Setiap kali saya ke Jakarta, ngerasa ada yang aneh Gan . Yang aneh itu, orang kerja pulang pergi pake sepeda, apa lagi di Jakarta yang padat kendaraan motor dan mobil. Jujur saja, kalau saya disuruh kerja pulang pergi naik sepeda sih ogah , tapi saya pribadi pun salut untuk mereka . Bayangin aja bagi agan-agan yang kerja nggak pake sepeda, berangkat kerja mgotel sepeda, ngoes... Ngoes... Nyampe kantor udah ada rasa lelah. Pas jam kerja pastinya sudah banyak tenaga yang dikeluarkan, pulangnya ngayuh sepeda lagi. Bagi saya pribadi sih merasa berat kalau sudah berangkat kerja tenaga kekuras, pas bekerja menguras tenaga, pulang kerja ngeluarin tenaga buat genjot pedal.

Itu memang yang ada dipikiranku Gan , ya aku tanya ke teman yang biasa naik motor atau kendaraan umum. Tanggapannya nggak jauh-jauh juga dengan apa yang ada dibenakku.
"Gimana dengan penampilan saat datang dikantor? Berangkat saja sudah keringatan bersepeda belum lagi muka disemprot asap dari knalpot motor dan mobil."
"Di dalam kendaraan umum saja sudah panas, apalagi naik sepeda yang terkena terik matahari secara langsung"

Bukannya para pekerja yang pake sepeda nggak sanggup beli sepeda motor Gan, saya yakin mereka sanggup memiliki motor. Jangankan karyawan yang kerja di Ibukota, yang kerjanya serabutan juga bisa nyicil motor. Cukup aneh kan Gan? Klo bagi Agannya biasa pake sepeda buat kerja sih sudah nggak aneh lagi.

Mereka yang pakai sepeda ke kantor dengan punya argumen sendiri, "naik sepeda itu cara alternatif untuk ngatasi kemacetan di Ibukota". Kalau dipikir-pikir ada benarnya juga TAPI , ada tapinya Gan....... Kenapa mengatasi kemacetan harus cape-cape sendiri ngayuh sepeda dan kepanasan sementara yang lain enak-enak saja nyetir mobil pake AC. Bukannya mengatasi macet itu urusan YANG DIATAS............. yang diatas bukannya Tuhan, Gan. Tuhan nggak ngurusin kemacetan Gan, manusianya saja sudah ruwet apa lagi lalu lintasnya. Maksud saya yang diatas itu, pemerintah.

Argumen mereka lainnya, " Naik sepeda itu salah satu cara mengurangi polusi". Benar juga sih Gan, TAPI bagaimana bisa mengurangi polusi di Ibukota jika setiap tahunnya selalu saja ada peningkatan jumlah kendaraan bermotor, belum lagi Gan, berapa jumlah peningkatan kendaraan bermotor di seluruh dunia?

Nah keanehan ini saya coba pecahkan dengan ilmu psikologi Gan, kenapa para mereka punya semangat 45 ngayuh sepeda pulang pergi kerja sedangkan yang lain tinggal duduk dan menyetir.

Sebelumnya saya menjabarkan sedikit ilmu psikologi, dalam ilmu psikologi metode traits dikenal dengan trait ALTRUISM. Oh ya Gan, trait itu artinya karakteristik yang melekat di individu dengan keteraturan dan konsistensi perilaku yang bisa diamati siapa pun (Kamus Psikologi Arthur S. Reber, kamus setebal 1081 halaman yang bisa dijadiin bantal gan) . Bahasa gampanya ya Gan, trait itu SATU sifat tertentu yang dimiliki di seseorang, dan dibalik sifat yang dimilikinya itu memiliki kebiasaan tersendiri. Sedangkan trait ALTRUISM Gan, yaitu sifat yang suka mempertimbangkan orang lain pada tindakannya sendiri. Kalau trait altriusm pada seseorang bernilai sangat positif maka orang itu sangat peduli pada kesejahteraan orang lain dan bersedia berkorban agar kehidupan orang lain menjadi lebih baik. Sebaliknya Gan, Kalau trait altriusm pada seseorang bernilai sangat negatif, maka orang itu kurangnya perhatian dan tindakan kongkrit di lingkungan/dunia ini yang selalu timpang, arti katanya nggak banyak peduli sama lingkungan sekitar.

Nah kembali lagi Gan, ke para Bike to work (B2W) dikenal dengan istilah untuk berangkat kerja menggunakan sepeda. Dari kebiasaan mereka naik sepeda PP kantor-tempat tinggal Gan, mereka memiliki trait ALTRUISM bernilai positif, artinya mereka MEMILIKI SIFAT MAU MENGORBANKAN DIRI MEREKA untuk kepentingan orang banyak. Mereka udah cape-cape kepanasan untuk mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi, sedangkan orang banyak itu orang banyak itu nggak tentu mau mengorbankan diri untuk mereka yang mengayuh sepeda ke kantor. Mereka sudah mengorbankan mengurangi kemacetan, tapi banyak pengendara sepeda motor dan mobil nggak menghargai mereka di jalan.

Sifat mereka yang mau mengorbankan untuk orang lain pada diri mereka, nggak hanya soal naik sepeda sifat itu SUDAH JADI BAGIAN DARI KEPRIBADIANNYA. Dalam penelitian psikologi yang pernah dilakukan (oleh Program for Advanced Research in the Sosial Sciences diketuai oleh profesor Scott De Marchi), orang-orang yang punya trait Altruism bernilai positif punya kebiasaan2 dan tindakan2 yang khas biasa dilakukan mereka. Biasanya orang-orang seperti itu sering-sering bersedekah (walupun nggak banyak yang penting sering dari pada sesekali sedekah dengan jumlah banyak dan banyak berkoarnya), bukan golput, senang mendonorkan darah, buang sampah pada tempatnya jika nggak ada tempat sampah mereka mau repot-repot membawa sampahnya sampai ketemu tempat sampah, dan rela menjadi relawan .

Walaupun saya bukan penduduk di Ibukota, saya pernah beberapa kali mendengar kalau ada anggapan miring tentang penduduk Ibukota Jakarta itu tak ada yang peduli satu sama lain, bagi saya sih itu adalah anggapan yang salah karena para penggiat bike to work lah merupakan orang-orang yang membuat anggapan tadi salah.

Terima kasih Gan, sudah mau repot-repot membaca tulisan saya yang bergenre psikologi populer. Saya sih nggak mengharapkan cendol dari Agan-Agan (tapi kalau ada yang ngasih cendol ya saya terima agar nggak masuk angin Gan). Saya lebih mengharapkan komentar ttg tulisan saya.