

TS
Jonga23
Apa Misi Perancangan J-20? Penempur, Pembom atau Pencegat?
Penempur, Pembom atau Pencegat?
Kini, pertanyaan paling santer yang beredar di permukaan adalah untuk misi apa gerangan J-20 dirancang? Untuk meraih keunggulan di udara, serang darat, pengeboman atau misi pencegatan? Minimnya data yang disiarkan pihak China, membuat spekulasi bermunculan bak jamur di musim hujan. Ulasan tak hanya diberikan pakar kemiliteran tetapi juga dari para pecinta penerbangan.
Tak kurang dari Vladimir Karnozov, pakar kedirgantaraan asal Rusia mengatakan, kemampuan pesawat ini sesungguhnya bisa diekstrapolasi dari dimensi ukuran tubuh, bentuk dan format tubuh serta sayap-sayap khusus yang disandang.
"Dari begitu banyak foto, meski semuanya serba amatiran, kita sebenarnya sudah bisa menilai untuk misi apa pesawat ini dibuat. Dari sayap utama yang berbentuk delta dan canard yang dipasang di muka sayap utama, bisa dikatakan J-20 disiapkan untuk misi atau operasi udara taktis. Tetapi, oleh karena bodinya lumayan panjang, gambaran itu kok menjadi kabur," ungkap Karnozov.
Ia pun menduga bentuk J-20 belum lah final. Chengdu Aircraft Industry, menurutnya, seolah masih terus mencari bentuk yang benar-benar pas sembari memilih mesin pendorong yang benar-benar tepat. Hal ini harus diungkap mengingat -- meski China memiliki kemampuan membuat mesin pesawat dan menjiplak mesin buatan Rusia belum ada satu pun mesin yang dinilai cocok untuk disandingkan dengan J-20, baik dari segi ukuran maupun spesifikasi daya.
Chengdu, diberitakan, sempat mencobakan AL-31F pada prototipe pertama. Mesin buatan Lyuka (kini berubah nama jadi Saturn, dari Rusia) ini juga digunakan jet tempur Su-27, Su-30MKK dan Shenyang J-11. Tetapi, mengapa pada prototipe kedua, pilihan dialihkan ke WS-10? Apakah karena semata-mata mengutamakan buatan dalam negeri, atau ada pertimbangan lain?
Sementara pihak mengatakan, mungkin posisi mengambang seperti saat inilah yang disukai pejabat militer China. Laiknya pertarungan kekuatan di masa Perang Dingin, pertanyaan demi pertanyaan di seputar alut sista yang tengah dikembangkan secara rahasia akan mencuatkan misteri, dan misteri itu lah yang selanjutnya akan menaikkan posisi atau kekuatan tawar.
Di tengah kelangsungan program pengembangan jet tempur F-35 yang kerap tersandung masalah biaya dan keraguan pada kelangsungan pengerahan F-22 yang dinilai amat mahal, potensi ancaman dari negara-negara berpengaruh seperti China praktis memang menjadi hal yang sangat sensitif. Sementara kekuatan ekonomi negeri terus tumbuh dan melebar ke seantero dunia, sebagai negara yang paling digdaya, AS, mau tak mau memang harus berhitung.
Daily Tech, sebuah situs internet yang banyak mengulas topik kedirgantaraan di AS, kini menjadi salah satu wadah curah pendapat dan komentar di seputar kemunculan J-20. Roy Kahn, seorang warga AS, misalnya, mengirim komentar yang cukup menarik, khususnya menyangkut kegamangan AB AS dalam menanggapi pesawat tersebut. Ia mengatakan, kini pemerintah AS mestinya tengah bingung memikirkan bagaimana cara untuk mengimbangi kekuatan baru tersebut. Sebab, bagaimana pun, kemunculan senjata baru di China dikhawatirkan bisa menciptakan instabilitas di wilayah sekitarnya yang menjadi kepentingan AS.
Dari silang pendapat dan hujan komentar, alhasil muncullah faktor Taiwan yang selama ini memang selalu jadi "incaran" China. Benarkah J-20 disiapkan untuk menghadapi Taiwan? (Simak lebih lebih lengkap dalam Angkasa edisi September 2012).
[URL="Penempur, Pembom atau Pencegat? Kini, pertanyaan paling santer yang beredar di permukaan adalah untuk misi apa gerangan J-20 dirancang? Untuk meraih keunggulan di udara, serang darat, pengeboman atau misi pencegatan? Minimnya data yang disiarkan pihak China, membuat spekulasi bermunculan bak jamur di musim hujan. Ulasan tak hanya diberikan pakar kemiliteran tetapi juga dari para pecinta penerbangan. Tak kurang dari Vladimir Karnozov, pakar kedirgantaraan asal Rusia mengatakan, kemampuan pesawat ini sesungguhnya bisa diekstrapolasi dari dimensi ukuran tubuh, bentuk dan format tubuh serta sayap-sayap khusus yang disandang. "Dari begitu banyak foto, meski semuanya serba amatiran, kita sebenarnya sudah bisa menilai untuk misi apa pesawat ini dibuat. Dari sayap utama yang berbentuk delta dan canard yang dipasang di muka sayap utama, bisa dikatakan J-20 disiapkan untuk misi atau operasi udara taktis. Tetapi, oleh karena bodinya lumayan panjang, gambaran itu kok menjadi kabur," ungkap Karnozov. Ia pun menduga bentuk J-20 belum lah final. Chengdu Aircraft Industry, menurutnya, seolah masih terus mencari bentuk yang benar-benar pas sembari memilih mesin pendorong yang benar-benar tepat. Hal ini harus diungkap mengingat -- meski China memiliki kemampuan membuat mesin pesawat dan menjiplak mesin buatan Rusia belum ada satu pun mesin yang dinilai cocok untuk disandingkan dengan J-20, baik dari segi ukuran maupun spesifikasi daya. Chengdu, diberitakan, sempat mencobakan AL-31F pada prototipe pertama. Mesin buatan Lyuka (kini berubah nama jadi Saturn, dari Rusia) ini juga digunakan jet tempur Su-27, Su-30MKK dan Shenyang J-11. Tetapi, mengapa pada prototipe kedua, pilihan dialihkan ke WS-10? Apakah karena semata-mata mengutamakan buatan dalam negeri, atau ada pertimbangan lain? Sementara pihak mengatakan, mungkin posisi mengambang seperti saat inilah yang disukai pejabat militer China. Laiknya pertarungan kekuatan di masa Perang Dingin, pertanyaan demi pertanyaan di seputar alut sista yang tengah dikembangkan secara rahasia akan mencuatkan misteri, dan misteri itu lah yang selanjutnya akan menaikkan posisi atau kekuatan tawar. Di tengah kelangsungan program pengembangan jet tempur F-35 yang kerap tersandung masalah biaya dan keraguan pada kelangsungan pengerahan F-22 yang dinilai amat mahal, potensi ancaman dari negara-negara berpengaruh seperti China praktis memang menjadi hal yang sangat sensitif. Sementara kekuatan ekonomi negeri terus tumbuh dan melebar ke seantero dunia, sebagai negara yang paling digdaya, AS, mau tak mau memang harus berhitung. Daily Tech, sebuah situs internet yang banyak mengulas topik kedirgantaraan di AS, kini menjadi salah satu wadah curah pendapat dan komentar di seputar kemunculan J-20. Roy Kahn, seorang warga AS, misalnya, mengirim komentar yang cukup menarik, khususnya menyangkut kegamangan AB AS dalam menanggapi pesawat tersebut. Ia mengatakan, kini pemerintah AS mestinya tengah bingung memikirkan bagaimana cara untuk mengimbangi kekuatan baru tersebut. Sebab, bagaimana pun, kemunculan senjata baru di China dikhawatirkan bisa menciptakan instabilitas di wilayah sekitarnya yang menjadi kepentingan AS. Dari silang pendapat dan hujan komentar, alhasil muncullah faktor Taiwan yang selama ini memang selalu jadi "incaran" China. Benarkah J-20 disiapkan untuk menghadapi Taiwan? (Simak lebih lebih lengkap dalam Angkasa edisi September 2012).
================================================================================================================
Amerika mulai keringetan nih....
Sumber
________________________________________________________________________________________________________________________________
Mohon ijin kepada momod dan agan-agan senior di Formil, ini trit pertama saya. Semoga agan-agan dan momod berkenan, dan semoga bukan repost, karena saya baru buka Majalah Angkasa edisi September, dan di online nya juga ada, saya coba share di forum ini. Terima kasih.
________________________________________________________________________________________________________________________________
Kini, pertanyaan paling santer yang beredar di permukaan adalah untuk misi apa gerangan J-20 dirancang? Untuk meraih keunggulan di udara, serang darat, pengeboman atau misi pencegatan? Minimnya data yang disiarkan pihak China, membuat spekulasi bermunculan bak jamur di musim hujan. Ulasan tak hanya diberikan pakar kemiliteran tetapi juga dari para pecinta penerbangan.
Tak kurang dari Vladimir Karnozov, pakar kedirgantaraan asal Rusia mengatakan, kemampuan pesawat ini sesungguhnya bisa diekstrapolasi dari dimensi ukuran tubuh, bentuk dan format tubuh serta sayap-sayap khusus yang disandang.
"Dari begitu banyak foto, meski semuanya serba amatiran, kita sebenarnya sudah bisa menilai untuk misi apa pesawat ini dibuat. Dari sayap utama yang berbentuk delta dan canard yang dipasang di muka sayap utama, bisa dikatakan J-20 disiapkan untuk misi atau operasi udara taktis. Tetapi, oleh karena bodinya lumayan panjang, gambaran itu kok menjadi kabur," ungkap Karnozov.
Ia pun menduga bentuk J-20 belum lah final. Chengdu Aircraft Industry, menurutnya, seolah masih terus mencari bentuk yang benar-benar pas sembari memilih mesin pendorong yang benar-benar tepat. Hal ini harus diungkap mengingat -- meski China memiliki kemampuan membuat mesin pesawat dan menjiplak mesin buatan Rusia belum ada satu pun mesin yang dinilai cocok untuk disandingkan dengan J-20, baik dari segi ukuran maupun spesifikasi daya.
Chengdu, diberitakan, sempat mencobakan AL-31F pada prototipe pertama. Mesin buatan Lyuka (kini berubah nama jadi Saturn, dari Rusia) ini juga digunakan jet tempur Su-27, Su-30MKK dan Shenyang J-11. Tetapi, mengapa pada prototipe kedua, pilihan dialihkan ke WS-10? Apakah karena semata-mata mengutamakan buatan dalam negeri, atau ada pertimbangan lain?
Sementara pihak mengatakan, mungkin posisi mengambang seperti saat inilah yang disukai pejabat militer China. Laiknya pertarungan kekuatan di masa Perang Dingin, pertanyaan demi pertanyaan di seputar alut sista yang tengah dikembangkan secara rahasia akan mencuatkan misteri, dan misteri itu lah yang selanjutnya akan menaikkan posisi atau kekuatan tawar.
Di tengah kelangsungan program pengembangan jet tempur F-35 yang kerap tersandung masalah biaya dan keraguan pada kelangsungan pengerahan F-22 yang dinilai amat mahal, potensi ancaman dari negara-negara berpengaruh seperti China praktis memang menjadi hal yang sangat sensitif. Sementara kekuatan ekonomi negeri terus tumbuh dan melebar ke seantero dunia, sebagai negara yang paling digdaya, AS, mau tak mau memang harus berhitung.
Daily Tech, sebuah situs internet yang banyak mengulas topik kedirgantaraan di AS, kini menjadi salah satu wadah curah pendapat dan komentar di seputar kemunculan J-20. Roy Kahn, seorang warga AS, misalnya, mengirim komentar yang cukup menarik, khususnya menyangkut kegamangan AB AS dalam menanggapi pesawat tersebut. Ia mengatakan, kini pemerintah AS mestinya tengah bingung memikirkan bagaimana cara untuk mengimbangi kekuatan baru tersebut. Sebab, bagaimana pun, kemunculan senjata baru di China dikhawatirkan bisa menciptakan instabilitas di wilayah sekitarnya yang menjadi kepentingan AS.
Dari silang pendapat dan hujan komentar, alhasil muncullah faktor Taiwan yang selama ini memang selalu jadi "incaran" China. Benarkah J-20 disiapkan untuk menghadapi Taiwan? (Simak lebih lebih lengkap dalam Angkasa edisi September 2012).
[URL="Penempur, Pembom atau Pencegat? Kini, pertanyaan paling santer yang beredar di permukaan adalah untuk misi apa gerangan J-20 dirancang? Untuk meraih keunggulan di udara, serang darat, pengeboman atau misi pencegatan? Minimnya data yang disiarkan pihak China, membuat spekulasi bermunculan bak jamur di musim hujan. Ulasan tak hanya diberikan pakar kemiliteran tetapi juga dari para pecinta penerbangan. Tak kurang dari Vladimir Karnozov, pakar kedirgantaraan asal Rusia mengatakan, kemampuan pesawat ini sesungguhnya bisa diekstrapolasi dari dimensi ukuran tubuh, bentuk dan format tubuh serta sayap-sayap khusus yang disandang. "Dari begitu banyak foto, meski semuanya serba amatiran, kita sebenarnya sudah bisa menilai untuk misi apa pesawat ini dibuat. Dari sayap utama yang berbentuk delta dan canard yang dipasang di muka sayap utama, bisa dikatakan J-20 disiapkan untuk misi atau operasi udara taktis. Tetapi, oleh karena bodinya lumayan panjang, gambaran itu kok menjadi kabur," ungkap Karnozov. Ia pun menduga bentuk J-20 belum lah final. Chengdu Aircraft Industry, menurutnya, seolah masih terus mencari bentuk yang benar-benar pas sembari memilih mesin pendorong yang benar-benar tepat. Hal ini harus diungkap mengingat -- meski China memiliki kemampuan membuat mesin pesawat dan menjiplak mesin buatan Rusia belum ada satu pun mesin yang dinilai cocok untuk disandingkan dengan J-20, baik dari segi ukuran maupun spesifikasi daya. Chengdu, diberitakan, sempat mencobakan AL-31F pada prototipe pertama. Mesin buatan Lyuka (kini berubah nama jadi Saturn, dari Rusia) ini juga digunakan jet tempur Su-27, Su-30MKK dan Shenyang J-11. Tetapi, mengapa pada prototipe kedua, pilihan dialihkan ke WS-10? Apakah karena semata-mata mengutamakan buatan dalam negeri, atau ada pertimbangan lain? Sementara pihak mengatakan, mungkin posisi mengambang seperti saat inilah yang disukai pejabat militer China. Laiknya pertarungan kekuatan di masa Perang Dingin, pertanyaan demi pertanyaan di seputar alut sista yang tengah dikembangkan secara rahasia akan mencuatkan misteri, dan misteri itu lah yang selanjutnya akan menaikkan posisi atau kekuatan tawar. Di tengah kelangsungan program pengembangan jet tempur F-35 yang kerap tersandung masalah biaya dan keraguan pada kelangsungan pengerahan F-22 yang dinilai amat mahal, potensi ancaman dari negara-negara berpengaruh seperti China praktis memang menjadi hal yang sangat sensitif. Sementara kekuatan ekonomi negeri terus tumbuh dan melebar ke seantero dunia, sebagai negara yang paling digdaya, AS, mau tak mau memang harus berhitung. Daily Tech, sebuah situs internet yang banyak mengulas topik kedirgantaraan di AS, kini menjadi salah satu wadah curah pendapat dan komentar di seputar kemunculan J-20. Roy Kahn, seorang warga AS, misalnya, mengirim komentar yang cukup menarik, khususnya menyangkut kegamangan AB AS dalam menanggapi pesawat tersebut. Ia mengatakan, kini pemerintah AS mestinya tengah bingung memikirkan bagaimana cara untuk mengimbangi kekuatan baru tersebut. Sebab, bagaimana pun, kemunculan senjata baru di China dikhawatirkan bisa menciptakan instabilitas di wilayah sekitarnya yang menjadi kepentingan AS. Dari silang pendapat dan hujan komentar, alhasil muncullah faktor Taiwan yang selama ini memang selalu jadi "incaran" China. Benarkah J-20 disiapkan untuk menghadapi Taiwan? (Simak lebih lebih lengkap dalam Angkasa edisi September 2012).
================================================================================================================
Amerika mulai keringetan nih....
Sumber
________________________________________________________________________________________________________________________________
Mohon ijin kepada momod dan agan-agan senior di Formil, ini trit pertama saya. Semoga agan-agan dan momod berkenan, dan semoga bukan repost, karena saya baru buka Majalah Angkasa edisi September, dan di online nya juga ada, saya coba share di forum ini. Terima kasih.
________________________________________________________________________________________________________________________________
0
6.2K
34
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan