu sangat berisiko pekerjaanya, jadi ane buat trit ini biar yg lain pada tw betapa polantas itu harus dipeduliin!!
bahkan ada yang sampai meningal karena bertugas!!
Quote:
SEMUA orang pasti sepakat dengan anggapan bahwa kualitas lingkungan di Surabaya kian membaik. Taman menghijau, air muncrat yang segar berdiri di beberapa titik, produksi sampah sudah tereduksi, masyarakat pun begitu giat di bidang lingkungan. Sederet penghargaan lingkungan pun diterima kota ini.
Namun, itu memang keadaan secara kasat mata. Yang tak kelihatan -kualitas udara, misalnya- masih memprihatinkan. Ya, kualitas udara di Surabaya masih begitu buruk. Itu terlihat pada hasil penelitian yang dilansir Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH). Dari hari ke hari, justru kualitas udara Surabaya kian buruk.
Indikasinya, semakin banyak hari dengan kondisi udara tidak sehat di Surabaya. Dalam setahun (365 hari), jumlah hari berkualitas udara buruk memang tak banyak. Namun, trennya makin naik dari tahun ke tahun.
Pada 2006, misalnya, ada lima hari yang udaranya dikategorikan tidak sehat. Tahun berikutnya, 2007, sama. Lima hari. Pada 2008, hari yang udaranya tidak sehat ada tujuh. ''Itulah yang saya sebut sebagai tren kenaikan udara yang tidak baik,'' ungkap Kepala BPLH Kota Surabaya Togar Arifin Silaban.
Tahun ini hari dengan udara yang buruk diprediksi meningkat. Sebab, selama enam hari, Januari-Juni, BPLH sudah mencatat ada enam hari yang buruk. ''Sampai akhir tahun bisa saja bertambah,'' ujar Togar.
Memang, kalau dirasiokan, jumlah udara yang buruk dalam setahun tak banyak. Hanya 5-7 hari. Namun, itu tidak lantas berarti udara yang lain begitu sehat. Berdasar pengategorian kualitas udara oleh BPLH, ada kategori udara sedang dan baik. Nah, meskipun dalam kondisi sedang, partikel berbahaya di udara pun cukup banyak. yang harus diwaspadai. Sebab, dalam setahun, jumlah hari dengan kualitas udara sedang masih cukup banyak. Pada 2008, jumlahnya mencapai 276 hari. Pada 2007, jumlahnya 300 hari.
Kondisi sedang itulah yang harus diwaspadai. Jika terpapar dalam jangka waktu lama, itu bisa mematikan. Menurut Togar, yang harus waspada adalah mereka yang banyak bertugas di jalanan. Misalnya, petugas kepolisian. Udara Surabaya yang berpolusi bisa menyebabkan penyakit pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Memang, banyak penelitian yang menyebutkan bahwa risiko polisi lalu lintas begitu besar. Misalnya, penelitian yang dirilis Universitas Indonesia. ''Setelah pensiun, banyak polantas yang tak mampu bertahan hidup sepuluh tahun,'' kata Togar. Dia juga mengutip penelitian Bangkok Metropolitan Area yang menyebutkan bahwa risiko polantas terserang penyakit adalah dua kali dibanding petugas yang bekerja di dalam ruangan.
Korelasi ancaman udara terhadap kesehatan polantas bukan sekadar hasil penelitian. Dua pekan lalu, ada dua peristiwa yang menguatkan anggapan bahwa jalanan pun bisa menjadi momok bagi korps petugas berseragam cokelat itu. Pertama, kematian Briptu Adi Sunyoto. Dia meninggal pada 22 Juli dengan diagnosis kadar karbon di tubuhnya melewati ambang batas. Sebelum dipanggil Sang Khalik, Adi demam tinggi. Dia juga sempat dirawat beberapa hari di rumah sakit.
''Saya masih ingat bagaimana kerjanya di lapangan. Tak kenal lelah. Sampai akhirnya dia harus meninggal juga karena tugasnya itu,'' kenang Oktavia, istri Adi Sunyoto.
Dia menceritakan bahwa kepergian suaminya sangat mendadak. Sebab, selama bertugas di lapangan, lelaki 31 tahun itu tidak pernah mengeluh sakit. Namun, seminggu sebelum meregang nyawa, sang polantas tiba-tiba ambruk. ''Saya kaget melihat suami saya diantar teman-temannya. Kok katanya sakit,'' ucapnya.
Kepergian Adi tentu saja membuat shock banyak pihak. Tak hanya keluarga, banyak rekannya di kepolisian juga terkejut. Sebab, dia sebenarnya masih baru bertugas di Satlantas. Dia bergelut dengan kendaraan dan polusi di jalan raya baru sekitar tiga tahun. Namun, kondisi karbon dalam tubuhnya sudah begitu hebat.
Dua hari setelah Adi meninggal, polantas lainnya tumbang. Dia adalah Briptu Nursahid yang bertugas di Satlantas Polres Surabaya Timur. Diagnosisnya sama. Yakni, tingginya kadar karbon di dalam tubuh.
''Karbon monoksida dari polusi itu masuk ke dalam darah, kemudian menggantikan oksigen di dalam darah. Kalau kadar karbonnya melebihi, memang bisa mengakibatkan kematian,'' kata Kepala Instalasi Rawat Inap Medik RSUD dr Soetomo dr Winariani K. SpP(K).
Dia tak menampik bahwa polusi di jalanan menjadi ancaman bagi polantas. Dia menambahkan, ancaman kematian bagi polantas akibat polusi memang biasanya berlangsung dalam waktu lama. Misalnya, petugas bekerja lebih dari 10 tahun mengatur lalu lintas.
Namun, bukan berarti polisi yang baru bertugas juga aman. Sebab, ancaman karbon juga sewaktu-waktu menyebabkan celaka. Apalagi, ketika kondisi tubuh si petugas sedang drop atau memiliki penyakit bawaan. ''Ini yang perlu diwaspadai oleh polantas,'' katanya.
Bahkan ada yang tega memfitnah mereka
Quote:
Polisi Buru Rampok Berbaju Polantas Tiga anggota keluarga pedagang emas tewas di tangan mereka. SEMARANG -- Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Polda Jateng) memburu komplotan perampok yang dalam aksinya menggunakan seragam polisi lalu lintas (polantas) dan bersenjata api. Tiga nyawa melayang akibat aksi mereka terhadap keluarga pemilik toko emas ''Bintang Emas'', Rabu (4/6) malam, di Jl Kranggan Timur No 21, Semarang, Jawa Tengah.
Para korban yang meninggal adalah pasangan suami-istri Willy Chandra (34)-Anik Wijaya (30) selaku pemilik rumah, dan seorang pembantu rumah tangga korban bernama Wulandari (21).
tetapi mereka tetap rela membantu kita
Quote:
Polantas Purwakarta Tebar Helm Gratis
Jum'at, 27 Juni 2008 | 12:46 WIB TEMPO Interaktif, Purwakarta:Polisi lalu lintas membagi-bagikan helm gratis kepada pengendara sepeda motor di Jalan Sudirman, Purwakarta, Jawa Barat. Hanya dalam waktu 30 menit sebanyak 100 buah helm habis dibagikan.
"Helm yang kami bagikan sesuai standar UU 14/92," kata Inspektur Satu Edy Kusmawan, Kepala Satuan Lalu-lintas Polres Purwakarta. Para pengendara sepeda motor seharusnya menggunakan helm sesuai standar dalam Undang-Undang Lalu-lintas dan Angkutan Jalan Raya.
bila kita ditilang mungkin karena kita memang sembrono dan tidak mematuhi rambu lalu lintas, padahal mereka cuma ingin ketertiban, apa salahnya menggunakan helm, atau mempunyai SIM sebelum berkendara?
BUAT BAHAN RENUNGAN AJA GAN!!!
KLO SUKA ANE MINTA DONG
CENDOL!!
UPDATE
ane ga nyangka ada yang tega ngeBATA
nih kulkas gw
nih bukti source page nya
buat juragan adootyang ngebatain gw, gw ikhlas koq, gw tw gw cuma nubitol, tapi sumpah gw bwt trit ii ga ada maksud apapun gw cm pgn kita bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yg berbeda
Quote:
Original Posted By nurfikri►kalo bisa dipajang didepan ya gan....
setuju gan. bagi agan2 yang pernah ditilang dan benci bgt sama mereka sampe sekarang lebih baik bercermin kebelakang lagi.
secara logika mereka ga mungkin mereka berani memberhentikan kita2 kecuali jika kita memang melanggar peraturan yang ada. jika biasanya kita melakukan hal yang "salah" itu sebelumnya tidak mendapat teguran/peringatan. tetapi ingatlah bahwa itu sesungguhnya memang salah.
jika kita melihat orang didepan kita salah, janganlah kita terpancing untuk mengikutinya. jika kita melihat orang didepan kita tidak tertangkap karena kesalahannya, sedangkan kita dengan kesalahan yang sama justru tertangkap. ingatlah bahwa jumlah mereka (polantas) sangat sedikit dan tidak cukup dengan jumlah pengguna jalan yang ada di indonesia.
jika mereka (polantas) menawarkan jalan "damai" . segera tolak dengan cara halus. lebih baik langsung minta form merah (yang mungkin lebih ribet) atau form biru. karena perubahan dimulai dari diri sendiri dan perubahan sekecil apapun bermakna besar bagi kita bersama.
"SHARE THE ROAD
setuju bgt sama agan yg ini, klo misalnya gan2 disini pada ngeluh,
POLISI MAKAN UANG RAKYATagan harusnya sadar, secara tidak langsung kita
YANG DENGAN SENGAJA MEMBERI UANG DAMAI adalah penyebabnya dan akibatnya mereka jadi kebiasaan