- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
satu-satunya penjual jamu gendong di bandara di seantero Jagad


TS
kmachmud
satu-satunya penjual jamu gendong di bandara di seantero Jagad
Sorong Rumini (55) sudah tiga tahun tinggal bersama suami dan anaknya di Sorong, Papua Barat. Dia adalah satu-satunya penjual jamu gendong yang berjualan tepat di depan pintu kedatangan Bandara Domine Edward Osok di Papua Barat. Mungkin dia juga satu-satunya penjual jamu gendong di bandara di seantero jagat.
Mungkin karena bandara Sorong yang belum berkembang, Rumini bisa mangkal santai, meletakkan tenggok (keranjang) jamunya di depan pintu kedatangan. Dia duduk menunggu pembeli sembari memainkan selendang yang digunakannya untuk menggendong.
Di tenggok itulah Rumini menaruh 12 botol jamu beraneka ragam. Beras kencur, kunyit asem, sampai jamu kuat lelaki dewasa ada di dalam keranjang jamunya. Biasanya jamu kuat dicampur telur bebek supaya tambah mantap.
Sebenarnya Rumini tak perlu menjajakan jamu gendongnya susah-susah. Sebab Bandara Sorong sebenarnya sedang naik daun. Semua flight ke Kepulauan Raja Ampat, surga dunia di Papua Barat, melalui Bandara Sorong, sebelum melanjutkan perjalanan laut sekitar 3 jam ke Kepulauan Raja Ampat. Maklum Bandara di Kabupaten Raja Ampat sedang dalam tahap pembangunan. Maka itu sudah pasti banyak orang lalu lalang di bandara ini.
Harga jamu gendong yang dijual Rumini tergolong mahal jika dibandingkan harga jamu gendong di Jakarta. "Rp 10 ribu Mas," kata Rumini saat ditanya harga segelas jamu beras kencur, Kamis (18/10/2012). Rasa jamunya memang khas 'Jowo'.
Kendati demikian sebenarnya harga jamu gendong 'bandara' ini masih tergolong murah. Lihat saja, mi rebus dijual Rp 15.000. Begitu mendarat di Sorong, Anda bisa mencicipi mi rebus itu. Sebab di sebelah kiri pintu kedatangan di bandara berjejer warung penjual mi rebus.
Rumini sudah berjualan jamu di Bandara Sorong hampir tiga tahun. Dia pindah dari kota kelahirannya di Pati, Jawa Tengah, untuk mengadu nasib di Papua Barat bersama suami dan seorang anaknya. Sementara seorang anaknya yang lain yang masih sekolah di SLTA dititipkan ke saudaranya di Pati.
"Sudah tiga tahun di sini Mas, lumayan penghasilannya," ucapnya polos.
Penampilan Rumini sangat sederhana, jauh dari kesan mewah. Selendangnya benar-benar selendang simbah-simbah (nenek-nenek). Rambut digelung ala kadarnya.Sedangkan kakinya cukup beralas sandal jepit. Dia dikenal di Bandara Sorong sebagai 'Mbak Jamu'. Rupanya Rumini pun sudah sangat dikenal di kalangan petugas bandara.
"Orang sini suka jamu kuat komplet Mas, biar greng. Harganya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu," ujarnya seraya menggoda salah seorang petugas bandara yang memesan jamu tersebut.
Rumini bukan satu-satunya yang berjualan di Bandara Sorong. Masih ada Ronald (29) yang berjualan jam tangan dan batu permata. Tak seperti di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, penjual jam tangan di sini terbuka menjajakan dagangannya.
Bandara Domine Edward Osok adalah salah satu bandara indah di Indonesia. Bukan karena bangunannya, namun karena dikelilingi lautan biru.
Detikcom berkesempatan menginjakkan kaki di bandara yang sedang naik daun ini pada Kamis (18/9/2012) pukul 08.30 WIT. Bandara Sorong terletak di tengah lahan rumput luas, tak sampai satu kilometer dari laut lepas.
Bangunan Bandara Domine di pinggir Sorong ini sangat sederhana, hanya sebesar bangunan sekolah dasar di Jakarta. Fasilitasnya pun luar biasa minim. Jika dibandingkan dengan terminal bus Lebak Bulus di Jakarta Selatan saja, masih kalah besar.
Runway bandara central di Papua Barat ini bisa dibilang cukup pendek. Pendaratan pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi detikcom pun tak bisa dibilang halus. Parkiran mobil juga tak jauh-jauh, hanya 10 meter dari bandara. Agak ke belakang jajaran 'taksi' Avanza menunggu pengunjung.
Bandara Domine merupakan satu sisi potret bandara di wilayah Timur Indonesia. Bandara yang berdiri dalam kesederhanaan, namun dalam suasana aman, nyaman, dan bebas birokrasi. Tunggu cerita menarik perjalanan detikcom di Negeri Mutiara Hitam berikutnya.
sumber : http://news.detik.com/read/2012/10/1...ong?n991102605
Mungkin karena bandara Sorong yang belum berkembang, Rumini bisa mangkal santai, meletakkan tenggok (keranjang) jamunya di depan pintu kedatangan. Dia duduk menunggu pembeli sembari memainkan selendang yang digunakannya untuk menggendong.
Di tenggok itulah Rumini menaruh 12 botol jamu beraneka ragam. Beras kencur, kunyit asem, sampai jamu kuat lelaki dewasa ada di dalam keranjang jamunya. Biasanya jamu kuat dicampur telur bebek supaya tambah mantap.
Sebenarnya Rumini tak perlu menjajakan jamu gendongnya susah-susah. Sebab Bandara Sorong sebenarnya sedang naik daun. Semua flight ke Kepulauan Raja Ampat, surga dunia di Papua Barat, melalui Bandara Sorong, sebelum melanjutkan perjalanan laut sekitar 3 jam ke Kepulauan Raja Ampat. Maklum Bandara di Kabupaten Raja Ampat sedang dalam tahap pembangunan. Maka itu sudah pasti banyak orang lalu lalang di bandara ini.
Harga jamu gendong yang dijual Rumini tergolong mahal jika dibandingkan harga jamu gendong di Jakarta. "Rp 10 ribu Mas," kata Rumini saat ditanya harga segelas jamu beras kencur, Kamis (18/10/2012). Rasa jamunya memang khas 'Jowo'.
Kendati demikian sebenarnya harga jamu gendong 'bandara' ini masih tergolong murah. Lihat saja, mi rebus dijual Rp 15.000. Begitu mendarat di Sorong, Anda bisa mencicipi mi rebus itu. Sebab di sebelah kiri pintu kedatangan di bandara berjejer warung penjual mi rebus.
Rumini sudah berjualan jamu di Bandara Sorong hampir tiga tahun. Dia pindah dari kota kelahirannya di Pati, Jawa Tengah, untuk mengadu nasib di Papua Barat bersama suami dan seorang anaknya. Sementara seorang anaknya yang lain yang masih sekolah di SLTA dititipkan ke saudaranya di Pati.
"Sudah tiga tahun di sini Mas, lumayan penghasilannya," ucapnya polos.
Penampilan Rumini sangat sederhana, jauh dari kesan mewah. Selendangnya benar-benar selendang simbah-simbah (nenek-nenek). Rambut digelung ala kadarnya.Sedangkan kakinya cukup beralas sandal jepit. Dia dikenal di Bandara Sorong sebagai 'Mbak Jamu'. Rupanya Rumini pun sudah sangat dikenal di kalangan petugas bandara.
"Orang sini suka jamu kuat komplet Mas, biar greng. Harganya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu," ujarnya seraya menggoda salah seorang petugas bandara yang memesan jamu tersebut.
Rumini bukan satu-satunya yang berjualan di Bandara Sorong. Masih ada Ronald (29) yang berjualan jam tangan dan batu permata. Tak seperti di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, penjual jam tangan di sini terbuka menjajakan dagangannya.
Bandara Domine Edward Osok adalah salah satu bandara indah di Indonesia. Bukan karena bangunannya, namun karena dikelilingi lautan biru.
Detikcom berkesempatan menginjakkan kaki di bandara yang sedang naik daun ini pada Kamis (18/9/2012) pukul 08.30 WIT. Bandara Sorong terletak di tengah lahan rumput luas, tak sampai satu kilometer dari laut lepas.
Bangunan Bandara Domine di pinggir Sorong ini sangat sederhana, hanya sebesar bangunan sekolah dasar di Jakarta. Fasilitasnya pun luar biasa minim. Jika dibandingkan dengan terminal bus Lebak Bulus di Jakarta Selatan saja, masih kalah besar.
Runway bandara central di Papua Barat ini bisa dibilang cukup pendek. Pendaratan pesawat Sriwijaya Air yang ditumpangi detikcom pun tak bisa dibilang halus. Parkiran mobil juga tak jauh-jauh, hanya 10 meter dari bandara. Agak ke belakang jajaran 'taksi' Avanza menunggu pengunjung.
Bandara Domine merupakan satu sisi potret bandara di wilayah Timur Indonesia. Bandara yang berdiri dalam kesederhanaan, namun dalam suasana aman, nyaman, dan bebas birokrasi. Tunggu cerita menarik perjalanan detikcom di Negeri Mutiara Hitam berikutnya.
sumber : http://news.detik.com/read/2012/10/1...ong?n991102605


tien212700 memberi reputasi
1
2.6K
12


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan