- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
SERATUS RIBU DARI BAPAK (RENUNGAN GAN,..)


TS
aramsaida
SERATUS RIBU DARI BAPAK (RENUNGAN GAN,..)
Suatu hari Bapak dan Plenong sedang ngobrol di ruang teras depan rumah. Tiba – tiba bapak mengeluarkan selembar uang seratus ribu yang masih baru dari dalam dompetnya.
“Nong, berapa nilai uang ini?” Tanya Bapak
“Seratus ribu pak” jawab Plenong
“Maukah kamu, jika Bapak berikan uang ini buat kamu” Tanya Bapak lagi
“Ya jelas mau pak” Jawab Plenong
Tiba-tiba Bapak meremas uang kertas yang masih baru itu dengan tangannya, hingga menjadi sebuah gumpalan. Lalu berkata kepada Plenong.
“Maukah kamu, jika Bapak berikan gumpalan uang kertas ini buat kamu” Tanya Bapak lagi
Dengan agak heran Plenong pun menjawab
“Masih mau kok Pak” Jawab Plenong
Kembali Bapak membuka gumpalan uang kertas itu, berusaha merapikannya walaupun sudah menjadi kusut. Lalu meletakkannya ke lantai teras yang saat itu kotor. Tiba-tiba Bapak menginjak-injak uang kertas itu dengan sandal beliau, hingga uang itu pun kotor dengan debu dari sandal Bapak. Lalu Bapak mengambil uang itu dan kembali berkata kepada Plenong.
“Maukah kamu, jika Bapak berikan uang kertas yang kotor ini buat kamu” Tanya Bapak untuk kesekian kalinya
Dengan semakin keheranan Plenong pun menjawab
“Ya masih mau to Pak, la wong nilainya tetep seratus ribu” Jawab Plenong
-------------------------------------------------------******************------------------------------------------------------
Menerima sesuatu ketika sesuatu itu masih terlihat sempurna adalah hal yang sangat mudah . . .
Sesuatu yang tampak indah . .
Seuatu yang tampak cantik . .
Sesuatu yang tampak tampan . .
Sesuatu yang tampak baik . .
Tetapi kadang ketika kesempurnaan yang terlihat itu mulai berubah menjadi kekurangan, semakin surut pula ketulusan untuk menerimanya . . .
Andai semua itu seperti sebuah uang, ketika dalam kekusutan, dalam kekotoran, dalam ketidak utuhan tetapi bernilai sama seperti ketika masih sempurna . . .
Sebuah hati yang penuh kedewasaan, ketulusan, keikhlasan, kelemah lembutan dan kesabaran adalah nilai yang tak tergantikan . . .
Yang tak pernah berubah dalam kekusutan, kekotoran dan ketidak sempurnaan . .
Bukan sekedar suka atau tidak suka, tetapi ketulusan untuk menerima setiap kekurangan . .
. . . “Cari tahu “hatinya” dan terima apa adanya” Kalimat terakhir dari Bapak buat si Plenong . . .
“Nong, berapa nilai uang ini?” Tanya Bapak
“Seratus ribu pak” jawab Plenong
“Maukah kamu, jika Bapak berikan uang ini buat kamu” Tanya Bapak lagi
“Ya jelas mau pak” Jawab Plenong
Tiba-tiba Bapak meremas uang kertas yang masih baru itu dengan tangannya, hingga menjadi sebuah gumpalan. Lalu berkata kepada Plenong.
“Maukah kamu, jika Bapak berikan gumpalan uang kertas ini buat kamu” Tanya Bapak lagi
Dengan agak heran Plenong pun menjawab
“Masih mau kok Pak” Jawab Plenong
Kembali Bapak membuka gumpalan uang kertas itu, berusaha merapikannya walaupun sudah menjadi kusut. Lalu meletakkannya ke lantai teras yang saat itu kotor. Tiba-tiba Bapak menginjak-injak uang kertas itu dengan sandal beliau, hingga uang itu pun kotor dengan debu dari sandal Bapak. Lalu Bapak mengambil uang itu dan kembali berkata kepada Plenong.
“Maukah kamu, jika Bapak berikan uang kertas yang kotor ini buat kamu” Tanya Bapak untuk kesekian kalinya
Dengan semakin keheranan Plenong pun menjawab
“Ya masih mau to Pak, la wong nilainya tetep seratus ribu” Jawab Plenong
-------------------------------------------------------******************------------------------------------------------------
Menerima sesuatu ketika sesuatu itu masih terlihat sempurna adalah hal yang sangat mudah . . .
Sesuatu yang tampak indah . .
Seuatu yang tampak cantik . .
Sesuatu yang tampak tampan . .
Sesuatu yang tampak baik . .
Tetapi kadang ketika kesempurnaan yang terlihat itu mulai berubah menjadi kekurangan, semakin surut pula ketulusan untuk menerimanya . . .
Andai semua itu seperti sebuah uang, ketika dalam kekusutan, dalam kekotoran, dalam ketidak utuhan tetapi bernilai sama seperti ketika masih sempurna . . .
Sebuah hati yang penuh kedewasaan, ketulusan, keikhlasan, kelemah lembutan dan kesabaran adalah nilai yang tak tergantikan . . .
Yang tak pernah berubah dalam kekusutan, kekotoran dan ketidak sempurnaan . .
Bukan sekedar suka atau tidak suka, tetapi ketulusan untuk menerima setiap kekurangan . .
. . . “Cari tahu “hatinya” dan terima apa adanya” Kalimat terakhir dari Bapak buat si Plenong . . .
0
1.3K
13


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan