- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Cerita Pejalan Domestik
[FR] Pelesiran ala Kasta Sudra ke Solo, The Spirit of Java


TS
SantaLucia
[FR] Pelesiran ala Kasta Sudra ke Solo, The Spirit of Java
Hai agan dan sista... 
Memanfaatkan libur long weekend Idul Adha kemaren ane dan temen memutuskan untuk pelesiran ala kasta sudra ke Solo.
Waktu 4 hari 3 malam ternyata cukup untuk menjelajahi baik dalam maupun luar kota dengan slogan pariwisata “ The Spirit of Java” ini
Dari wisata sejarah, kuliner, mall, taman-taman kota sampai naik bus tingkat wisata..
Berbekal bantuan informasi dari internet, nanya sana sini, kecanggihan teknologi GPS dan ilmu GPSgugelmepgrafi (terima kasih gan Steve Jobs
), berangkatlah ane ke Solo 

Memanfaatkan libur long weekend Idul Adha kemaren ane dan temen memutuskan untuk pelesiran ala kasta sudra ke Solo.
Waktu 4 hari 3 malam ternyata cukup untuk menjelajahi baik dalam maupun luar kota dengan slogan pariwisata “ The Spirit of Java” ini
Dari wisata sejarah, kuliner, mall, taman-taman kota sampai naik bus tingkat wisata..
Berbekal bantuan informasi dari internet, nanya sana sini, kecanggihan teknologi GPS dan ilmu GPSgugelmepgrafi (terima kasih gan Steve Jobs


Solo, riwayatmu kini…
24 Oktober 2012
Berhubung ane dan temen jalan-jalan ala kasta sudra, maka ane mencari tiket kereta api kelas ekonomi dan ternyata tiket kelas ekonomi sudah habis dari 2 bulan yang lalu






Berangkat dari Sarinah naik bajaj ke Stasiun Tanah Abang. Dari Stasiun Tanah Abang, ane naik kereta ekonomi AC “Bengawan” menuju ke Stasiun Solo Jebres. Berangkat dari pukul 17.40 WIB, diperkirakan bakal nyampe di Stasiun Solo Jebres pukul setengah 7 pagi besoknya. Apa daya, namanya juga kereta ekonomi, jadi kalo berhenti di stasiun-stasiun selalu disalip oleh kereta eksekutif yang emang harus didahulukan. Yang awalnya dikira akan nyampe jam setengah 7 pagi, jadi molor baru nyampe jam setengah 9 pagi besoknya di Stasiun Solo Jebres

25 Oktober 2012
Sampelah ane di kota Solo.. Cihuyyy! Di stasiun Solo Jebres, ane memutuskan buat cuci-cuci muka dulu biar seger sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Yang menarik, toilet disini gratis, tapi bersiiihhhh, dibersihin oleh mas-mas bertato dan bertampang sangar, tapi ramah. Bandingkan dengan toilet-toilet umum di Jakarta, yang udah bayar, tapi jorok..


Tujuan pertama kita mau ke Kabupaten Karanganyar, buat berwisata sejarah dan ngeliat candi-candi. Berbekal informasi dari internet dan nanya-nanya sama orang sekitar tentang cara kesini, kesana, kemana-mana, untunglah kami bisa sampe dengan selamat ke tempat-tempat yang emang jadi tujuan kami.
Dari stasiun Solo Jebres, ane nunggu kereta Prameks yang akan lewat Stasiun Solo Balapan. Berdasarkan informasi dari petugas stasiunnya, kereta Prameks akan datang sekitar pukul setengah10, naek kereta ini gratis tis tis, keretanya juga bersih, penumpangnya tertib, beda banget sama komuter di Jakarta yang kotor dan tak terawat. Jarak Stasiun Solo Jebres ke Stasiun Solo Balapan cuma sekali aja berhenti.
Sesampenya di Stasiun Solo Balapan, kita langsung celingak celinguk cari sarapan dan ketemulah warung Soto Kwali Pak Hardjo, persis di seberang Stasiun Solo Balapan. Soto Kwali ini isinya ada nasi, kuah, dan daging sapi, plus juga dengan gorengan tempe dan risoles yang udah disediakan di atas meja. Gurih dan murahhh, perbandingan harga dan rasanya…Wow! Lalu, setelah nanya-nanya sama Pak Hardjo (yang punya warung Soto), dan dijelaskan dengan sabar dan lengkap tentang cara ke Karang Pandan, ane dkk-pun menunggu Bus Atmo lewat di depan Stasiun Balapan, dan berangkat menuju Palur. Lalu dari Palur naek bus lagi ke Karang Pandan, dari Karang Pandan naek minibus yang cukup padet ke Pasar Kemuning (fyuuuhh). Perjalanannya cukup lama dan jauh sampe-sampe ane ketiduran di busnya.
Tahu tujuan kami mau ke Candi Cetho, sopir minibus nawarin buat mengantar kami sampe Candi Cetho tok lalu ke terminal Karang Pandan dengan harga Rp 150rb, waks! Karena keterbatasan dana (maklum, bekpekere (bekpeker kere) dari kasta sudra

Setelah jalan, barulah ane merasa emang biaya segitu termasuk murah buat jalanan lereng gunung yang nanjaknya kejam dan jarak dari satu tempat ke tempat laen cukup jauh, meski agak deg-degan juga sih karena ga pake helm... Yang bikin deg-degan lagi, salah satu motor yang dinaiki temen ane agaknya keluaran lama, sempet kwatir banget ga bisa nanjak, sampe pas di tanjakan tercuram dia bela-belain jalan kaki biar motornya bisa naek

Sejauh mata memandang, perjalanan diiringi oleh pemandangan berbukit-bukit hijaunya kebun teh Kemuning yang luas dan menyejukkan mata

Tibalah dengan cantik di Candi Cetho

Spoiler for Candi Cetho:
Biar ga mengganggu jalannya ibadah, ane berjalan mengendap-endap undakan demi undakan. Ane sampe di undakan ketiga yang terdapat tatanan batu berbentuk lingkaran, segitiga dan phallus (bahasa halusnya buat simbol alat kelamin laki-laki

Spoiler for Candi Cetho:
Di undakan keempat Candi Cetho, terdapat relief yang menceritakan tentang Dewa-Dewa Hindu zaman dahulu kala.
Spoiler for Candi Cetho:
Sewaktu lagi ngeliat-liat relief disini, tau-tau para peziarah menaiki undakan dan kami terjebak dengan canggung di antara para peziarah, pelan-pelan melipir ke sudut. Disini ane baru pertama kali ngeliat dari dekat, bagaimana pemimpin upacara yang berpakaian hitam membaca rapalan doa, menempelkan dupa dan meletakkan sesaji bunga di depan relief, lalu satu-persatu peziarah mempersembahkan sejumlah uang diatas sesaji bunga tersebut. Semuanya berlangsung begitu khusyuk..

Spoiler for khusyuk:
Di undakan-undakan berikutnya terdapat gazebo-gazebo mini berisi patung-patung dewa yang di depan mereka terdapat sesajian berupa bunga dan dupa. Undakan terakhir dari Candi Cetho dilarang buat dimasuki karena masih menjadi tempat ibadah untuk umat Hindu.
Spoiler for Candi Cetho:
Setelah puas melihat-lihat dan berfoto-foto, mengejar waktu biar ga kesorean sampe kota Solo, kamipun berangkat lagi menuju tujuan kedua, Candi Sukuh, yang terletak pada 1000-an mdpl di lereng Gunung Lawu.
Spoiler for Candi Sukuh:
Di Candi Sukuh, beruntunglah kami karena ada seorang bapak pemandu yang menerangkan tentang pengertian dan kebijakan yang bisa diambil dari bentuk-bentuk lingga, yoni, arca-arca yang kurang sempurna dan dari mana mereka berasal, juga cerita tentang legenda Dewa-Dewa umat Hindu di masa lalu lewat relief-relief yang ada. Walaupun beberapa arca berkesan erotis, tapi sebenarnya mengandung makna dan kebijakan tersendiri. Misalnya, arca di foto berikut :
Spoiler for Arca Candi Sukuh:
Yang ternyata melambangkan rahim seorang ibu, mengandung makna bahwa ibu melahirkan kita ke dunia dan selalu mendoakan kita, maka kita harus selalu menghargai orang tua kita. Di sebelah kanan arca tersebut terdapat arca yang melambangkan kejantanan pria. Yang berarti pria harus selalu berada di sebelah kanan wanitanya dan senantiasa melindunginya. Selain itu terdapat juga arca tanpa kepala yang sedang memegang kemaluannya, yang berarti di dunia ini kita harus menjaga tingkah laku kita, dan lain sebagainya..
Spoiler for Arca Candi Sukuh:
Spoiler for Lingga Yoni Candi Sukuh:
..to be continued, masih panjang nih ceritanya

0
12.9K
46


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan